Bulog Buka Potensi Ekspor Beras Rojolele hingga Pandan Wangi

Perum Bulog membuka potensi ekspor beras dari Indonesia ke pasar internasional, khususnya jenis-jenis beras khusus yang ada di Tanah Air

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 19 Agu 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2022, 15:00 WIB
Pasokan Beras Bulog Aman Hingga Akhir Tahun
Pekerja melintas di depan tumpukan beras milik Perum Bulog di kawasan Pulo Mas, Jakarta, Kamis (26/11/2020). Kementan kembali memastikan bahwa meski tengah dilanda pandemi Covid-19 pasokan beras hingga akhir tahun masih ada stok beras sebanyak 7,1 juta ton. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Perum Bulog membuka potensi ekspor beras dari Indonesia ke pasar internasional, khususnya jenis-jenis beras khusus yang ada di Tanah Air seperti Rojolele hingga Pandan Wangi.

Pernyataan ini diberikan menyusul arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang ingin Indonesia bisa ekspor beras untuk ikut bantu mengatasi krisis pangan global.

Kepala Divisi Pengadaan Komoditi Perum Bulog Budi Cahyanto menilai, kebijakan itu mungkin saja dilakukan, lantaran Indonesia merupakan negara produsen beras terbesar kedua di dunia.

"Jangan lupa, Indonesia ini produsen beras terbesar kedua di dunia. Hanya saja memang konsumsi kita tinggi. Produksi pertama ada di China, kedua Indonesia," ujar Budi dalam bincang virtual Forum Merdeka Barat, Jumat (19/8/2022).

Budi mengatakan, peluang tersebut mungkin saja bisa ditunaikan, lantaran stok beras nasional saat ini berada di kisaran 1,1 juta ton. Jumlah itu sesuai dengan ketentuan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), maupun kecukupan stok sesuai rekomendasi Kementerian Pertanian.

Untuk lebih menekankan kualitas dari beras ekspor asal Indonesia tersebut, Budi ingin negara bisa mengirimkan produk-produk beras khas domestik, semisal Pandan Wangi atau Rojolele.

"Hanya saja kita orientasikan ekspor beras yang dilakukan adalah beras-beras yang memang khusus yang ada di Indonesia. Misalnya, Pandan Wangi, Rojolele, Mentik Wangi, atau mungkin beras mentik yang itu tidak ada di dunia," tuturnya.

"Itu mungkin tantangan ke depan, bagaimana Bulog bisa membuka peluang ekspor ke negara-negara yang membutuhkan," pungkas Budi.

Stok Melimpah, Bulog Bakal Ekspor Beras hingga Singkong

Stok Beras Bulog Aman Hingga Akhir Tahun 2021
Aktivitas bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Kelapa Gading, Rabu (29/12/2021). Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengungkapkan hingga dengan penghujung 2021 Bulog berhasil melakukan penyerapan beras petani mencapai 1,2 juta ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Direktur Utama Badan Umum Logistik (Bulog) Budi Waseso menegaskan selama 4 tahun berturut-turut Indonesia tidak lagi mengimpor beras. Dia memastikan sampai akhir tahun tidak akan melakukan impor beras karena telah menyerap hasil panen raya beberapa waktu lalu.

"Tahun ini prediksi saya dengan direksi kita tidak akan impor beras sampai akhir tahun depan," kata Budi Waseso di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Selasa (10/5/2022).

Pada panen raya sebelumnya Bulog telah menyerap 226 ribu ton beras dari petani. Sehingga saat ini stok beras yang tersimpan di gudang-gudang BULOG seluruh Indonesia sebanyak mencapai 1 juta ton.

Stok ini akan terus bertambah seiring dengan masa panen raya yang masih berlangsung di sejumlah wilayah. Bahkan kata Budi Waseso bila stok beras berlebih, Indonesia akan mengekspor beras ke negara lain. Mengingat dari data Kementerian Pertanian stok beras akan berlebih.

"Data Kementan ini bisa surplus jadi kita bisa ekspor beras," kata dia.

Salah satunya beras hasil panen di Merauke yang akan diekspor ke Timor Leste. Saat ini pemerintah sedang melakukan penjajakan untuk mengekspor kelebihan beras produksi dalam negeri.

"Dengan tol laut ini juga beras produksi Merauke bisa didistribusi ke berbagai wilayah termasuk ekspor ke Timor Leste," kata dia.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Juga Ekspor Singkong

Tak hanya beras, produksi bahan pangan lainnya juga akan dilakukan ekspor bila stoknya berlebih. "Nanti juga ada singkong dan lain-lain," kata dia.

Sementara itu bila terdapat data impor beras, kata Budi hanya berupa impor beras khusus. Semisal beras basmati, beras ketan dan sejenisnya dalam jumlah yang terbatas

"Jumlahnya tidak banyak, tapi untuk kebutuhan umum memang kita tidak impor karena cukup," kata dia.

Di sisi lain meski pun panen raya sedang berlangsung, harga beras dari petani tidak terlalu jatuh. Sebab pemerintah melakukan stabilitasi harga dengan menyerap beras dari petani.

"Buat produksi petani ini harganya paling penting biar stabil makanya kita harus bisa ekspor beras kepada yang membutuhkan," kata dia mengakhiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya