Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia ambrol lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta) dalam perdagangan yang bergejolak. Turunnya harga minyak dunia ini karena data ekonomi memicu kekhawatiran tentang potensi resesi global.
Sementara pasar menunggu kejelasan pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan yang dapat memungkinkan lebih banyak ekspor minyak Iran.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, harga minyak mentah berjangka Brent ditutup 2,9 persen ke level USD 92,34 per barel, setelah mencapai sesi tertinggi USD 95,95. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate ditutup turun 3,2 persen ke USD 86,53 per barel.
Advertisement
Juru Bicara Uni Eropa mengatakan, saat ini Uni Eropa sedang menilai tanggapan Iran terhadap apa yang disebut blok itu sebagai proposal 'final' untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015, dan berkonsultasi dengan Amerika Serikat.
Iran menanggapi proposal itu pada Senin malam, tetapi baik Teheran maupun UE tidak memberikan perincian tentang isi balasannya.
“Masih belum jelas apa yang dikatakan Iran kepada Uni Eropa tadi malam, sehingga beberapa item rumit mungkin berdampak pada hasil kesepakatan nuklir,” kata Analis UBS Giovanni Staunovo.
Indikator ekonomi yang lemah membebani harga minyak.
Pembangunan rumah AS jatuh ke level terendah dalam hampir 1,5 tahun lalu di bulan Juli, terbebani oleh tingkat hipotek yang lebih tinggi dan harga bahan bangunan, menunjukkan pasar perumahan dapat berkontraksi lebih lanjut pada kuartal ketiga.
“Pedagang minyak bereaksi karena kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi dan perumahan menggunakan energi,” kata Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures. “Itu mengejutkan kami.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Suku Bunga Pinjaman
Bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman untuk mencoba menghidupkan kembali permintaan karena ekonomi negara itu melambat secara tak terduga pada Juli setelah kebijakan nol-COVID Beijing dan krisis properti memperlambat aktivitas pabrik dan ritel.
Media pemerintah mengutip Perdana Menteri Li Keqiang yang mengatakan bahwa China akan secara wajar meningkatkan dukungan kebijakan makro untuk ekonomi.
Barclays menurunkan perkiraan harga Brent sebesar 8 per barel untuk tahun ini dan berikutnya, karena memperkirakan surplus besar minyak mentah dalam waktu dekat karena pasokan Rusia.
Pelaku pasar menunggu data industri tentang persediaan minyak AS yang diharapkan pada hari Selasa. Stok minyak mentah dan bensin kemungkinan turun minggu lalu, sementara persediaan sulingan naik, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada hari Senin.
Advertisement
Harga Minyak Mentah Turun Terbebani Pelemahan Ekonomi China
Kemarin, harga minyak mentah turun lebih dari USD 4 per barel pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penurunan harga minyak hari ini karena terbebani kekhawatiran turunnya permintaan karena data ekonomi China yang dirilis mengecewakan investor.
Pelemahan data ekonomi China ini semakin membebani harga minyak mentah setelah sebelumnya juga ada sentimen dari kekhawatiran akan resesi global.
Mengutip CNBC, Selasa (16/8/2022), harga minyak mentah berjangka Brent mengakhiri perdagangan dengan 3,1 persen lebih rendah pada ke level USD 95,10 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS menetap 2,9 persen lebih rendah di level USD 89,41 per barel.
Open interest minyak mentah Brent bulan ini turun 20 persen dari Agustus tahun lalu.
“Open interest masih turun, dengan beberapa pelaku pasar tidak tertarik untuk menyentuhnya karena volatilitas. Itulah, dalam pandangan saya membuat harga minyak bergerak lebih rendah, ”kata analis minyak UBS Giovanni Staunovo.
Ia melanjutkan, pemicu penurunan pada perdagangan hari Senin adalah data China yang lemah.
Bank sentral China, memangkas suku bunga pinjaman untuk menghidupkan kembali permintaan karena data menunjukkan ekonomi melambat secara tak terduga pada Juli.
China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia. Saat ini aktivitas pabrik dan ritel negara tersebut tertekan oleh kebijakan nol-COVID Beijing dan krisis properti.
Bank ING memangkas perkiraan untuk pertumbuhan PDB China 2022 menjadi 4 persen, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,4 persen. Hal ini menjadi peringatan lebih lanjut bahwa penurunan ekonomi yang lebih dalam mungkin terjadi.
Kesepakatan Nuklir Iran
Pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 juga menjadi fokus para investor pada perdagangan minyak mentah di hari Senin.
Para analis melihat bahwa pasokan minyak bisa meningkat jika Iran dan Amerika Serikat (AS) menerima tawaran dari Uni Eropa, yang akan menghapus sanksi terhadap ekspor minyak Iran.
Iran akan menanggapi pada tengah malam pada hari Senin untuk rancangan teks final Uni Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015.
Menteri Luar Negeri Iran menyerukan Amerika Serikat untuk menunjukkan fleksibilitas untuk menyelesaikan tiga masalah yang tersisa.
Advertisement