IMF Prediksi Indonesia Tahan Krisis, Erick Thohir Tak Bakal Terlena

IMF Yakin Indonesia secara mandiri masih bisa bertahan dari ancaman situasi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 17 Jul 2022, 17:57 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2022, 17:55 WIB
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, saat mengunjungi Gedung Sarinah, Jakarta, Minggu (17/7/2022).
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, saat mengunjungi Gedung Sarinah, Jakarta, Minggu (17/7/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) memberi keyakinan kepada Pemerintah RI bahwa Indonesia secara mandiri masih bisa bertahan dari ancaman situasi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina. Sehingga Indonesia cenderung aman dari ancaman krisis ekonomi.

Hal itu dikatakan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di hadapan Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, saat mengunjungi Gedung Sarinah, Jakarta, Minggu (17/7/2022).

Georgieva memprediksi, Indonesia bisa menyelesaikan 2022 ini dengan pertumbuhan ekonomi positif. Selama, negara masih bisa bertumpu pada kekuatan domestiknya dan tidak terlalu terpengaruh dari gangguan yang terjadi di tingkat global.

"Untuk Indonesia, kita berharap negara ini bisa menyelesaikan tahun ini dengan pertumbuhan ekonomi yang baik. Kita berharap pertumbuhan positif tahun depannya," kata dia.

"Risiko bagi Indonesia bukan datang dari dalam negeri, itu datang dari luar," tegas Georgieva.

Mendengar pernyataan pejabat IMF tersebut, Erick Thohir mengaku senang bahwa pertumbuhan ekonomi nasional masih aman dari ancaman krisis hingga menyebabkan resesi.

"Saya sangat senang, Pak Sandi juga sangat senang dengan pernyataan IMF. Dia meyakinkan Indonesia tidak di dalam jurang krisis seperti yang digembar-gemborkan," ungkapnya.

Namun, Erick tak ingin lengah atas pujian tersebut. Terutama akan ancaman perang Rusia-Ukraina yang tetap jadi risiko tersendiri, yang mengakibatkan rantai pasok global terganggu.

"Tetapi bukan berarti kita tidak waspada. Karena tadi disampaikan secara internal kita kuat, tetapi secara eksternal, yang namanya geopolitik, global ekonomi bisa saja berdampak," ujar dia.

Erick pun optimistis Indonesia sudah menuju pada arah yang baik, dimana IMF juga mengapresiasi kekuatan fondasi negara saat ini yang berkembang pesat.

"Bisa dilihat kemajuannya, apakah pembangunan infrastruktur, pemberdayaan kepada UMKM, dan lain lain," pungkas Erick Thohir.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

9 Negara Terancam Bangkrut Seperti Sri Lanka

Pengunjuk Rasa Serbu Kantor Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe
Para pengunjuk rasa menyerbu kantor Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, menuntut dia mengundurkan diri setelah presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negara itu di tengah krisis ekonomi di Kolombo, Sri Lanka, Rabu (13/7/2022). Mereka menuntut perubahan kepemimpinan pada perdana menteri dan menyerbu kantornya. (AP Photo/Rafiq Maqbool)

Sri Lanka menghadapi krisis terburuk dalam sejarah. Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, mengatakan upaya negara untuk menyiapkan dana talangan dari Dana Moneter Internasional tertunda akibat parahnya krisis keuangan.

Tetapi Sri Lanka bukan satu-satunya negara yang memiliki masalah ekonomi serius karena harga makanan, bahan bakar, dan kebutuhan lainnya telah meningkat buntut dari perang di Ukraina, dikutip dari voanews.com, Rabu (13/7/2022).

Ada 9 negara-negara yang disebut bisa terancam bernasib seperti Sri Lanka. Termasuk Afghanistan, Argentina, Mesir, Laos, Lebanon, Myanmar, Pakistan, Turki, dan Zimbabwe.

Diperkirakan sekitar 1,6 miliar orang di 94 negara menghadapi krisis yang melibatkan pangan, energi, atau sistem keuangan mereka.

 

 

Badai Sempurna

Sebuah laporan bulan lalu oleh Kelompok Tanggap Krisis Global dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, sekitar 1,2 miliar orang tinggal di negara-negara "badai sempurna".

Itu adalah istilah yang berarti individu yang tinggal di negara-negara tersebut berisiko tinggi mengalami krisis akibat kenaikan biaya dan masalah jangka panjang lainnya.

Setiap negara memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Tetapi mereka semua berbagi risiko yang meningkat dari inflasi. Pengamat mengatakan, beberapa biaya telah didorong lebih tinggi oleh perang Rusia dengan Ukraina. Bank Dunia memperkirakan pendapatan per kapita di negara-negara berkembang tahun ini akan lima persen di bawah level sebelum pandemi COVID-19.

PBB mengatakan lebih dari separuh negara termiskin di dunia mengalami atau berisiko menghadapi masalah utang.

 

INFOGRAFIS JOURNAL_ Ancaman Krisis Pangan Sudah Didepan Mata?
INFOGRAFIS JOURNAL_ Ancaman Krisis Pangan Sudah Didepan Mata? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya