IMF Turunkan Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2022 Jadi 4,4 Persen

Perubahan proyeksi IMF terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dipicu kondisi ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat dan China.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Jan 2022, 11:15 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2022, 11:15 WIB
Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)
Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global di 2022 menjadi 4,4 persen.

Hal itu dikarenakan meningkatnya kasus Covid-19, gangguan rantai pasokan, dan inflasi yang lebih tinggi menghambat pemulihan ekonomi.

Dalam laporan World Economic Outlook, IMF mengatakan pihaknya memperkirakan produk domestik bruto global melemah dari 5,9 persen di 2021 menjadi 4,4 persen pada 2022 - dengan angka tahun ini menjadi setengah poin persentase lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

Perubahan proyeksi tersebut juga dipicu oleh penurunan pertumbuhan ekonomi di dua negara ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat dan China.

"Ekonomi global memasuki 2022 dalam posisi yang lebih lemah dari yang diperkirakan sebelumnya," kata laporan itu, dilansir dari laman CNBC, Rabu (26/1/2022).

Ekonomi AS kini diperkirakan akan tumbuh 4,0 persen pada 2022 ini - 1,2 poin persentase lebih rendah dari perkiraan sebelumnya karena Federal Reserve bergerak untuk menarik stimulus moneternya, bahkan ketika gangguan rantai pasokan membebani perekonomian.

Sedangkan ekonomi China, diperkirakan tumbuh 4,8 persen tahun ini, yang turun 0,8 poin persentase dari perkiraan sebelumnya di tengah gangguan yang disebabkan oleh kebijakan nol-Covid-19, serta "proyeksi tekanan keuangan" di antara pengembang properti di negara itu.

IMF Sebut Inflasi Bertahan Lebih Lama Tetapi Bakal Mereda Akhir Tahun Ini

Mengenal Konsep Inflasi dalam Ekonomi
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Credit: pexels.com/pixabay

Lonjakan kasus Covid-19 ditambah dengan kenaikan inflasi dan harga energi yang tinggi membebani perkiraan pertumbuhan ekonomi secara global, terutama di Brasil, Kanada, dan Meksiko.

IMF menyebut inflasi yang tinggi akan bertahan lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya, tetapi juga mengatakan akan mereda akhir tahun ini, "karena ketidakseimbangan penawaran-permintaan pada 2022 dan kebijakan moneter di negara-negara besar."

Laporan World Economic Outlook bakal meningkatkan perkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 sebesar 0,2 poin persentase menjadi 3,8 persen.

Namun, IMF memperingatkan bahwa perkiraan tersebut bisa tidak tercapai jika varian baru covid-19 masih muncul, dan setiap perkiraan akan tergantung pada akses global yang adil ke vaksin dan perawatan kesehatan.

"Perkiraan itu bergantung pada situasi kesehatan yang merugikan menyebabkan penurunan ke tingkat yang rendah di sebagian besar negara pada akhir 2022, dengan asumsi tingkat vaksinasi meningkat di seluruh dunia dan terapi menjadi lebih efektif," kata IMF.

"Penekanan pada strategi kesehatan global yang efektif lebih menonjol dari sebelumnya," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya