Liputan6.com, Jakarta Sejumlah harga bahan pangan tercatat mengalami kenaikan yang signifikan mulai beberapa hari sebelum Natal 2021. Bahkan, tingginya harga bahan seperti cabai hingga telur ayam ini diprediksi terjadi hingga pertengahan Januari 2022.
Banyak masyarakat mengeluhkan tingginya harga bahan pangan di tingkat konsumen. Pedagang di sisi lain menyebut mahalnya harga dipengaruhi permintaan yang tinggi dari konsumen.
Baca Juga
Kenaikan harga bahan pokok ini pun ikut mempengaruhi para pelaku usaha warung tegal (warteg). Diketahui, warteg memiliki banyak pilihan menu yang juga memanfaatkan banyak bahan pangan.
Advertisement
Ketua Koordinator Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni menilai, tingginya harga ini membuat pelaku usaha warteg pusing. Pasalnya, pedagang tak bisa menaikkan harga secara tiba-tiba dari makanan yang dijualnya.
“Naiknya harga bahan pokok ikut memusingkan para warteg, karena daya beli masyarakat belum pulih sehingga cukup berat untuk menaikan harga menu di warteg,” kata dia kepada Liputan6.com, Minggu (26/12/2021).
Ia pun mengonfirmasi sejumlah bahan pangan inti mengalami kenaikan, diantaranya telur ayam, cabai, ayam, dan minyak goreng. “Naiknya cukup signifikan,” kata dia.
Kenaikan harga yang dipandang memberatkan pengusaha warteg ini membuat ia perlu memutar otak dalam menyiasatinya. Namun, mengurangiporsi pesanan per piring bagi pelanggan bukan jalan yang diambil Mukroni.
“Masih tetap Mas, kasihan pelanggan kalau porsinya dikurangi,” kata dia.
Ia pun khawatir, pengusaha warteg perlu bertahan cukup lama dengan harga tinggi yang berlaku saat ini di pasaran. “biasanya setelah seminggu tahun baru harga mulai mereda,” tutupnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Bahan Pangan Meroket
Harga sejumlah komoditas pangan di pasar tradisional DKI Jakarta dan sekitarnya meroket memasuki perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri menyebut, komoditas cabai menjadi bahan pangan yang mengalami kenaikan tertinggi. Khususnya, harga cabai rawit yang dijual lebih dari Rp 100.000 per kilogram (kilo).
"Cabai itu sudah mahal ya Nataru ini. Cabai rawit bahkan sudah Rp 100 ribu lebih per kilogramnya," ungkapnya saat dihubungi Merdeka.com, Jakarta, Sabtu (25/12).
Selain cabai, lanjut Abdullah, harga telur ayam juga terus merangkak naik. Bahkan, saat ini harga bahan pangan tinggi protein tersebut dibanderol Rp31.000 sampai Rp35. 000.
"Padahal, telur kalau normal sekitar Rp22.000 an," ungkapnya.
Kenaikan harga juga dialami komoditas minyak goreng. Di mana, saat ini, harga minyak dijual Rp20.000 per liter lebih mahal dari harga eceran tertinggi (HET) pemerintah Rp 11.000 per liter.
"Selain itu, ayam dan daging sapi juga mulai mahal semua," imbuhnya.
Abdullah bilang, lonjakan harga sejumlah komoditas pangan memasuki Nataru ini disebabkan oleh tingginya permintaan yang tidak diimbangi dengan kesediaan stok. Faktor lainnya, lanjut Abdullah, tren musiman perayaan hari besar keagamaan juga masih mewarnai kenaikan harga pangan.
"Di mana setiap memasuki Nataru ini kan biasanya harga-harga naik. Tapi, untuk cabai ini lebih ke faktor cuaca karena saat panen memasuki musim penghujan, sehingga distribusi menjadi terganggu," ungkapnya.
Dia pun meminta pemerintah untuk gerak cepat mengatasi persoalan lonjakan harga sejumlah komoditas pangan telur di wilayah ibu kota dan sekitarnya. Mengingat, kenaikan harga tersebut dinilai merugikan pedagang maupun masyarakat selaku konsumen.
"Perlu gerak cepat ya pemerintah. Kenaikan harga yang tinggi ini akan berpengaruh negatif terhadap penjual maupun pembeli," tandasnya.
Advertisement