Sri Mulyani: Korban Akibat Covid-19 Lebih Parah daripada Pandemi Lainnya

Sri Mulyani Indrawati menyebut korban meninggal akibat pandemi Covid-19 jauh lebih banyak dari pandemi-pandemi yang sebelumnya terjadi

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 11 Mar 2022, 12:30 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2022, 12:30 WIB
Menkeu Sri Mulyani Hadiri Seminar Nasional Nota Keuangan APBN 2020
Menkeu Sri Mulyani memberi sambutan pada Seminar Nasional Nota Keuangan RAPBN 2020 : Mengawal Akuntabilitas Penerimaan Negara di Kompleks Parlemen MPR/DPR-DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2019). Sri Mulyani menjelaskan kondisi ekonomi global diselimuti awan hitam. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut korban meninggal akibat pandemi Covid-19 jauh lebih banyak dari pandemi-pandemi yang sebelumnya terjadi. Ia menyebut lebih dari 6 juta orang di dunia meninggal terjangkit Covid-19.

Disamping jumlah kematian tersebut, Sri Mulyani mengatakan lebih dari 500 juta orang tertular Covid-19 di seluruh dunia. Ini berarti persebaran virus yang cepat dan mudah meluas ke berbagai penjuru.

“2 tahun berjalan, virus ini sudah menjangkiti hampir setengah miliar orang di dunia dan lebih dari 6 juta orang meninggal dunia. Angka kematian ini jauh lebih tinggi dibandingkan banyak pandemi lain sebelumnya,” katanya dalam pidato Dies Natalis Universitas Sebelas Maret, Jumat (11/3/2022).

Virus lainnya yang pernah menjangkit di dunia yakni Flu Babi, Flu Hongkong, Ebola, hingga dan SARS. Rinciannya, Flu Hongkong menyebabkan 1 juta kematian, flu babi 200 ribu kematian, ebola 11,3 ribu dan SARS 770 kematian.

“Semua negara berjuang mengendalikan pandemi tak terkecuali termasuk indoneia,” kata dia.

“Seberapapun panjang dan menekan pandemi Covid-19 yang begitu dahsyat, maka penyembuhan dan pemulihan pasti terjadi,” imbuhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Krisis Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017  Optimis Capai 5,3 Persen
Pemandangan gedung-gedung bertingkat di Ibukota Jakarta, Sabtu (14/1). Hal tersebut tercermin dari perbaikan harga komoditas di pasar global. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Sri Mulyani juga membandingkan dampak dari pandemi Covid-19 saat ini dengan krisis-krisis yang terjadi sebelumnya terhadap ekonomi Indonesia. 

Bendahara negara itu juga membandingkan dengan krisis pada 2008-2009 dan krisis ekonomi pada 1998 lalu. Pada 2008 lalu krisis ekonomi dimulai dari runtuhnya Lehman Brothers dan berdampak ke dunia luas.

Lalu, pada 1998 krisis ekonomi bermula dari runtuhnya bank-bank milik negara yang berimbas pada kegiatan ekonomi masyarakat. Keadaan pandemi, kata dia, langsung berdampak pada masyarakat tanpa perantara terlebih dahulu.

“Guncangan nya ke seluruh sendi kehidupan kita. Tapi pandemi itu langsung ke rakyat, gak melalui bank dulu,” katanya.

“Jadi waktu itu (pandemi) kita melihat penerimaan negara menurun belanja harus naik karena kita harus memberikan perlindungan dalam bentuk kesehatan entah itu belanja yang sakit karena covid membeli APD yang waktu itu rebutan membeli PCR ayng waktu itu masih belum ada, dan harus mengadakan vaksin,” terang dia.

 


Ekspor Impor Terjun Bebas

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengisahkan dampak pandemi Covid-19 yang sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi nasional. Bahkan, tingkat ekspor-impor indonesia terjun bebas hingga 40 persen.

Ia menyebut dengan kondisi itu, berarti penerimaan negara pun jadi semakin berkurang. Baik dari sisi pajak hingga royalti dan kepabeanan. Hal ini imbas dari kegiatan ekonomi masyarakat yang berhenti seketika karena diserang pandemi Covid-19.

“Didalam situasi yang tiba-tiba diam, dampak sosial ekonominya luar biasa dari berhentinya kegiatan manusia, saya bisa bayangkan sebagai Menteri Keuangan kalau seluruh denyut ekonomi berhenti, maka tidak ada yang membayar pajak,” katanya dalam sosialisasi UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan Jawa Tengah, Kamis (10/3/2022).

“Penerimaan negara dari pajak, kepabeanan, dari PNBP, royalti, bea keluar, bea masuk, semua drop karena ekspor kita drop 40 persen, impor drop 30 persen,” imbuh Sri Mulyani.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya