2 Kebijakan BI Dongrak Ekspor, Pembebasan SPE dan Local Currency Settlement

BI akan memfasilitasi penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi serta melanjutkan sosialisasi penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS).

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Feb 2022, 14:45 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2022, 14:45 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) terus mendorong kinerja ekspor agar bisa memperbaiki neraca pembayaran dan juga menguatkan cadangan devisa. Selain itu, di tengah membaiknya harga komoditas ini perlu dimanfaatkan agar bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, BI telah menyiapkan dua program utama dalam menggenjot realisasi ekspor tahun ini. Pertama, dengan perpanjangan batas waktu pengajuan pembebasan Sanksi Penangguhan Ekspor (SPE) sampai dengan 31 Desember 2022.

"Aturan ini dalam rangka mengurangi dampak pandemi kepada eksportir, memanfaatkan momentum peningkatan permintaan negara mitra dagang dan kenaikan harga komoditas dunia," jelasnya saat konferensi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu (2/2/2022).

Upaya kedua, BI akan memfasilitasi penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi serta melanjutkan sosialisasi penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) bekerja sama dengan sejumlah negara mitra.

"Indonesia telah menyepakati kerangka kerja LCS dengan empat negara yaitu China, Jepang, Malaysia, dan Thailand," ujarnya.

Oleh karena itu, Perry mendorong seluruh pelaku usaha ekspor di Indonesia untuk memanfaatkan sejumlah insentif tersebut. Dengan begitu, neraca dagang Indonesia diharapkan kembali mencetak surplus di tahun ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ekspor Bakal Jadi Tumpuan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen di 2022. Pendorong utama pertumbuhan ekonomi ini adalah ekspor dan konsumsi.

Perry bercerita, perbaikan ekonomi global dan kenaikan harga sejumlah komoditas andalan Indonesia berdampak kepada penguatan kinerja ekspor nasional. "Pertumbuhan ekonomi tetap di topang oleh kinerja ekspor dari perbaikan ekonomi global dan kenaikan komoditas," ujarnya dalam Annual Investment Forum 2022, Jakarta, Kamis (27/1/2022).

Selain ekspor, lanjut Perry, laju pertumbuhan ekonomi tahun ini juga didorong dari kenaikan konsumsi dan investasi. Hal ini didukung vaksinasi serta pembukaan sektor-sektor ekonomi penting.

Kemudian, berlanjutnya stimulus kebijakan baik bersifat moneter dan fiskal terhadap korporasi dan UMKM juga akan menjaga ketahanan dunia usaha. Alhasil, tren pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 bisa terus dipertahankan.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya