Ekonomi Digital Jadi Fokus FEKDI, Modal Bangun Ekonomi Nasional

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo membuka gelaran Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI).

oleh Arief Rahman H diperbarui 11 Jul 2022, 11:40 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2022, 11:40 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo membuka gelaran Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo membuka gelaran Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI).

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo membuka gelaran Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI). Ia menekankan aspek ekonomi digital ini menjadi salah satu fokus membangun ekonomi indonesia.

Diketahui, pembangunan ekonomi nasional tercermin dalam tema besar Presidensi G20 Indonesia, Recover Together, Recover Stronger. Maka , diperlukan akselerasi dan sinergi yang tepat dalam pengembangan ekonomi digital.

“Inilah tema yang kita angkat di FEKDI ini, yaitu adalah advancing digital economy and finance: Synergistic and inclusive ecossytem for accelerated recovery, suatu ekosistem untuk membangun tema Presidensi G20 Indonesia, recover together recover stronger,” terang dia dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital indonesia 2022, Bali, Senin (11/7/2022).

Sebagai bagian dari gelaran G20 jalur keuangan, kata dia, ada sejumlah hal penting yang akan dibahas dalam beberapa hari kedepan. Setidaknya ada 4 poin besar yang akan dibahas secara berturut-turut kedepannya.

Diantaranya, kolaborasi dan sinergi dalam ekonomi digital indonesia, kemudian digital currency yang meliputi mata uang kripto. Kemudian, ekonomi dan keuangan hijau dan inklusif, serta cross-border payment.

“Ini sinergi Kementerian, Bank Indonesia, asosiasi untuk bersama mendigitalkan Indonesia. Besok kita membahas crypto, lusa kita membahas bagaimana digital economy memajukan ekonomi indonesia yang tak hanya inklusif tapi juta green,” katanya.

“Kita juga bicara soal cross-border payment, tak hanya indonesia, tapi ASEAN, inilah digital payment,” tambahnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sinergi Pemerintah dan Asosiasi

BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih lanjut, Perry mengungkap dengan adanya diskusi yang digelar dalam FEKDI kedua ini, akan menjadi bukti dalam memajukan ekonomi digital Indonesia. Menurutnya, dalam mengejar tujuan itu, diperlukan kolaborasi dans sinergi antara Pemerintah dan Asosiasi.

“Kita undang ketua asosiasi bagaimana bersama pemerintah mendigitalkan Indonesia, untuk indonesia, untuk rakyat, untuk kemajuan bangsa. Lebih dari itu, juga untuk global,” katanya.

Ia meminta, melalui gelaran ini, keluar sebuah hasil yang bisa membuktikan upaya dalam mendorong ekonomi digital dalam negeri.

“Mari kita bersinergi, mari kita tunjukkan ke dunia, presidensi G20 bahwa indonesia telah maju dalam digital economy, tak hanya indonesia, untuk bangsa indonesia, untuk rakyat, tapi juga untuk dunia,” katanya.

 

Potensi Ekonomi Digital

Ilustrasi ekonomi digital. Freepik
Ilustrasi ekonomi digital. Freepik

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan memperkirakan kontribusi Ekonomi Digital Indonesia (EDI) di tahun 2030 akan mencapai 18 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau sekitar Rp 4.531 triliun. Itu artinya dalam 8 tahun ke depan, ekonomi digital tumbuh 4,5 kali dibandingkan saat ini yang sekitar 4 persen.

Pakar bisnis dan ekonomi digital dari Inventure, Yuswohady mengatakan besarnya potensi ekonomi digital itu menjadi peluang kepada pelaku usaha digital untuk semakin meningkatkan pertumbuhan bisnisnya

Itu sebabnya banyak perusahaan berbasis digital seperti GoTo, Grab, Blibli dan lainnya sangat agresif untuk menjaring patner bisnis dan melayani target konsumennya.

“Jika dilihat saat ini perilaku konsumen kita sudah mengarah kepada digitalisasi, mulai dari belanja online, pembayaran online, sampai transportasi online. Sekarang tinggal bagaimana pelaku usaha di bidang ini menangkap peluang tersebut,” kata Yuswohady, dikutip Minggu (19/6/2022).

 

21 Juta Konsumen Digital

Ilustrasi ekonomi digital. Freepik.
Ilustrasi ekonomi digital. Freepik.

Laporan e-Conomy SEA 2021 dari Google, Temasek, and Bain & Company mengungkapkan, terdapat sekitar 21 juta konsumen digital baru di Indonesia sejak awal pandemi Covid 19 hingga kuartal pertama 2021.

Dengan jumlah penduduk yang mencapai 270 juta dan pendapatan per kapita yang dipoyeksi akan terus meningkat, potensi pasar Indonesia sangat besar.

Meskipun pasarnya besar, kompetisi di industri digital juga semakin ketat. Menurut Yuswohady, selain harus menjaring pengguna baru, perusahaan digital juga dituntut untuk mengembangkan berbagai strategi guna menjaga loyalitas konsumen dan selalu aktif bertransaksi walau tanpa harus bakar uang melalui promo.

Infografis: Persaingan Ketat, Ekosistem Bank Digital Harus Kuat (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Persaingan Ketat, Ekosistem Bank Digital Harus Kuat (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya