Liputan6.com, Jakarta Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan jika saat ini rata-rata pendanaan setiap perguruan tinggi di Indonesia masih jauh dibandingkan negara lain.
"Kenyataannya kita harus menyadari bahwa Indonesia masih jauh dibandingkan negara lain dari sisi pendanaan pendidikan tinggi kita," kata Nadiem Makarim pada acara Merdeka Belajar: Dana Abadi Perguruan Tinggi di Jakarta, Senin (27/6/2022).
Dari pemaparannya, rata-rata pengeluaran pendanaan perguruan tinggi di Indonesia pada 2022 baru sebesar USD 2.000. Masih lebih rendah dari India sebesar USD 3.000, Malaysia USD 7.000, Jepang USD 8.000 bahkan Singapura senilai USD 15.000.
Advertisement
Dia membandingkan Indonesia dengan India. Negara yang jumlah populasi jauh lebih besar dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi tetapi memiliki rata-rata pengeluaran perguruan tinggi per lulusan, satu setengah kali lebih besar dari Indonesia. Bahkan dengan negara jiran seperti Malaysia, Indonesia juga masih tertinggal
Nadiem mengingatkan jika investasi pendidikan tinggi memiliki dampak terbesar dan tercepat dari semua investasi pendidikan untuk membangun ekonomi dan negara.
"Mungkin kalau kita mau melihat jangka panjang investasi pendidikan PAUD dan lain itu lebih besar tetapi kalau kita mau hasil yang lebih cepat lebih dirasakan pendidikan tinggi adalah antara cara tercepat untuk membangun ekonomi kita untuk membangun negara kita," lanjut Nadiem Makarim.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gandeng Swasta
Untuk meningkatkan pendaan perguruan tinggi dikatakan bisa dengan menggalang kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat dan swasta.
Dia mencontoh beberapa world class university, seperti MIT, Harvard Business School, hingga Nanyang Technological University yang berhasil menerapkan skema donasi alumni dan kerja sama swasta untuk mengembangkan pendanaan pendidikannya.
Untuk itu, kata Nadiem, pendanaan pendidikan tinggi di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar kampus-kampus kita bisa bersaing di tingkat dunia.
Menurut dia dengan kolaborasi Indonesia bisa mengejar ketertinggalan. Dana bisa diraih dengan adanya kolaborasi dengan swasta.
"Kita butuh jauh lebih mahir, siap dan berusaha agar bisa mendapatkan pendanaan dari swasta alumni dan lainnya," tegas dia.
Advertisement
Dana Abadi LPDP Capai Rp 120 Triliun hingga Juli 2022
Dana abadi yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) akan mencapai Rp 120 triliun hingga Juli 2022. Hal tersebut diungkap oleh Direktur Beasiswa LPDP Dwi Larso.
"Tahun ini di bulan ini sudah mencapai Rp 99,2 triliun dan bulan depan paling lambat Juli akan meningkat menjadi Rp 120 triliun," kata Dwi dikutip dari Antara, Rabu (25/5/2022).
Dwi Larso mengatakan, dana abadi kelolaan LPDP terus meningkat dari tahun ke tahun dimana pada 2020 lalu dana kelolaannya baru mencapai Rp 54 triliun.
"Dana itu adalah dana abadi yang harus kita jaga baik-baik agar bisa dimanfaatkan generasi ke generasi. Yang kita manfaatkan adalah bagi hasil dana itu," katanya.
Adapun selama 10 tahun beroperasi, LPDP telah memberikan beasiswa kepada hampir 30 ribu mahasiswa master dan doktor yang berasal dari 34 provinsi di Indonesia.
Sebanyak 68 persen mahasiswa berkuliah di dalam negeri dan 32 persennya berkuliah di luar negeri.
"Dari award ini kami sudah menghasilkan alumni sebanyak lebih dari 15 ribu yang saat ini berbakti bagi negeri dari Sabang sampai Merauke," katanya.
Ia merinci sebanyak 61 persen alumni LPDP bekerja di sektor publik dan 33 persen bekerja di sektor swasta maupun kerja sosial.
Untuk mendukung program pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknolog, Kementerian Agama, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), LPDP di 2022 ini mendanai lebih dari 65 ribu peserta program pendidikan vokasi, sarjana, master dan doktor.
"Peran LPDP semakin kritis dan penting untuk mendukung agenda nasional guna mendukung sektor publik dan privat yang lebih baik," katanya.