Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkap negara pernah meghabiskan dana USD 2 Miliar untuk eksplorasi minyak dan gas bumi (migas).Â
Ia menyebut, dana tersebut habis untuk eksplorasi yang ternyata gagal pada 2012-2014. Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk menghentikan eksplorasi selanjutnya. Hal ini, yang disebut akan dimulai kembali pada 2023.
Baca Juga
"Jadi ini sejak 2012 sampai 2014 dulu ada eksplorasi besar-besaran yang telah menghabiskan lebih dari USD 2 miliar, eksplorasi ternyata tidak berhasil dan sejak itu sudah tidak ada lagi eksplorasi baru," ungkap Arifin Tasrif dalam Konferensi Pers Nota Keuangan RAPBN 2023, Selasa (16/8/2022).
Advertisement
Arifin menaruh target untuk lifting minyak sebesar 680.000 barel minyak per hari (bopd). Kemudian lifting gas bumi sebesar 1,050 juta barel per hari.
Dari sisi lifting minyak bumi, salah satu upayanya adalah menjaga level produksi yang terjadi serta mengambil langkah untuk meningkatkan produksinya. Mengingat kondisi sumur-sumur minyak yang saat ini sudah berumur tua.
"Antara lain kita sekarang mencoba pengeboran yang lebih besar, lebih banyak lagi. Terbukti bahwa di Rokan (WK Rokan) sudah mulai ada peningkatan dari trennya menurun dan ini sudah mulai meningkat," paparnya.
"Untuk jangka panjangnya kita memang harus mengupayakan untuk bisa mengeksplor kembali wilayah-wilayah yang masih berpotensi," tambahnya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Potensi Pengembangan Baru
Lebih lanjut, Arifin menyebut telah memetakan beberapa potensi lifting minyak dan gas bumi baru untuk dikembangkan. Namun, dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk mengolahnya.
"Membutuhkan waktu yang cukup panjang dan kita perlu melakukan perbaikan-perbaikan fiscal term untuk bisa membuat daya investasi di sektor migas ini akan juga meningkat," ujarnya.
Di sisi lain, ia juga mendorong mulainya produksi di beberapa lapangan lifting, misalnya di Jawa Timur dan Papua. Pada bagian ini, diperlukan penyempurnaan infrastruktur, utamanya infrastruktur lifting gas bumi.
"Sehingga bisa menyambung mulai dari Sumatera sampai ke Jawa Timur. Ini intinya adalah untuk merespons jangka panjang kelebihan gas kelebihan gas di daerah yang surpus, dikirim ke daerah-daerah yang memang sudah menunjukkan penurunan," terangnya.
Kemudian, ada pula potensi di Sumatera Utara yang diklaim bisa dimanfaatkan untuk 7-10 tahun kedepan. Lalu Blok Mahakam yang kini sedang dilakukan penyelesaian.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement