Harga Emas Naik Imbas Ketakutan akan Omicron

Harga emas berjangka AS naik 0,1 persen menjadi USD 1.810,60 per ounce.

oleh Tira Santia diperbarui 28 Des 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 28 Des 2021, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia. Prospek harga emas pada kuartal I 2022 optimis sangat optimistis. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas berbalik arah menuju level positif dan mendekati level puncak dalam satu pekan pada perdagangan hari Senin. Pendorong kenaikan harga emas adalah sentimen akan risiko pelemahan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak Omicron.

Mengutip CNBC, Selasa (28/12/2021), harga emas di pasar spot naik 0,1 persen menjadi USD 1.809,67 per ounce pada 12.34 EDT. Harga emas ini mampi bertahan di atas level kunci USD 1.800 yang dicapai minggu lalu.

Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,1 persen menjadi USD 1.810,60 per ounce.

Prospek harga emas pada kuartal I 2022 optimis sangat optimistis. Analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan dengan dorongan utama inflasi akan mampu menjaga harga emas dari kejatuhan.

"Dukungan yang mendasari harga emas adalah kekhawatiran inflasi. Kecenderungan the Fed mengetatkan kebijakan moneter bisa mendorongharga emas," tutur Wyckoff.

Harga emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap kenaikan angka inflasi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dolar AS

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia. Prospek harga emas pada kuartal I 2022 optimis sangat optimistis. (iStockphoto)

Indeks dolar naik dari level terlemahnya dalam hampir seminggu, membuat emas yang perdagangannya menggunakan dolar AS menjadi tidak menarik bagi mereka yang bertansaksi menggunakan mata uang nondolar AS.

“Meskipun ada dolar AS yang lebih kuat, tidak ada banyak pergerakan emas hari ini,” kata analis Quantitative Commodity Research Peter Fertig.

Salah satu alasan utama kurangnya likuiditas adalah pasar yang tutup selama Natal.

"Hasil yang sedikit lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas, yang sedikit membebani harga emas, Fertig menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya