Liputan6.com, Jakarta Harga emas turun pada hari Selasa karena meningkatnya imbal hasil Treasury AS dan ekspektasi untuk pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh Federal Reserve.
Sentimen ini jelas mengimbangi permintaan safe-haven untuk emas batangan yang didorong oleh kemungkinan sanksi baru Barat terhadap Rusia.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, Rabu (6/4/2022), harga emas di pasar spot turun 0,6 persen pada USD 1.921,47 per ons pada 14:16. EDT (1816 GMT). Emas berjangka AS turun 0,3 persen pada USD 1.927,50.
Advertisement
Benchmark imbal hasil Treasury 10-tahun naik setelah Gubernur Fed Lael Brainard mengatakan dia mengharapkan kenaikan suku bunga metodis dan pengurangan cepat ke neraca bank sentral untuk membawa kebijakan moneter AS ke "posisi yang lebih netral" akhir tahun ini.
Ekspektasi Fed untuk sedikit lebih agresif dalam memerangi tekanan inflasi membebani emas, mengingat "dia (Brainard) umumnya dianggap sebagai salah satu anggota Fed yang lebih dovish," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Naiknya suku bunga AS meningkatkan biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Dolar AS juga menguat, membatasi selera pembeli luar negeri untuk emas.
Â
Risiko Geopolitik
"Risiko geopolitik kemungkinan akan menjadi pendorong utama jangka pendek dan itu akan membantu emas memperluas kisaran perdagangan itu (USD 1.900 - USD 1.950), di mana Anda bisa melihat harga bahkan mungkin naik ke USD 1.975," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Tetapi aksi harga juga dapat dipengaruhi oleh rilis pada hari Rabu dari risalah dari pertemuan kebijakan terakhir The Fed, yang akan dipindai untuk petunjuk tentang lintasan kenaikan suku bunga, tambah Moya.
Indeks Wall Street jatuh setelah komentar Brainard, yang menakuti investor yang sudah khawatir tentang prospek sanksi baru terhadap Rusia.
Advertisement