Permintaan Energi Terbarukan Tinggi, Pertamina Bikin Aliansi Strategis

PT Pertamina (Persero) menjajaki kerja sama dengan beberapa perusahaan internasional dalam bidang transisi energi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Agu 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2022, 20:00 WIB
Gedung Pertamina. Dalam rangka memberi kesempatan bagi para pencari kerja, Pertamina Group membuka program internship 2022. Dok Pertamina
Gedung Pertamina. Dalam rangka memberi kesempatan bagi para pencari kerja, Pertamina Group membuka program internship 2022. Dok Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menjajaki kerja sama dengan beberapa perusahaan internasional dalam bidang transisi energi. Kerja sama ini merupakan wujud komitmen Pertamina dalam upaya mendukung program transisi energi bersih dan target penurun emisi 29 persen pada 2030.

Ada beberapa kerja sama yang dilakukan Pertamina dengan beberapa perusahaan multinasional yang dilakukan di Nusa Dua, Bali, Senin 29 Agustus 2022. Kerja sama ini dihadiri langsung oleh Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

Dalam sambutannya, Arifin mengaku senang dengan adanya kemitraan dan kolaborasi yang terbentuk di bawah payung pertemuan internasional B20 ini. Dia mengatakan, tantangan dengan penerapan teknologi rendah karbon harus ditangani bersama antara negara maju dan negara berkembang.

"Saya mendorong lebih banyak kemitraan global tidak hanya antara sektor swasta, tetapi juga dengan sektor publik untuk mempercepat implementasi. Kami berharap kemitraan hari ini dapat mendorong lebih banyak aksi bisnis melalui kerja sama kolaboratif antara sektor publik dan swasta," kata Arifin dalam siaran pers yang diterbitkan Pertamina, Selasa (30/8/2022).

Beberapa kerjasama yang dilakukan yakni, penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Pertamina (Persero) dengan PT Astra Agro Lestari Tbk tentang Kerja Sama dalam Potensi Hubungan Bisnis dan Pertukaran Data untuk Pengembangan Proyek-Proyek Rendah Emisi.

Kerjasama ini bertujuan untuk pengembangan proyek rendah emisi dengan utilisasi limbah kelapa sawit (empty fruit bunch dan palm oil mill effluent) untuk menjadi produk Bioethanol dan Biomethane yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti (substitusi) bahan bakar fosil dan mendukung kemandirian energi nasional.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kerja Sama Lain

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Dok Pertamina
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Dok Pertamina

Selanjutnya, penandatangan perjanjian kerja sama Pengembangan Green Industrial Cluster di Jababeka antara Pertamina Power New and Renewable Energy (NRE) Pertamina Power Indonesia (PPI) dengan PT Jababeka Infrastruktur melalui pemanfaatan PLTS Atap di gedung perkantoran Jababeka.

Kolaborasi berikutnya yakni Joint Study Agreement (JSA) antara PPI dengan Pondera dalam kerja sama Integrated Offshore Wind Energy & Hydrogen Production Facility. JSA ini merupakan tindak lanjut MoU antara Pertamina NRE (PPI) dengan Pondera yakni perusahaan asal Belanda pada 21 April 2022 perihal pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

Terakhir, JSA antara Pertamina (Persero), PEP dan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC) terkait JOGMEC on CO2 Injection for Enhanced Oil Recovery (CCUS-EOR) Project in Jatibarang Field.

Dalam kerjasama ini, Pertamina dan Jogmec berkolaborasi dalam kegiatan CO2 Injection di Lapangan Jatibarang melalui studi bersama pelaksanaan proyek injeksi CO2 sebagai tahap awal untuk lebih mendukung Full Field Scale CO2-EOR sebagai metode untuk meningkatkan produksi minyak dan mengurangi emisi karbon dioksida di Lapangan Jatibarang, Jawa Barat.

 


Permintaan Energi Terbarukan

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawat. (Dok. Pertamina)

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, kerjasama ini dilandaskan akan tingginya permintaan energi terbarukan dan bahan bakar rendah karbon yang diperkirakan akan meningkat untuk memerangi peningkatan emisi gas rumah kaca dari bahan bakar fosil.

Adapun industri minyak & gas menyumbang lebih dari 40 persen dari total emisi GRK global, sehingga memainkan peran penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Akibatnya, ada kebutuhan untuk mempercepat transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan bahan bakar rendah karbon. Penggerak pendukung diperlukan untuk menjawab tantangan dalam mempercepat transisi energi," kata Nicke.

Dia menambahkan, Pertamina sebagai salah satu BUMN energi terbesar di Indonesia menunjukkan kontribusinya dalam mendukung komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebagaimana disebutkan dalam Perjanjian Paris.

 


Kolaborasi

Untuk itu, kolaborasi yang terbentuk di bawah payung B20 antara Pertamina dengan negara-negara mitra anggota G20 dalam pengembangan bersama beberapa teknologi rendah karbon akan memainkan peran kunci dalam transisi energi.

Termasuk PV solar panel untuk klaster industri hijau, pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk bioenergi, dan pemanfaatan dan penyimpanan penangkapan karbon.

"Ini adalah kolaborasi antara perusahaan, dan negara, dan yang paling penting adalah kolaborasi antara umat manusia untuk berkontribusi dalam tindakan nyata dan nyata untuk mencapai tujuan konsensus menyediakan akses yang adil ke energi berkelanjutan dan melindungi iklim kita untuk generasi yang akan datang," jelas Nicke.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya