Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi Juli 2022 di angka 4,94 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Bank Indonesia (BI) tak ingin angka inflasi tersebut terlalu dipermasalahkan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, BI melihat bahwa angka inflasi tersebut tidak perlu dikhawatirkan berlebih lantaran laju inflasi inti masih terjaga di bawah 3 persen.
Baca Juga
"Inflasi inti masih sangat rendah, bahkan lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia. Pada bulan Juli, inflasi inti 2,86 persen lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia, sekitar 2,99 persen," beber Perry, dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Senin (1/8/2022) sore.
Advertisement
Senada, Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, memperkuat pernyataan tersebut. Dia menyebut inflasi inti pada Juli 2022 terjaga rendah sebesar 0,28 persen (mtm), sebagaimana inflasi inti pada Juni 2022 yang sebesar 0,19 persen (mtm).
"Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi komoditas mobil dan sewa rumah, yang didorong kenaikan mobilitas masyarakat," jelas Erwin dalam keterangan tertulis, Selasa (2/8/2022).
"Peningkatan lebih lanjut tertahan oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global," imbuhnya.
Secara tahunan, inflasi inti Juli 2022 masih terjaga rendah sebesar 2,86 persen (yoy), meski sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,63 persen (yoy).
"Terjaganya inflasi inti tersebut didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi," ujar Erwin.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sri Mulyani: Inflasi Indonesia Tak Setinggi Thailand, India dan Filipina
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati angkat bicara soal laju inflasi pada Juli 2022 yang mencapai 4,94 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Angka tersebut melonjak dari bulan sebelumnya (Juni 2022), dimana inflasi menyentuh posisi 4,35 persen YoY.
Inflasi sebesar 4,94 persen cenderung masih lebih terkendali dibanding guncangan yang terjadi pada negara-negara yang selevel dengan Indonesia. Dalam hal ini, ia menyebut beberapa negara seperti Thailand, India dan Filipina.
"Dengan angka tersebut, dibandingkan dengan negara-negara selevel dengan Indonesia seperti Thailand yang sudah mengalami inflasi hingga 7,7 persen, India di 7 persen, dan Filipina di 6,1 persen, maka inflasi Indonesia yang 4,94 persen year on year masih relatif moderat," papar Sri Mulyani saat konferensi pers hasil rapat KSSK, Senin (1/8/2022).
Menurut dia, laju inflasi domestik memang menunjukan tren meningkat, disebabkan karena sisi penawaran seiring dengan kenaikan harga-harga komoditas dunia, dan juga ada gangguan pasokan di domestik.
"Meskipun inflasi headline meningkat, inflasi inti atau core inflasi tetap terjaga pada tingkat 2,86 persen year on year. Hal ini didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi indonesia," ungkap Sri Mulyani.
Sri Mulyani pun tak memungkiri, inflasi pada komponen bergejolak atau volatile food mengalami kenaikan akibat lonjakan harga pangan global, hingga juga terganggunya pasokan akibat cuaca.
Sementara, inflasi pada kelompok kelompok harga diatur pemerintah (administered prices) juga mengalami kenaikan, dipengaruhi oleh kenaikan harga tiket angkutan udara.
Namun, Sri Mulyani menimpali, tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi di tingkat global tidak tertransmisikan ke dalam negeri pada kelompok administered price, harga minyak gas dan listrik.
"Ini merupakan hasil kebijakan pemerintah untuk mempertahankan harga jual energi di domestik melalui kenaikan subsidi listrik dan energi BBM dan LPG yang dialokasikan oleh APBN," ujar Sri Mulyani.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Harga yang Diatur
Kemudian komponen harga diatur pemerintah yang memberi andil sebesar 0,21 persen. "Kalau diteliti lebih mendalam, disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, dan tarif listrik," terang Margo.
"Sedangkan kenaikan tarif listrik untuk rumah tangga dengan daya 3.500 VA ke atas dan pelanggan pemerintah mulai 1 Juli 2022 menyebabkan andil inflasi 0,01 persen," ujar dia.
Terakhir berasal dari komponen inti, dimana memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,18 persen. Komoditas pendorongnya antara lain berupa ikan segar, mobil, dan sewa rumah.
BPS: Inflasi Juli 2022 di Angka 0,64 Persen
Angka inflasi nasional terus melejit di tahun ini. Per Juli 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa angka inflasi secara tahunan mencapai 4,94 persen sedangkan bulanan di angka 0,64 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, hasil itu didapat dari hasil pemantauan indeks harga konsumen (IHK) di 90 kota, yang seluruhnya mengalami inflasi.
"Inflasi pada bulan Juli 2022 berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota, terjadi inflasi 0,64 persen," dalam sesi konferensi pers yang digelar secara hybrid, Senin (1/8/2022).
Adapun secara tahun kalender (Januari-Juli 2022) angka inflasi mencapai 3,85 persen. Sementara secara tahunan atau year on year (YoY) inflasi menyentuh 4,94 persen.
Inflasi tertinggi pada Juli 2022 terjadi di Kendari, sebesar 2,27 persen. Sementara terendah di Pematang Siantar dan Tanjung sebesar 0,04 persen.
Catatan ini terus naik dibanding bulan-bulan sebelumnya. Adapun per Juni 2022 terjadi inflasi sebesar 0,61 persen. Dari 90 kota IHK, 85 kota mengalami inflasi dan 5 kota mengalami deflasi.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juni) 2022 sebesar 3,19 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2022 terhadap Juni 2021) sebesar 4,35 persen.
Advertisement