Pil Pahit Ditelan Para Orang Terkaya Dunia, Hilang Harta Rp 1,6 Kuadriliun dalam 5 Bulan Terakhir

Miliarder atau orang terkaya di dunia Elon Musk, Jeff Bezos hingga Bill Gates harus rela kehilangan banyak harta.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Mei 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi Miliarder
Ilustrasi Miliarder (pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta - Orang terkaya di dunia Elon Musk, Jeff Bezos hingga Bill Gates harus gigit jari. Mereka mengalami penyusutan kekayaan kolektif sebesar USD 115 miliar atau setara Rp 1,6 kuadriliun dalam lima bulan terakhir. Penurunan drastis pada kekayaan miliarder ini terjadi karena pasar saham jatuh.

Dilansir dari Business Insider, Senin (30/5/2022) Bloomberg Billionaires Index menunjukkan kekayaan Elon Musk turun USD 46,4 miliar (Rp 674,2 triliun), Bezos turun USD 53,2 miliar (Rp 773 triliun), sementara kekayaan Bill Gates turun USD 15,1 miliar (Rp 219,4 triliun).

Pada Jumat kemarin (27/5), kekayaan Musk bernilai hanya USD 224 miliar (Rp 3,2 kuadriliun), Bezos USD 139 miliar (Rp 2 kuadriliun) dan Gates USD 123 miliar (Rp 1,7 kuadriliun).

Adapun Bernard Arnault, ketua konglomerat mode Prancis LVMH dan orang terkaya ketiga di dunia setelah Gates, yang juga mengalami penurunan kekayaan senilai USD 44,7 miliar sejak Januari menjadi USD 133 miliar (Rp 1,9 kuadriliun).

Sebagai informasi, sebagian besar kekayaan Musk dan Bezos terkait dengan saham Tesla dan Amazon – perusahaan tempat mereka menjabat saat ini dan mantan CEO – tetapi kepemilikan Gates di Microsoft, yang ia dirikan bersama, sekarang relatif sederhana.

 Di Tesla, Musk memiliki 15,6 persen saham atau sekitar USD 122 miliar (Rp 1,7 kuadriliun) setelah saham di perusahaan mobil listrik itu turun hampir 37 persen tahun ini.

Dia juga mengakuisisi 9,2 persen saham Twitter pada bulan April 2022, yang membuat investor mempertanyakan komitmennya terhadap Tesla dan mendorong pemangkasan nilainya.

Musk menjual saham Tesla senilai USD 8,4 miliar untuk mendanai tawaran pengambilalihan USD 44 miliar berikutnya.

Oxfam : Ada Miliarder Baru Setiap 30 Jam Selama Pandemi Covid-19

Ilustrasi miliarder (iStock)
Ilustrasi miliarder (iStock)

Miliarder baru muncul setiap 30 jam selama pandemi Covid-19, ketika hampir satu juta orang berisiko jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem dengan tingkat yang hampir sama di tahun 2022 ini. 

Hal itu diungkapkan oleh statistik serius yang baru-baru ini dirilis oleh badan amal global asal Inggris, Oxfam.

Dilansir dari CNBC International, Oxfam mengatakan, ada tambahan 573 miliarder di dunia pada Maret 2022 dibandingkan pada 2020 ketika pandemi Covid-19 dimulai. 

Jumlah itu setara dengan satu miliarder baru setiap 30 jam, kata Oxfam, dalam sebuah ringkasan yang diterbitkan pada Senin, hari pertama KTT Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Selain itu, diperkirakan 263 juta orang dapat didorong ke tingkat kemiskinan ekstrem pada tahun 2022 ini karena pandemi Covid-19, meningkatnya ketidaksetaraan global, dan kenaikan harga pangan yang diperburuk oleh perang di Ukraina. Jumlah tersebut setara dengan hampir satu juta orang setiap 33 jam.

Data yang dibeberkan Oxfam juga menunjukkan bahwa kekayaan miliarder secara kolektif mencapai USD 12,7 triliun pada Maret 2022.

Adapun pada tahun 2021, di mana kekayaan miliarder mewakili setara dengan hampir 14 persen dari produk domestik bruto global.

Gabriela Bucher, direktur eksekutif Oxfam International, mengatakan bahwa para miliarder tiba di KTT Davos untuk "merayakan lonjakan luar biasa dalam kekayaan mereka."

"Pandemi, dan sekarang kenaikan tajam harga pangan dan energi, sederhananya, menjadi keuntungan bagi mereka,” ujar Bucher.

"Sementara itu, kemajuan puluhan tahun dalam kemiskinan ekstrem sekarang terbalik dan jutaan orang menghadapi kenaikan yang mustahil dalam biaya untuk bertahan hidup," tambahnya.

Imbas Perang Rusia-Ukraina, PBB Minta Miliarder Bantu Atasi Krisis Pangan

Kelangkaan pangan di Venezuela, menyusul krisis ekonomi dan politik yang terjadi di negara tersebut (AFP Photo)
Kelangkaan pangan di Venezuela, menyusul krisis ekonomi dan politik yang terjadi di negara tersebut (AFP Photo)

 Kepala Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyerukan kepada para miliarder di seluruh dunia bahwa saatnya untuk mengambil tindakan ketika ancaman global tentang kerawanan pangan meningkat seiring perang Rusia-Ukraina dan dampak pandemi Covid-19. 

Dilansir AlJazeera, Direktur Eksekutif WFP David Beasley mengatakan dia melihat tanda-tanda menggembirakan dari beberapa orang terkaya di dunia, seperti Elon Musk dan Jeff Bezos.

Tahun lalu, Direktur Eksekutif WFP David Beasley telah menyuarakan di media sosial tentang pentingnya peran miliarder dalam menyumbang dana USD 6 miliar untuk mengatasi kelaparan dunia.

Sejak itu, "Musk memasukkan dana USD 6 miliar ke sebuah yayasan. Tetapi semua orang mengira dana itu datang kepada kami, tetapi kami belum mendapatkannya. Jadi saya sudah ada harapan," kata Beasley kepada The Associated Press di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi," katanya tentang Musk.

"Kami mencoba setiap sudut, Anda tahu: Elon, kami membutuhkan bantuan Anda, saudara," ungkap Beasley.

Beasley pun menegaskan bahwa seruannya tidak hanya untuk dua pakar teknologi terkenal itu, tetapi juga miliarder lainnya.

"Dunia berada dalam masalah yang sangat serius. Ini bukan hanya retorika. Maju sekarang, karena dunia membutuhkan Anda,” katanya.

Musk, orang terkaya di dunia, menyumbangkan sekitar lima juta lembar saham perusahaannyasekitar USD 5,7 miliar ke badan amal yang tidak disebutkan namanya pada November lalu. 

Sumbangan itu datang setelah postingan Musk di Twitter pada akhir Oktober 2022 mengungkapkan dia akan menjual saham Tesla sebesar USD 6 miliar dan memberikan uang itu kepada WFP jika organisasi tersebut nhisa menjelaskan bagaimana uang itu akan mengatasi kelaparan dunia.

Namun, pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa AS tidak menyebutkan nama penerima sumbangan dari Musk tersebut.

infografis miliarder dunia
Pendatang baru miliarder dunia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya