Pemulihan Ekonomi Global 2023 Diprediksi Melemah, Awas Resesi!

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemulihan ekonomi dunia tahun depan akan mengalami pelemahan. Hal itu disebabkan gejolak ekonomi global.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Agu 2022, 17:48 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2022, 17:15 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Konferensi Pers Nota Keuangan & RUU APBN 2023
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Konferensi Pers Nota Keuangan & RUU APBN 2023

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemulihan ekonomi dunia tahun depan akan mengalami pelemahan. Hal itu disebabkan gejolak ekonomi global.

“Kita lihat risiko bergeser sekarang dari pandemi menjadi gejolak ekonomi global, pertama inflasi global melonjak akibat disrupsi dari sisi suplai,” kata Menkeu dalam Konferensi Pers: Nota Keuangan & RUU APBN 2023, Selasa (16/8/2022).

Menkeu menjelaskan, diketahui bersama saat itu pandemi covid-19 menyebabkan supply side atau production terdisrupsi, dalam hal ini begitu demand atau permintaan pulih dengan adanya vaksin dan mobilitas namun sisi supply-nya tidak bisa mengikuti secara sama, inilah yang menyebabkan terjadinya inflasi akibat pandemi.

Namun pandemi belum sepenuhnya teratasi, muncul perang yang menyebabkan disrupsi sisi pangan dan energi yang menambah gejolak sisi produksi, sementara demand-nya sudah melonjak akibat stimulus baik fiskal atau moneter.

“Inilah yang menyebabkan inflasi global melonjak sangat tinggi, dan ini menimbulkan respons kebijakan dalam bentuk likuiditas yang ketat dan suku bunga yang dinaikkan,” ujar Menkeu.

Terutama di negara maju, karena inflasi yang tertinggi ada di berbagai negara maju seperti di Amerika dan Eropa yang memecahkan rekor dalam 40 tahun terakhir mencatatkan inflasi yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan gejolak di sektor keuangan, capital outflow terjadi, pelemahan nilai tukar terjadi.

“Dan ini menyebabkan cost of fund atau lonjakan biaya utang di semua negara di dunia. Inilah kemudian memunculkan potensi krisis utang global yang menyebabkan PBB kemudian membentuk PBB global krisis respon di mana bapak presiden menjadi anggotanya,” kata Menkeu.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gejolak Ekonomi

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Adanya gejolak ekonomi yang melonjak, juga menyebabkan 60 negara berpotensi mengalami krisis utang dan krisis refinancing dari pembiayaan mereka.

“Bagi mereka (negara) yang sekarang ini sudah memiliki rasio utang cukup tinggi menjadi perhatian dunia,” ujarnya.

Di sisi lain, inflasi yang tidak menurun secara cepat namun respons kebijakan dari sisi likuiditas dan suku bunga direm, maka dari sisi fiskal bisa menyebabkan pemulihan ekonomi menjadi melemah, sehingga potensi terjadinya stagflasi yaitu inflasi dengan kombinasi resesi menjadi salah satu yang menciptakan tantangan yang rumit pada tahun ini maupun tahun depan.

“Itu konteksnya, jadi kalau kita lihat apakah terjadi tanda-tanda pelemahan ekonomi global, Ya IMF sudah menyebutkan bahwa pemulihan ekonomi global melemah,” pungkas Menkeu. 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Jokowi: Sederet Tantangan Global Jangan Bikin Indonesia Pesimistis

Momen Jokowi Hadiri Sidang Tahunan MPR 2022
Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Baju Paksian asal Provinsi Bangka Belitung saat menghadiri Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR - DPD Tahun 2022 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022). Jokowi menyampaikan pidato kenegaraan dalam sidang tahunan MPR RI dan sidang bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2022. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi ingin mempercepat transformasi struktural kedepannya. Tujuannya untuk membangun mesin pertumbuhan ekonomi nasional kedepannya.

Ini sebagai salah satu respons menghadapi berbagai tantangan global yang dihadapi dunia. Jokowi ingin ada nilai tambah yang didapatkan Indonesia.

"Transformasi struktural terus kita pacu untuk membangun mesin pertumbuhan ekonomi yang lebih solid dan berkelanjutan. Hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi harus diperkuat," kata dia dalam Pidato Nota Keuangan RUU APBN 2023, Selasa (16/8/2022).

Joko menegaskan sederet tantangan global yang terjadi saat ini tak boleh membawa bangsa menjadi pesimistis. Bahkan ia mengkalim dalam 8 tahun terakhir telah dipupuk modal penting untuk mendiptakan ekosistem pembangunan yang kondusif.

"Pembangunan infrastruktur secara masif, perbaikan kualitas sumber daya manusia, serta penyederhanaan aturan berusaha dan berinvestasi merupakan upaya-upaya kunci untuk memperkuat fondasi perekonomian nasional menghadapi tantangan masa depan," paparnya.

Disamping itu, ia kembali menegaskan ekonomi hijau terus didorong oleh pemerintah. Penggunaan produk dalam negeri juga harus diprioritaskan, guna mengurangi ketergantungan impor.

"Ekonomi digital juga difasilitasi agar UMKM naik kelas dan melahirkan decacorn baru kelas dunia di masa depan," ujarnya.

Lebih lanjut, Jokowi menekankan dalam hal ini perlu juga diperhatikan soal keseimbangan antara kebijakan makro dan kebijakan fiskal pemerintah.

"Keseimbangan kebijakan makro-fiskal juga terus dijaga. Konsolidasi fiskal menjadi sangat krusial," ujar dia.

"Kesehatan APBN ditingkatkan agar adaptif dan responsif dalam jangka menengah dan panjang," tambah Jokowi.

Krisis Global

6 Foto Kumpulan Pakaian Adat Presiden Jokowi Hadiri Rapat Paripurna Jelang HUT RI dari Tahun ke Tahun
Tahun lalu, Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Suku Baduy. Dengan pakaian berwarna full hitam, Presiden Jokowi melengkapi penampilannya dengan ikat kepala yang disebut telekung dan tas selempang yang disebut tas koja.(instagram/jokowi)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mewanti-wanti terhadap adanya ancaman krisis global. Namun, ia juga menegaskan soal agenda prioritas nasional skaka besar tak boleh berhenti.

Ada tiga krisis yang kerap disebut Jokowi. Yakni, Krisis pangan, krisis geopolitik, dan krisis keuangan. Ketiganya, dinilai perlu diwapadai.

"Saya tegaskan kembali bahwa kita harus selalu waspada, hati-hati, dan siaga. Krisis demi krisis masih menghantui dunia. Geopolitik dunia mengancam keamanan kawasan," kata dia dalam sidang Tahunan MPR-RI, Selasa (16/8/2022).

Untuk itu, ia pun meminta jajarannya untuk bisa menakar langkah yang diambil. Serta juga tindakan-tindakan yang diperlukan.

"Kita harus selalu "Eling lan Waspodo", harus ingat dan waspada. Kita harus selalu cermat dalam bertindak. Kita harus selalu hati-hati dalam melangkah," ujar dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya