Liputan6.com, Jakarta Harga emas dan paladium melonjak pada hari Selasa karena sanksi Barat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina meningkatkan kekhawatiran pasokan, sementara ketegangan seputar krisis juga mendorong permintaan emas safe-haven.
Dilansir dari CNBC, Rabu (2/3/2022), logam auto-katalis melonjak sebanyak 9,4 persen menjadi USD 2.722,79 per ounce di sesi tersebut dan naik 3,4 persen pada USD 2.572,23 pada 14:02. ET.
Baca Juga
“Ada kekhawatiran luar biasa bahwa Rusia, pengekspor utama paladium, akan menghadapi gangguan parah karena larangan penerbangan akan menimbulkan masalah besar dalam mendapatkan pasokan ke berbagai tempat,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Advertisement
“Pasar paladium sudah memiliki persediaan yang ketat dan sekarang risiko geopolitik akan menyebabkan kekurangan pasokan yang parah,” tambahnya.
Rusia adalah produsen paladium terbesar, dengan Nornickel yang berbasis di Moskow menyumbang 40 persen dari produksi tambang global logam tahun lalu.
Harga emas melonjak 1,8 persen menjadi USD 1.941,51 per ounce karena krisis mendorong investor ke aset safe-haven.
Emas berjangka AS ditutup naik 2,3 persen pada USD 1,943,80.
Wall Street Tergelincir
Wall Street tergelincir dan harga minyak melonjak kembali di atas $100 per barel karena kolom lapis baja Rusia menghantam ibu kota Ukraina, Kyiv, pada hari Selasa.
“Imbal hasil obligasi telah turun karena harga telah pulih pada arus safe-haven dan dengan beberapa investor mengurangi ekspektasi mereka tentang pengetatan agresif dari bank sentral. Dengan latar belakang ini, saya memperkirakan emas akan naik ke utara $2.000,” Fawad Razaqzada, seorang analis di ThinkMarkets, menulis dalam sebuah catatan.
Emas dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama ketidakpastian tersebut dan juga lindung nilai terhadap kenaikan inflasi.
Investor juga mengantisipasi kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres AS pada hari Rabu dan Kamis untuk kejelasan lebih lanjut tentang kenaikan suku bunga di tengah ketegangan Ukraina dan inflasi yang melonjak.
Advertisement