Redakan Ketegangan, Google Berencana Naikkan Gaji Karyawan

Gaji karyawan menjadi subjek sensitif di Google. Dalam survei tahunan “Googlegeist”, staf memberi Google nilai yang sangat buruk tentang kompensasi di perusahaan tersebut dibandingkan perusahaan lain.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 07 Mei 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2022, 21:00 WIB
Kantor Baru Google di Berlin
Seorang teknisi melewati logo mesin pencari internet, Google, pada hari pembukaan kantor baru di Berlin, Selasa (22/1). Google kembali membuka kantor cabang yang baru di ibu kota Jerman tersebut. (Photo by Tobias SCHWARZ / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Google tengah merombak dasar-dasar penilaian atau evaluasi kinerja karyawan. Dalam perubahan ini ada klausul kenaikan gaji bagi karyawan Google. Langkah ini dilakukan perusahaan teknologi ini guna meredakan ketegangan antara karyawan dengan para pimpinan terkait masalah kompensasi.

Pada pekan ini, Google memulai proses baru tinjauan kinerja untuk karyawan dengan GRAD, yang merupakan singkatan dari Google Review and Development.

Dalam dokumen internal yang didapat CNBC, GRAD merupakan bagian dari upaya Google untuk merampingkan proses evaluasi, membatasi tinjauan menjadi setahun sekali, bukan dua kali, dan menempatkan lebih banyak tanggung jawab di tangan manajer daripada sangat bergantung pada tinjauan sejawat.

“Dalam proses baru ini, kami berharap mayoritas Googler akan dimodelkan untuk pembayaran yang lebih tinggi daripada di bawah sistem lama dan jumlah keseluruhan yang dibayarkan juga akan meningkat,” tulis salah satu dokumen tersebut, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (7/5/2022).

Menurut dua orang yang mengetahui masalah tersebut yang dimintai keterangan tetapi tidak mau disebut namanya karena informasi tersebut bersifat rahasia menjelaskan, bos Google Search Prabhakar Raghavan mengatakan hal tersebut dalam pertemuan besar pada hari Jumat.

Seorang juru bicara Google mengatakan dalam email bahwa mereka tidak memiliki hal lain untuk dibagikan.

Gaji karyawan telah menjadi subjek sensitif di Google. Dalam survei tahunan “Googlegeist”, yang dianggap CEO Sundar Pichai sebagai indikator utama kepuasan karyawan, staf memberi Google nilai yang sangat buruk tentang bagaimana kompensasi dibandingkan dengan membayar pekerjaan serupa di perusahaan lain.

Karyawan juga menurunkan peringkat mereka pada proses tinjauan kinerja dan peluang untuk pertumbuhan karir.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Google, Microsoft dan Amazon Bakal 'Paksa' Karyawan Kembali ke Kantor

Kantor Baru Google di Berlin
Google akan mengharuskan karyawan kembali bekerja di kantor tiga hari seminggu.

Sebelumnya, Google akan mengharuskan karyawan kembali bekerja di kantor tiga hari seminggu. Sekadar informasi, sejak pandemi merebak, perusahaan selalu berharap karyawannya bakal bisa kembali lagi bekerja ke kantor.

Meski begitu, banyak karyawan yang menyampaikan keprihatinan dan mempertanyakan apakah kembali ke kantor benar-benar diperlukan.

Sebelumnya, pada pertemuan virtual yang terjadi belum lama ini, Sundar Pichai, CEO Google membacakan salah satu pernyataan yang paling banyak ditanyakan karyawan Google.

"Google menghasilkan rekor keuntungan selama pandemi. Mengapa Anda ingin menerapkan kembali bekerja di kantor?" itu pernyataan paling banyak ditanyakan oleh karyawan Google kepada manajemen, seperti dikutip Gizchina, Rabu (6/4/2022).

Seperti diketahui, banyak perusahaan teknologi termasuk Google menghasilkan lebih banyak keuntungan di masa pandemi. Hal ini berkat dukungan tools kolaborasi yang memungkinkan karyawan bisa bekerja lebih fleksibel di luar kantor.

Kehidupan karyawan dengan keluarga masing-masing pun makin seimbang karena tidak perlu menghabiskan banyak waktu di luar rumah.

Dua pertiga dari karyawan berharap bisa menerapkan gaya kerja dari rumah sepenuhnya. Sementara, separuh karyawan dunia teknologi mengaku mempertimbangkan cari pekerjaan baru jika diperlukan.

Berbagai Perusahaan Ingin Karyawan Kembali ke Kantor

Logo Microsoft (Dok. Microsoft)
Microsoft dan Google menambah masa transisi hingga 30 hari agar karyawan lebih mudah menyesuaikan diri saat kembali ke kantor.

Dengan begitu bisa terlihat ada ketidaksesuaian harapan karyawan dengan perusahaan menyoal lingkungan kerja yang diharapkan.

Sekadar informasi, ada banyak perusahaan yang mengubah kebijakan beberapa kali sebelum memutuskan untuk kembali ke kantor.

Pada Juni 2022, Amazon membatalkan rencananya kembali ke kantor. Amazon memperbolehkan karyawan untuk kembali bekerja di kantor tiga hari dalam seminggu, serta tidak mewajibkan kehadiran penuh.

Amazon mengatakan, manajemen pun akan terus belajar dan berevolusi menjadi lebih baik. Sementara pada Oktober lalu, perusahaan menyerahkan keputusan kembali ke kantor atau tidak ke tim kerja masing-masing karyawan. 

 

Masa Transisi

Sementara itu, Microsoft dan Google menambah masa transisi hingga 30 hari agar karyawan lebih mudah menyesuaikan diri saat kembali ke kantor.

Awalnya, Google jadi salah satu perusahaan pertama yang berencana membawa kembali karyawan bekerja di kantor pada musim semi lalu, sebelum infeksi Covid-19 di AS meningkat.

Saat itu, Google menyebut, karyawan bisa menerapkan bekerja dari jarak jauh hingga 12 bulan, jika ada keperluan tertentu.

Sejak itu, manajemen Google pun melunak. Perusahaan kemudian menyebut akan menyetujui 85 persen permintaan karyawan untuk bekerja dari tempat lain secara permanen.

Belum lama ini dalam memo kepada karyawan, eksekutif Google yang bergerak di bidang pencarian, periklanan, dan perdagangan menulis, "Anda semua sudah dewasa dan kami percaya Anda akan melakukan sesuatu untuk hidup Anda. Buatlah keputusan yang tepat untuk keluarga dan hidup Anda. Kami tidak berharap akan 100 persen bekerja hari di kantor."

Infografis 4 Unicorn di Indonesia
Infografis 4 Unicorn di Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya