Berkat 2 Hal Ini Realisasi Investasi Luar Jawa Mampu Imbangi Jawa

Sudah lama banyak investor yang memilih menanamkan investasinya di wilayah pulau Jawa, dibanding luar Jawa.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Agu 2022, 15:05 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2022, 15:05 WIB
Kerjasama Percepat Transisi Net Zero di Indonesia
(ki-ka) CEO Britishvolt Orral Nadjari, Menteri Investasi / Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Duta Besar RI untuk Inggris Raya Desra Percaya dan Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia / Presdir PT Bakrie & Brothers Anindya Bakrie foto bersama usai MoU di Kedutaan Besar RI di Inggris, Rabu (23/3/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, realisasi investasi di luar pulau Jawa tidak akan bisa mengimbangi pulau Jawa karena berbagai alasan. Oleh karena itu, perlu adanya langkah khusus melalui pemberian insentif dan pembangunan infrastruktur agar investasi di luar Jawa bisa moncer.

Hal itu disampaikan Bahlil Lahadalia dalam webinar Bisnis Indonesia Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahanan Geopolitik Pascapandemi, Rabu (3/8/2022).

"Pada 2019, penanaman investasi di Pulau Jawa masih mencapai 53,7 persen dari total Rp 809,6 triliun investasi. Menurutnya, kala itu investor memang lebih tertarik untuk berinvestasi di Jawa karena infrastruktur yang sudah lebih matang daripada wilayah-wilayah lainnya di Indonesia," kata Bahlil.

Bahlil tidak heran, ketika saat itu banyak investor yang memilih menanamkan investasinya di wilayah pulau Jawa, dibanding luar Jawa.

"Makanya ini, luar Jawa sampai ayam tumbuh gigi pun enggak bisa menyamakan (orsi investasinya dengan Jawa)," ujarnya.

Bahlil menegaskan, sesuai arahan presiden Joko Widodo (Jokowi), investasi tidak bisa terus menerus berfokus di Jawa. Oleh karena itu, presiden menugaskan Bahlil untuk melakukan pemerataan investasi sekaligus meningkatkan porsi investasi luar Jawa.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ubah Aturan Insentif

Kerjasama Percepat Transisi Net Zero di Indonesia
Menteri Investasi / Kepala BKPM Bahlil Lahadalia memberi sambutan pada penandatanganan kerjasama antara PT. Vektr Mobiliti Indonesia dengan Britishvolt di Inggris, Rabu (23/3/2022). Kerjasama tersebut menjadi salah satu prioritas utama advokasi G20 dan B20 di Indonesia. (Liputan6.com/HO/KADIN)

Setelah pemerintah mengubah ketentuan insentif, terbukti hasilnya pada 2020 dimana porsi investasi di luar pulau Jawa kini mencapai 50,5 persen dan 2021 menjadi 52 persen.

"Karena di Jawa ini infrastrukturnya sudah ada, energinya sudah ada, tenaga kerjanya etosnya baik. Jadi kalau kita kasih (insentif) yang sama tidak akan tercipta pemerataan," katanya.

Tercatat secara kumulatif data realisasi investasi sepanjang periode semester I 2022 mencapai Rp 584,6 triliun, atau meningkat sebesar 32 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Sementara data realisasi investasi sepanjang periode kuartal II 2022 yang mencapai Rp 302,2 triliun. Capaian ini meningkat sebesar 7 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Persebaran realisasi investasi di luar Pulau Jawa pada triwulan ini kembali lebih unggul dari Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar Rp 157,1 triliun, atau 52 persen dari total investasi. Meningkat 38 persen dari periode yang sama di 2021. 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Indonesia Sedot Investasi Rp 584,6 Triliun di Semester I 2022

Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi Republik Indonesia/Kepala BKPM
Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi Republik Indonesia/Kepala BKPM

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan data realisasi investasi sepanjang periode kuartal II 2022 yang mencapai Rp 302,2 triliun. Capaian ini meningkat sebesar 7 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, secara kumulatif data realisasi investasi sepanjang periode semester I 2022 mencapai Rp 584,6 triliun, atau meningkat sebesar 32 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Bahlil mengatakan, capaian ini menandakan pulihnya investasi sejak pandemi Covid-19 melanda dua tahun yang lalu. Adapun sejak pandemi lalu, para pelaku usaha melakukan penyesuaian, baik berupa penundaan maupun penghentian produksi sementara waktu.

"Peningkatan angka realisasi investasi pada triwulan II tahun 2022 sebesar 7 persen ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diprediksi sejumlah pengamat ekonomi akan lebih dari 5 persen, melampaui triwulan I tahun 2022," ujar Bahlil di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Rabu (20/7/2022).

"Kondisi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan kebijakan pemerintah dalam pemberian vaksin booster kepada masyarakat dan melonggarkan mobilitas dan aktivitas masyarakat," dia menambahkan.

Bahlil memaparkan bahwa persebaran realisasi investasi di luar Pulau Jawa pada triwulan ini kembali lebih unggul dari Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar Rp 157,1 triliun, atau 52 persen dari total investasi. Meningkat 38 persen dari periode yang sama di 2021.

 

Investasi di Luar Pulau Jawa

Adapun investasi di luar Pulau Jawa mendapat kontribusi yang besar dari Sulawesi Tengah di peringkat ketiga dan Riau di peringkat kelima.

Selain dua daerah tersebut, posisi lima besar diduduki oleh provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur yang masih memberikan kontribusi besar dalam realisasi investasi di triwulan ini.

Capaian realisasi pada triwulan ini menyerap tenaga kerja sebesar 320.534 orang. Sedangkan selama periode Januari-Juni 2022 sebanyak 639.547 orang.

Berdasarkan sektor usaha, pada triwulan ini realisasi investasi terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, terutama sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya yang berkontribusi 42,1 persen dari total investasi.

Sektor lainnya sebagai penyumbang terbesar terdiri dari sektor pertambangan, sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran serta sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi, dan industri makanan.

"Kontribusi sektor industri yang memberikan nilai tambah, khususnya industri pengolahan terkait hilirisasi tambang, industri makanan, industri kimia dan farmasi yang cukup signifikan terhadap angka realisasi investasi dalam beberapa triwulan terakhir, merefleksikan transformasi ekonomi di Indonesia terus berlangsung," jelas dia.

"Kondisi ini sekaligus menunjukkan proses industrialisasi juga tumbuh," tutur Bahlil.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya