Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah turun tajam pada perdagangan Senin karena data manufaktur di China dan Eropa melemah. Pelemahan data tersebut membebani prospek permintaan sehingga menekan harga minyak mentah.
Semenatara, saat ini investor komoditas tengah bersiap menghadapi hasil pertemuan dari pejabat organisasi eksportir minyak dunia atau OPEC. Dalam pertemuan ini OPEC akan membahas mengenai target produksi dan jumlah pasokan.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (2/8/2022), harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 3,94, atau 3,79 persen menjadi USD 100,03 per barel.
Advertisement
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mengakhiri hari di USD 93,89 per barel, turun 4,8 persen atau USD 4,73 dari perdagangan sebelumnya.
Dalam sebuah survei, pabrik-pabrik di seluruh Asia dan Eropa mengalami tekanan di Juli karena lesunya permintaan global dan pembatasan ketat COVID-19 di China memperlambat produksi. Hal ini menambah kekhawatiran tentang resesi ekonomi global.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur akhir S&P Global untuk zona euro turun menjadi 49,8 pada Juli dari 52,1 Juni. Angka ini jatuh di bawah level 50 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi untuk pertama kalinya sejak Juni 2020.
Analis Oanda Craig Erlam mengatakan, saat ini harga minyak mentah tengah menghadapi cobaan berat. Pertama karena beberapa negara dan lembaga dunia sudah merevisi target pertumbuhan ekonomi. Di tambah lagi adanya fakta bahwa aktivitas manufaktur melambat.
"Ini bukanlah pertanda baik,” kata dia.
Harga minyak mentah Brent dan WTI pada akhir Juli 2022 mengalami kerugian bulanan kedua berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2020. Hal ini terjadi karena melonjaknya inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan kekhawatiran resesi yang akan mengikis permintaan bahan bakar.
Para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk pertama kalinya sejak April mengurangi perkiraan mereka untuk harga rata-rata Brent 2022 menjadi USD 105,75 per barel. Perkiraan mereka untuk WTI turun menjadi USD 101,28 per barel.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
OPEC
OPEC dan sekutu termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, bertemu pada hari Rabu untuk memutuskan produksi September.
Dua dari delapan sumber OPEC+ dalam survei Reuters mengatakan bahwa kenaikan moderat untuk September akan dibahas pada pertemuan 3 Agustus. Sisanya mengatakan output kemungkinan akan tetap stabil.
OPEC+ tetap ingin sepenuhnya membatalkan rekor penurunan produksi pada bulan ini. Dari data menunjukkan bahwa OPEC pada Juni kemarin masih berjuang untuk bisa mmeproduksi 3 juta barel per hari.
Namun upaya tersebut belum terealisasikan karena beberapa negara produsen masih mengalami kendala produksi dan mencoba untuk mengembalikannya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kunjungan Joe Biden
Presiden AS Joe Biden mengunjungi Arab Saudi bulan lalu.
analis RBC Capital Helima Croft mengtatakan, kunjungan Presiden Biden ke Arab Saudi tidak menghasilkan pengiriman minyak langsung,
"kami percaya bahwa kerajaan akan membalas dengan terus meningkatkan produksi secara bertahap,” kata dia dalam sebuah catatan.
Produksi minyak AS juga terus meningkat. Jumlah rig negara itu naik 11 pada bulan Juli, meningkat untuk rekor 23 bulan berturut-turut, data dari Baker Hughes menunjukkan.