Liputan6.com, Jakarta - Makau akan menutup hampir semua bisnis komersial dan industri termasuk kasino selama sepekan kedepan mulai Senin hari ini (11/7), ketika otoritas wilayah tersebut melaporkan lonjakan kasus Covid-19 di pusat perjudian terbesar di dunia.
Dilansir dari Channel News Asia, Senin (11/7/2022) di tengah penutupan pusat bisnis, Makau akan tetap membuka toko-toko esensial supermarket dan apotek. Selain itu, hotel juga masih akan dibuka di tengah pembatasan Covid-19.
Baca Juga
Pengumuman ini datang ketika Makau melaporkan 71 kasus baru Virus Corona Covid-19 pada Sabtu kemarin (9/7/2022), sehingga totalnya menjadi 1.374 kasus sejak pertengahan Juni 2022.
Advertisement
Menurut otoritas setempat, lebih dari 17.000 orang dikarantina saat ini di Makau.
Otoritas Makau juga telah menambahkan dua hotel di resor kasino populer untuk digunakan sebagai fasilitas medis Covid-19 ketika mereka mencoba meningkatkan kapasitas untuk menangani lonjakan infeksi.
Sejauh ini, lebih dari 90 persen penduduk Makau telah divaksinasi Covid-19 secara penuh atau tiga dosis, tetapi ini adalah pertama kalinya kota itu harus bergulat dengan varian Omicron Covid-19 yang menyebar cepat.
Sementara itu, China, telah memulai pemulihan yang lambat dari guncangan pasokan yang disebabkan oleh lockdown Covid-19 sejak kuartal kedua 2022.
Namun memang usaha pemulihan ekonomi ini masih ada hambatan.
"Saat ini, ekonomi pulih, tetapi fondasinya tidak stabil. Kerja keras diperlukan untuk menstabilkan ekonomi," kata PM China Li Keqiang dikutip dalam pertemuan luring dengan pejabat senior dari kota Shanghai, Guangdong, Fujian, Jiangsu dan Zhejiang.
PM Li Keqiang melanjutkan, akan ada lebih banyak untuk meningkatkan antusiasme pejabat di tingkat pusat dan daerah dan menjaga agar ekonomi China tetap beroperasi dalam kisaran yang wajar.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasca Lockdown Covid-19, Aktivitas Pabrik China Mulai Bergerak
Aktivitas pabrik di China berkembang untuk pertama kalinya dalam empat bulan, menyusul pencabutan lockdown Covid-19 di kota-kota besar negara itu.
Dilansir dari CNBC, indeks Purchasing Managers' Index (PMI) China naik menjadi 50,2 pada Juni 2022, naik dari 49,6 pada Mei 2022, menurut Biro Statistik Nasional (NBS) China.
Polling sebelumnya memperkirakan PMI China akan mencapai 50,5, di atas tanda 50 poin yang memisahkan kontraksi dari pertumbuhan bulanan.
Sub-indeks untuk produksi di China berada di angka 52,8, - tertinggi sejak Maret 2021, sementara pesanan baru juga kembali berekspansi untuk pertama kalinya dalam empat bulan, meskipun pertumbuhan tetap lemah.
Meskipun aktivitas bisnis di China telah kembali berjalan setelah lockdown Covid-19 pada bulan April dan Mei, hambatan, termasuk pasar properti yang masih lemah, belanja konsumen yang lemah, serta ketakutan akan gelombang infeksi baru tetap ada.
"Meskipun sektor manufaktur terus pulih bulan ini, 49,3 persen dari perusahaan melaporkan pesanan tidak mencukupi," kata Zhu Hong, ahli statistik senior di Biro Statistik Nasional China.
"Permintaan pasar yang lemah masih menjadi masalah utama yang dihadapi industri manufaktur," ungkapnya.
Salah satu pusat ekonomi terbesar di China, yaitu Kota Shanghai mengakhiri pembelakuan lockdown sejak 1 Juni 2022, memungkinkan pabrik-pabrik kecil di wilayah tersebut melanjutkan produksi.
Advertisement
Dampak Covid-19, Bank Dunia Pangkas Ramalan Pertumbuhan Ekonomi China
Bank Dunia telah memangkas perkiraan tahunan pertumbuhan ekonomi China, ketika gangguan Covid-19 semakin memperlambat pemulihan negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
China adalah negara ekonomi utama terakhir yang menganut kebijakan nol-Covid-19 dengan lockdown yang ketat, pengujian massal, dan pembatasan untuk meredam wabah - tetapi mengganggu rantai pasokan dan menyeret indikator ekonomi ke level terendah dalam sekitar dua tahun.
Dilansir dari Channel News Asia, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China melambat menjadi 4,3 persen pada 2022.
Angka tersebut menandai penurunan tajam 0,8 poin persentase dari perkiraan Bank Dunia sebelumnya pada Desember 2021.
Ini "sebagian besar mencerminkan kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh wabah varian Omicron dan lockdown yang berkepanjangan di beberapa bagian China dari bulan Maret hingga Mei", kata laporan Bank Dunia.
"Dalam jangka pendek, China menghadapi tantangan ganda untuk menyeimbangkan mitigasi Covid-19 dengan mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Martin Raiser, Country Director Bank Dunia untuk China, Mongolia, dan Korea.
"Dilemanya adalah bagaimana membuat stimulus kebijakan efektif, selama pembatasan mobilitas tetap ada," lanjut Raiser.
Aktivitas ekonomi China diperkirakan akan pulih pada paruh kedua tahun 2022, dibantu oleh stimulus fiskal dan lebih banyak pelonggaran aturan di kawasan perumahan, menurut Bank Dunia.
Tetapi permintaan domestik di negara itu kemungkinan akan pulih secara bertahap dan hanya sebagian yang dapat mengimbangi kerusakan terkait pandemi sebelumnya.