Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat mengungkapkan sedang mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi pada industri minyak dan gas Rusia, sebagai respon dari aksi militer negara itu di Ukraina.
Diketahui bahwa harga minyak global telah menembus level tertinggi dalam delapan tahun, dan gangguan pasokan meningkat.
Baca Juga
"Kami sangat terbuka," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (3/3/2022).
Advertisement
"Kami sedang mempertimbangkannya. (Sanksi) ini ada dalam pembahasan, tetapi kami perlu mempertimbangkan semua dampaknya," jelasnya.
Meskipun Amerika Serikat belum menargetkan penjualan minyak Rusia sebagai bagian dari sanksi ekonomi setelah invasi, para pedagang dikabarkan AS telah menahan impor dari negara tersebut.
Presiden AS Joe Biden sebelumnya telah memperingatkan bahwa pemerintahannya dapat memblokir minyak Rusia jika Rusia melanjutkan aksi militer di Kyiv.
Namun, Psaki mengatakan Gedung Putih sedang mempertimbangkan bagaimana langkah tersebut dapat mengguncang pasar.
"Kami ingin meminimalkan dampak pada pasar global dan itu termasuk pasar minyak global serta dampak harga energi bagi rakyat Amerika," imbuhnya.Â
Harga Minyak Dunia Sudah Tembus USD 113 Per Barel
Harga minyak dunia pada rabu (2/3) telah menembus USD 113 per barel - hampir sepekan setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Sementara itu, pertemuan produsen minyak OPEC+ menghasilkan kesepakatan untuk mempertahankan kenaikan produksi moderat mereka, menawarkan sedikit bantuan kepada pasar atau konsumen.
Pada Selasa (1/3), Amerika Serikat dan sekutunya setuju untuk melepaskan 60 juta barel cadangan minyak untuk membantu mengimbangi gangguan pasokan.
Adapun sanksi tambahan lain yang disiapkan AS terhadap lebih banyak oligarki Rusia serta perusahaan dan aset mereka, nenurut sebuah sumber.
Advertisement