IMF Tenangkan Dunia, Sebut Risiko Gagal Bayar Rusia Tak Akan Picu Krisis Keuangan Global

Sanksi yang dijatuhkan AS dan sekutu berdampak besar ke ekonomi Rusia dan akan memicu resesi yang mendalam di negara itu tahun ini.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Mar 2022, 12:19 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2022, 11:38 WIB
Kepanikan warga Rusia Tarik Uang di atm
Orang-orang mengantre untuk menarik uang dari ATM Bank Alfa di Moskow, 27 Februari 2022. Warga Rusia berbondong-bondong ke bank dan ATM tak lama setelah Rusia melancarkan serangan ke Ukraina dan Barat mengumumkan sanksi yang melumpuhkan ekonomi. (AP Photo/Victor Berzkin)

Liputan6.com, Jakarta - Risiko gagal bayar utang (default) yang bisa terjadi pada Rusia usai kena sanksi atas invasi di Ukraina, tidak akan memicu krisis keuangan global.

Hal itu disampaikan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva. "Untuk saat ini, tidak," kata Georgieva, saat ditanya apakah default Rusia dapat memicu krisis keuangan global, dikutip dari Channel News Asia, Senin (14/3/2022).

Georgieva mengatakan dalam segmen wawancara CBS, Face the Nation bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan negara-negara lainnya sudah memiliki dampak "parah" pada ekonomi Rusia dan akan memicu resesi yang mendalam di negara itu tahun ini.

Ia melanjutkan, sanksi itu juga membatasi kemampuan Rusia untuk mengakses sumber dayanya dan membayar utangnya--semakin memungkinkan terjadinya default.

Selain itu, konflik dan sanksi juga akan menimbulkan efek yang signifikan pada negara-negara tetangga yang bergantung pada pasokan energi Rusia, dan telah mengakibatkan gelombang pengungsi yang tidak pernah terjadi sejak Perang Dunia Kedua, jelas Georgieva.

IMF Pangkasa Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2022

FOTO: Rusia Bersolek Menyambut Tahun Baru 2021
Foto yang diabadikan pada 2 Desember 2020 ini menunjukkan Katedral Santo Basil di Moskow, ibu kota Rusia. (Xinhua/Bai Xueqi)

Pekan lalu, Georgieva mengatakan IMF akan menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global hingga 4,4 persen tahun ini karena konflik Rusia -Ukraina.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju seperti AS tetap kuat dan cepat pulih dari pandemi COVID-19, katanya kepada CBS.

Namun, beberapa negara masih akan melihat kenaikkan harga komoditas dan inflasi, berpotensi menyebabkan kelaparan dan kerawanan pangan di beberapa negara di Afrika, menurut Georgieva.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya