Ditinggalkan Eropa, Asia akan Jadi Pasar Incaran Minyak Rusia

Sementara itu, sejumlah negara Barat telah menjatuhkan sanksi ekonomi ke Rusia atas di Ukraina, salah satunya soal harga minyak.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Mar 2022, 13:44 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2022, 13:44 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Asia akan menjadi pasar yang potensial bagi minyak Rusia, ketika negara itu berusaha mencari pembeli untuk ekspor energinya. 

Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P Global), Dan Yergin.

"Sepertinya Asia akan menjadi pasar default untuk barel minyak Rusia yang biasanya pergi ke Eropa," kata Dan Yergin, dilansir dari CNBC International, Rabu (30/3/2022).

Diketahui bahwa importir minyak utama di Asia seperti China dan India, tertekan harga minyak yang melonjak sejak pecahnya konflik Rusia-Ukraina pada akhir Februari 2022. 

Selain daya tarik minyak Rusia yang lebih murah, baik China maupun India memiliki hubungan dekat dengan Rusia.

Sementara itu, sejumlah negara Barat telah menjatuhkan sanksi ekonomi ke Rusia atas di Ukraina.

Sanksi tersebut disusul dengan larangan impor minyak mentah Rusia di AS, dan rencana serupa juga direncanakan Inggris dan Uni Eropa.

"Ada banyak sanksi diri yang terjadi dimana orang-orang tidak mengambil minyak, bank tidak memberikan surat kredit, pengirim tidak muncul dan, memang, orang-orang di beberapa pelabuhan tidak menerima minyak Rusia," beber Dan Yergin.

Masalah itu membuat Rusia memiliki kelebihan minyak mentah yang sulit untuk dijual.

"Saya akan mengatakan lima pekan lalu Rusia adalah negara adidaya energi ... Saya pikir mereka masih akan menjadi pemain penting. Tapi itu akan menjadi kekuatan energi yang berkurang dibandingkan dengan sebelumnya," ujarnya.

Sebagai bagian dari aliansi OPEC+, Rusia merupakan salah satu pengekspor minyak terbesar dunia ke pasar global dan pengekspor minyak mentah terbesar kedua setelah Arab Saudi, menurut Badan Energi Internasional (IEA).

Awal bulan ini, IEA mengungkapkan adanya diskon besar pada penjualan minyak mentah Rusia. Beberapa perusahaan perdagangan komoditas baru-baru ini menawarkan diskon hingga USD 30 dan USD 25 per barel untuk campuran minyak Ural, menurut analis.

Sedangkan harga ekspor energi di negara lain telah melonjak ke tingkat yang sangat tinggi dalam lebih dari satu dekade.

Harga minyak naik sekitar 80 persen lebih tinggi dari tahun lalu dan telah bergejolak sejak konflik Rusia-Ukraina.

Ketertarikan India pada Minyak Rusia

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Secara tradisional, India mendapatkan minyak mentahnya dari Irak, Saudi, Arab, Uni Emirat Arab dan Nigeria – tetapi mereka semua mengenakan harga yang lebih tinggi saat ini karena harga minyak melambung.

"Ada kenaikan signifikan dalam pengiriman minyak Rusia menuju India sejak awal Maret setelah perang Rusia-Ukraina dimulai - dan New Delhi tampaknya akan membeli lebih banyak minyak murah dari Moskow," kata Pengamat Industri Minyak di Kpler, Matt Smith.

"India, seperti yang Anda tahu, mengimpor 85 persen minyaknya, jadi kenaikan ini adalah kejutan nyata bagi ekonomi India ketika harga minyak naik," katanya. 

Hal serupa juga disampaikan oleh Dan Yergin, namun, pengiriman minyak mentah Rusia ke India ternyata bukan hal yang mudah karena sistem logistik yang rumit.

"India berbicara dengan Rusia tentang pembelian minyak dengan diskon yang cukup besar … tetapi ini adalah sistem logistik yang rumit yang memindahkan 100 juta barel minyak per hari ke seluruh dunia dan untuk mengubahnya, itu tidak akan berjalan dengan lancar," beber Yergin.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya