Sri Mulyani: Pembangunan Berkelanjutan Kunci Pulihkan Ekonomi RI

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan salah satu kunci untuk mendorong pemulihan ekonomi

oleh Tira Santia diperbarui 14 Jul 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2022, 15:00 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Road to G20 Securitization summit 2022, di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Dia menyebut isu pangan menjadi sumber terjadinya inflasi global.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Road to G20 Securitization summit 2022, di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Dia menyebut isu pangan menjadi sumber terjadinya inflasi global.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan salah satu kunci untuk mendorong pemulihan ekonomi akibat pandemi covid-19 adalah membangun ekonomi yang berkelanjutan.

Hal itu disampaikan dalam Opening Remarks: Joint G20/OECD Corporate Governance Forum, di Nusa Dua Bali, Kamis (14/7/2022).

Dalam paparannya, Menkeu menyampaikan bahwa pandemi covid-19 telah mengubah segalanya. Banyak hal yang terdampak pandemi, khususnya pelemahan ekonomi global, pasar modal terganggu, hingga perubahan iklim dan resiko lingkungan, sosial, dan tata kelola lainnya yang juga turut terdampak.

Namun, seiring dengan adaptasi kondisi normal baru, akibat pandemi aktivitas ekonomi dan mobilitas manusia mulai berangsur pulih. Kendati begitu, hal tersebut masih perlu menjadi perhatian bersama di tengah tantangan menghadapi ancaman covid-19 yang belum berakhir.

"Ekonomi perlahan pulih dan memasuki kecepatan pemulihan ekonomi dan mudah-mudahan juga membangun normal baru. Pembangunan Ekonomi yang berkelanjutan, salah satu cara untuk mencapai hal ini," kata Sri Mulyani.

Untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diperlukan peningkatan korporasi dengan cara memperbaiki kerangka tata kelola pemerintahan. Menkeu menyebutkan, gagasan Pembangunan Ekonomi yang berkelanjutan muncul dari dua faktor penting.

"Yang pertama adalah degradasi permanen sumber daya ekonomi yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Dan yang kedua adalah ketidaksesuaian standar optimalisasi ekonomi dengan Dinamika sumber daya yang ada," ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Keseimbangan

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Forum G20 di Bali
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Forum G20 di Bali (dok: Bank Indonesia)

Menurutnya, pertumbuhan dan keseimbangan merupakan satu kesatuan yang ada dalam teori ekonomi. Tentu saja, baru-baru ini banyak pembuat kebijakan terutama di ekonomi keuangan seperti Menteri Keuangan, Gubernur Bank Sentral yang hari ini bersidang dalam pertemuan G20, yang membahas hal yang kompleks antara pertumbuhan dan stabilitas.

"Pertumbuhan dalam hal ini dan keseimbangan adalah memperlakukan. Sementara memilih keseimbangan akan menjamin pertumbuhan ekonomi. Memilih ekspansi menyebabkan ketidakstabilan sistem. Jadi, bagi kita semua jawaban dari sifat ini adalah memilih pembangunan berkelanjutan," ujarnya.

Pertumbuhan tidak boleh dengan mengorbankan keberlanjutan, atau sebaliknya memperhatikan keberlanjutan tidak boleh dengan mengorbankan pertumbuhan.

 


Selanjutnya

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati di acara online G20.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati di acara online G20. (YouTube)

Hal itu dijelaskan dalam Laporan Komisi Brundtland tahun 1987, disebutkan bahwa Pembangunan Berkelanjutan merupakan sebuah pembangunan yang memenuhi kebutuhan di masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi di masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

"Gagasan ini telah digunakan lebih sering, kemampuan generasi sekarang untuk memenuhi kebutuhan mereka seharusnya tidak atau tanpa kompromi, kapasitas generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, yang dijelaskan dalam laporan itu pada tahun 1987, sepertinya sudah lama sekali, tetapi masih bergema sangat kuat hingga hari ini," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya