Liputan6.com, Jakarta - Rusia menegaskan negara-negara yang masuk daftar negara tidak bersahabat dengannya untuk mulai membayar pembelian gas dengan mata uang rubel.Â
Jika hal itu tidak dilakukan, Rusia akan mematikan pasokan gas ke negara-negara tersebut.
Baca Juga
Dilansir dari BBC, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani sebuah dekrit dalam sambutan yang menyatakan pembeli asing harus membuka rekening rubel di bank-bank Rusia, yang dapat digunakan untuk membayar gas yang dikirim mulai Jumat (1/4/2022).
Advertisement
"Tidak ada yang menjual apa pun kepada kami secara gratis, dan kami juga tidak akan melakukan amal - yaitu, kontrak yang ada akan dihentikan," ujar Putin.
Permintaan Putin dilihat sebagai upaya untuk memperkuat mata uang Rusia yang tertekan akibat sanksi ekonomi dari negara Barat.
Dengan keputusan ini, mengartikan negara lain yang ingin membeli gas Rusia harus membuka rekening di Gazprombank Rusia dan mentransfer euro atau dolar AS.
Gazprombank kemudian akan mengubahnya menjadi rubel yang digunakan untuk pembayaran gas.
Diketahui, Uni Eropa biasanya mendapatkan sekitar 40 persen pasokan gas dan 30 persen minyak dari Rusia, dan tidak memiliki pengganti yang mudah jika pasokannya terganggu.
Sejumlah Negara Eropa Mulai Antisipasi Gangguan Pasokan Gas
Sementara itu, Jerman, yang mendapat sekitar setengah gas dan sepertiga minyaknya dari Rusia, telah mendesak warga dan perusahaannya untuk mengurangi konsumsi guna mengantisipasi kekurangan pasokan.
Austria, yang mengimpor sekitar 40 persen gasnya dari Rusia, juga sedang memperketat pengawasan pasar.
Adapun Bulgaria, yang biasanya mendapatkan 90 persen gas melalui impor dari perusahaan Rusia Gazprom, telah membuka tender untuk pengeboran bawah tanah sebagai bagian dari rencana untuk melipatgandakan kapasitas penyimpanan gas dan bersiap untuk gangguan pasokan.
Sementara Inggris, tidak akan terkena dampak langsung oleh gangguan pasokan, karena mengimpor kurang dari 5 persen gasnya dari Rusia.
Namun, Inggris akan terpengaruh oleh kenaikan harga di pasar global karena permintaan di Eropa yang meningkat.
Pemerintah Inggris mengatakan tidak berencana untuk membeli gas Rusia dengan mata uang rubel.
Advertisement