NS BlueScope Gandeng Cahaya Benteng Mas Dongkrak Mutu Baja RI

BlueScope telah berperan dalam pembangunan infrastruktur maupun perumahan di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jun 2022, 23:50 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2022, 15:50 WIB
Fasilitas produksi baja lapis milik PT NS BlueScope Indonesia. (Foto: Achmad Dwi/Liputan6.com)
Fasilitas produksi baja lapis milik PT NS BlueScope Indonesia. (Foto: Achmad Dwi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta PT NS BlueScope Indonesia bekerjasama dengan PT Cahaya Benteng Mas dalam rangka dalam upaya menjaga kualitas produk baja agar tetap prima sampai ke tangan konsumen. Penandatanganan kerjasama dilakukan pada awal Juni 2022 lalu.

Presiden Direktur PT NS BlueScope Indonesia, Lucky Lee menjelaskan, sebagai pelopor inovasi baja lapis alumunium seng (BJLAS), BlueScope telah berperan dalam pembangunan infrastruktur maupun perumahan di Indonesia. BlueScope merupakan perusahaan manufaktur baja yang telah memiliki rekam jejak dengan lebih 14.000 karyawan di dunia.

"BlueScope telah hadir di Indonesia sejak tahun 1994 dengan memproduksi BJLAS secara dalam negeri di pabrik yang terletak di Cilegon, Banten. Tahun 2013, BlueScope dan Nippon Steel sepakat untuk memperkuat untuk memenuhi kebutuhan baja lapis di ASEAN khususnya Indonesia dengan membentuk joint venture PT. NS BlueScope Indonesia. Produk jadi BlueScope digunakan pada berbagai jenis bagian bangunan diantaranya penutup atap, dinding, rangka baja ringan, maupun untuk kegunaan lainnya seperti manufaktur," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (24/6/2022).

PT NS BlueScope Indonesia menggandeng PT Cahaya Benteng Mas sebagai Rollformer ternama yang telah hampir 3 dekade memproduksi dan memasok produk penutup atap dengan material yang di supply oleh PT. NS BlueScope Indonesia.

Memiliki 9 cabang / titik distribusi di seluruh Indonesia, kerjasama strategis merek bersama akan menggunakan logo Steel Supplied by BlueScope pada merek CBMRoof®, CBMTruss®, CBMHollow®, Seng Super KOALA®, Seng Super KOALA Berlian®.

Steel Supplied by BlueScope hadir sebagai komitmen kedua perusahaan memberikan jaminan mutu kualitas rangka baja ringan, atap, dan rangka plafon untuk perlindungan konsumen.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Cahaya Benteng Mas Novia Budiman mengatakan, pihaknya fokus mengembangkan merek CBMRoof®, Seng Super Koala®, Seng Super Koala Berlian® untuk Atap menggunakan material AZ100 & AZ70 dari PT NS BlueScope Indonesia.

Jaminan mutu dan keekonomisan produk atap, rangka baja ringan dan rangka plafon adalah fokus utama perusahaan untuk kepuasan serta perlindungan konsumen. Kegiatan edukasi kepada konsumen maupun para tukang atau mandor terkait spesifikasi produk juga akan menjadi satu rangkaian kegiatan dari kerjasama merek ini.

“PT Cahaya Benteng Mas akan membawa kerjasama merek ini di wilayah distribusi Kami di seluruh Indonesia dengan membawa logo Steel Supplied by BlueScope," tutup dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Produk Dalam Negeri jadi Prioritas, Industri Baja Semringah

Pemerintah Batasi Baja Impor Masuk RI Mulai 20 Januari 2019
Pekerja membangun konstruksi bangunan bertingkat di Jakarta, Jumat (18/1). Pemerintah akan membatasi baja impor yang masuk ke Indonesia mulai 20 Januari 2019. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut, gejolak perekonomian global dapat diatasi dengan strategi membelanjakan uang, baik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), swasta, maupun masyarakat untuk membeli produk dalam negeri.

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat meluncurkan gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) beberapa waktu lalu.

Sesuai arahah tersebut, pemerintah kini terus menggenjot pemanfaatan Produk Dalam Negeri (PDN) oleh Kementerian dan Lembaga (K/L) hingga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk belanja produk dan jasanya.

Upaya yang sama juga dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam pembangunan infrastruktur nasional, termasuk dalam proyek Pembangunan Ibukota Nusantara.

Dalam gelaran Business Matching di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta beberapa waktu lalu, Sekjen Kementerian PUPR, Mohammad Zainal Fatah mengatakan, hingga saat ini Kementerian PUPR mencatat telah merealisasikan pos belanja untuk produk lokal melebihi Rp 80,48 triliun.

Anggaran itu ditegaskan merupakan wujud komitmen penuh terhadap program Gerakan Nasional (Gernas) Bangga Buatan Indonesia (BBI).

Alokasi anggaran yang digelontorkan tersebut, diambil dari total pagu anggaran Kementerian PUPR pada 2022 sekitar Rp 100,5 triliun.

“Khusus di Kementerian PUPR pada tahun anggaran 2022 ini kami telah merencanakan paling sedikit sekitar Rp 80,48 triliun dari total pagu anggaran sebesar Rp 105,7 triliun akan kami gunakan untuk belanja produksi dalam negeri, dan ini terus dimonitoring, tercatat tanggal 25 Mei 2022 lalu angka ini sudah terlampaui,” tuturnya, dikutip Rabu (15/6/2022).

Anggaran Besar

Produksi Beton Menuju New Normal di Plant Karawang PT. Waskita Beton Precast
Pekerja merangkai baja untuk PC-I Girder di Plant Karawang PT Waskita Beton Precast, Jawa Barat, Rabu (17/6/2020). Anak usaha PT Waskita Karya yang mampu memproduksi 450 ribu ton per tahun mewajibkan pekerja dan pegawai kenakan masker dengan kebijakan new normal. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Menurut Zainal, sebagai salah satu kementerian yang memiliki anggaran besar untuk pembangunan infrastruktur, realisasi alokasi anggaran yang diperuntukkan bagi produk lokal pada 2022 akan terus ditingkatkan. Langkah ini diharapkan dapat berdampak positif terhadap ketahanan perekonomian Indonesia.

Hal ini tentunya mendapat sambutan baik dari berbagai pihak. Salah satunya dari Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI). Sebagai sebuah wadah yang menaungi perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor hilir baja ringan, ARFI menilai langkah pemerintah dalam menggenjot pemanfaatan produk dalam negeri, terutama pada industri baja, sudah sangat tepat.

Pasalnya, industri baja ini merupakan induk dari semua industri (Mother of All Industries).

“ARFI menyikapi positif dengan adanya pembangunan di Indonesia yang mewajibkan penggunaan produk dalam negeri ini. Pemanfaatan produk nasional, terutama baja sudah sangat tepat dalam menggerakkan ekonomi. Karena baja ini adalah Mother of All Industriesm," tutur Ketua Umum ARFI, Nicolas Kesuma.

"Semua bidang industri mengunakan baja, seperti industri perabot rumah tangga, elektronika, dan lain-lain menggunakan baja sebagai bahan bakunya. Untuk itu ke depan industri baja akan menjadi salah satu sektor yang bertahan dan ini akan menjadi masa depan,” ungkap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya