BERANI BERUBAH: Kerupuk Patin Pintu Rezeki Korban PHK

Tri Handayani bersama suaminya beralih usaha membuat kerupuk kulit ikan patin pada tahun 2016 setelah suaminya mengalami PHK sepihak.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 31 Jan 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2022, 06:00 WIB
Tri Handayani Memantau Proses Pembuatan Kerupuk Kulit Ikan Patin
Tri Handayani sedang memantau proses pembuatan kerupuk kulit ikan patin yang dikerjakan karyawannya. Kerupuk kulitnya memiliki kisaran harga mulai dari Rp20.000 sampai Rp35.0000 per bungkusnya. (Foto: Liputan.com).

Liputan6.com, Jakarta- Tri Handayani tahu betul rasa panik dan putus asa. Pada tahun 2016, suaminya mengalami pemutusan hubungan kerja sepihak dari perusahaan tempatnya bekerja di bidang perikanan. Padahal, pekerjaan suaminya adalah penghasilan utama keluarga mereka.

Tak lama, salah seorang temannya memesan 50 Kg kulit ikan patin untuk dijadikan pakan ternak lelenya. Namun, pada hari dia berjanji akan mengambil pakan tersebut, pesanan medadak dibatalkan. Meski kecewa, Tri melihat sebuah peluang untuk membuat kerupuk kulit ikan patin.

“Kata suami, ikannya kita apain ya Mi? Soalnya kalau nggak diambil, ini bapaknya nggak bisa ambil kulitnya. Kan sayang, ini peluang. Saya bilang, buat kerupuk saja,” ungkapnya kepada Tim Berani Berubah.

“Nah, kebetulan pada saat itu ada acara Komnas Anak datang ke sebelah rumah saya. Jadi, yang 50 kg tadi kita buka di bazar. Alhamdulillah, 50 kg itu habis dalam waktu dua hari, permintaan naik,” sambungnya.

Tak disangka, kerupuk kulit ikan pati buatannya laku keras. Keuntungan yang dihasilkan berlipat ganda, penjualan pun laku sampai Singapura. Berkat ketekunannya, Tri dan suami kini resmi memiliki usaha UMKM dengan produk kerupuk kulit ikan patin. Untuk karyawan, mereka memberdayakan ibu-ibu sekitar tempatnya tinggal.

“Ya karena kan kita tinggalnya di kampung. Jadi Ibu-ibunya banyak yang kerjanya itu serabutan, biasa kuli di sawah, ladang gitu kan, kita tarik dia kemari,” ucap Tri.

Saat pandemi menghantam pun, Tri dan suami tak lama mengalami imbasnya. Mereka juga tetap bisa mempertahankan karyawannya. Tri ingin membuktikan bahwa PHK bukanlah akhir dari segalanya.

“Saya cuma menggandalkan kekuatan the power of kepepet. Kalau nggak ada uang, apa aja kita jadikan uang, yang penting halal,” ujar Tri.

“Kita harus membuktikan, (meski) di-PHK tapi kita bisa sukses berusaha. Jadi mau membuktiin bahwasannya nggak semua orang kena PHK itu hidupmu berakhir, gitu” lanjut dia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Harapan Besar untuk Masa Depan

Kerupuk Kulit Ikan Patin Tri Handayani
Kerupuk Kulit Ikan Patin buatan Tri Handayani dan suaminya sudah laku di jual di hampir seluruh penjuru Indonesia. Bahkan sampai luar negeri, yakni Singapura. (Foto:Liputan6.com).

Tri juga tak ingin hanya berpuas diri begitu saja dengan penghasilan yang ada. Dia masih memiliki mimpi untuk membesarkan usahanya dengan membuka pabrik, suatu hari nanti.

“Andai saya punya pabrik tempat goreng yang lebih besar, mungkin 1 hari bisa 2 ton. Tapi itu tadi, karena kita UMKM, dana kita terbatas. Saya masih pakai semi manual, jadi kita sanggupnya sekarang 1 hari 1 ton,” Tri menjelaskan.

Tri juga memiliki pesan untuk para calon pengusaha masa depan. Menurutnya, yang terpenting jangan sampai terjerat hutang dan jangan takut untuk Berani Berubah.

“Bagaimanapun keadaanmu, jangan sampai berhutang. Waktu pandemi, barang nggak bisa keluar, (tapi) pengeluaran kita tidak banyak karena tidak ada yang dicicil. Itu yang membuat kita tidak tumbang,” dia mengakhiri.

Pastinya cerita ini menjadi kisah inspiratif untuk pantang menyerah di saat kondisi terpuruk. Yuk, ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.

Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com pada pukul 06.00 WIB di hari yang sama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya