Liputan6.com, Jakarta - Miliarder baru muncul setiap 30 jam selama pandemi Covid-19, ketika hampir satu juta orang berisiko jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem dengan tingkat yang hampir sama di tahun 2022 ini.
Hal itu diungkapkan oleh statistik serius yang baru-baru ini dirilis oleh badan amal global asal Inggris, Oxfam.
Baca Juga
Dilansir dari CNBC International, Senin (23/5/2022) Oxfam mengatakan, ada tambahan 573 miliarder di dunia pada Maret 2022 dibandingkan pada 2020 ketika pandemi Covid-19 dimulai.
Advertisement
Jumlah itu setara dengan satu miliarder baru setiap 30 jam, kata Oxfam, dalam sebuah ringkasan yang diterbitkan pada Senin, hari pertama KTT Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
Selain itu, diperkirakan 263 juta orang dapat didorong ke tingkat kemiskinan ekstrem pada tahun 2022 ini karena pandemi Covid-19, meningkatnya ketidaksetaraan global, dan kenaikan harga pangan yang diperburuk oleh perang di Ukraina. Jumlah tersebut setara dengan hampir satu juta orang setiap 33 jam.
Data yang dibeberkan Oxfam juga menunjukkan bahwa kekayaan miliarder secara kolektif mencapai USD 12,7 triliun pada Maret 2022.
Adapun pada tahun 2021, di mana kekayaan miliarder mewakili setara dengan hampir 14 persen dari produk domestik bruto global.
Gabriela Bucher, direktur eksekutif Oxfam International, mengatakan bahwa para miliarder tiba di KTT Davos untuk "merayakan lonjakan luar biasa dalam kekayaan mereka."
"Pandemi, dan sekarang kenaikan tajam harga pangan dan energi, sederhananya, menjadi keuntungan bagi mereka,” ujar Bucher.
"Sementara itu, kemajuan puluhan tahun dalam kemiskinan ekstrem sekarang terbalik dan jutaan orang menghadapi kenaikan yang mustahil dalam biaya untuk bertahan hidup," tambahnya.
Miliarder di Sektor Makanan dan Farmasi Tambah Kaya di Masa Pandemi
Menggali kekayaan yang melonjak di sektor bisnis tertentu, Oxfam mengatakan kekayaan miliarder di bisnis makanan dan energi naik hingga USD 453 miliar dalam dua tahun terakhir, setara dengan USD 1 miliar setiap dua hari.
Misalnya, raksasa makanan Cargill dilaporkan menjadi salah satu dari empat perusahaan yang menguasai lebih dari 70 persen pasar pertanian global, kata Oxfam.
Korporasi, yang dimiliki oleh keluarga Cargill, menghasilkan pendapatan bersih hampir USD 5 miliar tahun lalu — laba terbesar dalam sejarahnya.
Salam keluarga Cargill saja, Oxfam menyebut, sekarang ada 12 miliarder - bertambah dari delapan orang sebelum pandemi.
Selain itu, pandemi juga menciptakan 40 miliarder baru di sektor farmasi.
Menurut Oxfam, mereka di antaranya adalah yang mendapat untung dari monopoli perusahaan atas vaksin, perawatan, tes, dan peralatan APD.
Untuk mencegah ketimpangan kekayaan yang lebih mencolok, dan mendukung masyarakat yang menghadapi kenaikan biaya makanan dan energi, Oxfam merekomendasikan agar pemerintah mengenakan pajak solidaritas satu kali pada rejeki nomplok dari pandemi terhadap para miliarder.
Advertisement
Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?
Badan amal Oxfam juga menyarankan agar pemerintah mengakhiri "pencacatan krisis" dengan memperkenalkan pajak laba berlebih sementara 90 persen atas rejeki nomplok yang dihasilkan oleh perusahaan besar di semua sektor.
Oxfam juga mengusulkan pajak permanen untuk mengendalikan kekayaan ekstrim, kekuatan monopoli dan emisi karbon yang lebih tinggi yang dihasilkan oleh miliarder.
Dikatakan bahwa pajak kekayaan tahunan mulai dari 2 persen pada jutawan dan 5 persen pada miliarder dapat mengumpulkan dana hingga USD 2,52 triliun per tahun.
Dana itu akan cukup untuk mengangkat 2,3 miliar orang keluar dari kemiskinan, membuat cukup vaksin untuk populasi global, serta memberikan perawatan kesehatan universal dan perlindungan sosial bagi mereka yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.