Menkeu Sri Mulyani: APBN Jadi Andalan Atasi Berbagai Ancaman

Selama pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 sudah tercipta lapangan kerja baru dan bisa menurunkan kemiskinan. Hal ini sebagai dampak dari alokasi APBN yang tepat.

oleh Tira Santia diperbarui 28 Mar 2022, 18:30 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2022, 18:30 WIB
Sri Mulyani Tanggapi Pandangan DPR soal RUU APBN 2018
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan tanggapan pemerintah atas pandangan DPR terhadap Rancangan Undang-Undang Tentang Pertanggungjawaban Atas Pelaksanaan APBN (P2APBN) Tahun Anggaran 2018 di Gedung Nusantara II, Jakarta, Selasa (16/7/2019). (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan selalu menjadi andalan dalam menghadapi berbagai ancaman yang mengganggu perekonomian Indonesia. Salah satu gangguan tersebut saat ini adalah pandemi covid-19.

“Menghadapi ancaman pressure shock seperti ini sekali lagi APBN menjadi andalan,” kata Sri Mulyanidalam konferensi pers APBN KITA Edisi Maret 2022, secara virtual, Senin (28/3/2022).

Selama ini, APBN sudah bekerja ekstrim ekstra keras menghadapi pandemi, dengan melakukan berbagai langkah-langkah luar biasa, dan ini telah menciptakan pemulihan ekonomi yang cukup baik bagi Indonesia.

Bahkan, selama pemulihan juga sudah tercipta lapangan kerja baru dan bisa menurunkan kemiskinan. Tercatat dalam periode Agustus 2020 hingga Agustus 2021 sudah tercipta 2,6 juta lapangan kerja baru.

Tak hanya itu, dilihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2020 sebesar 7,07 persen menurun menjadi 6,49 persen pada tahun 2021, artinya terjadi penurunan pengangguran sebesar 0,58 persen atau 670.000 orang.

“Itu adalah suatu tren yang baik, pemulihan ekonomi disertai job creation dan kalau sebelah kanan kita lihat sesudah terjadi kenaikan Angka kemiskinan akibat pandemi dari 9,2 persen menjadi 10,2 persen sekarang Angka kemiskinan sudah bisa menurun kembali di 9,7 persen,” ujar Menkeu.

Penurunan-penurunan tersebut terjadi dalam kurun waktu kurang dari 24 bulan. Kendati begitu, tren penurunan tersebut tetap harus dijaga secara ekstrem lebih hati-hati. Karena masih ada guncangan-guncangan eksternal lainnya, seperti konflik Rusia dan Ukraina, kenaikan harga dan normalisasi kebijakan moneter The Fed yang akan menciptakan kenaikan cost of fund.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tantangan Baru

Rapat Paripurna, Menkue Sri Mulyani Laporkan Kinerja APBN 2018
Menkeu Sri Mulyani menyampaikan pandangan pemerintah saat Rapat Paripurna di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (4/7/2019). Rapat membahas berbagai agenda salah satunya Penyampaian RUU tentang Penanggungjawaban atas Pelaksanaan RAPBN (P2APBN) TA 2018 oleh Pemerintah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara APBN harus menjaga pemulihan ekonomi, dan harus melindungi kesehatan dan daya beli masyarakat, disis lain APBN sebagai instrumen harus kembali dijaga kesehatannya.

“Inilah Multiple objektif yang sekarang terus menjadi perhatian dari Kementerian Keuangan, APBN selalu diandalkan menjadi shock absorber penyerap dari gejolak yang terjadi baik itu karena pandemi maupun gejolak karena komoditas maupun gejolak Karena inflasi,” ungkap Menkeu.

Berbagai gejolak terus dan akan terjadi, maka APBN selalu diandalkan menjadi instrumen yang utama. Oleh karena itu, Kementerian Keuangan akan terus menjaga APBN namun juga menjaga ekonomi dan menjaga masyarakat.

“Tiga hal tugas yang sangat kompleks yang harus kita lakukan pada 2022 ini, ada cerita bagusnya namun juga ada tantangan baru,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya