Liputan6.com, Jakarta Penerapan sistem transaksi tol tanpa kartu dan setop atau Multi Lane Free Flow (MLFF) target mulai uji coba pada akhir 2022 ini.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyiapkan satu lajur tanpa pintu gerbang (gentry tol) di sejumlah ruas, seperti Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) S, Tol Jagorawi, hingga Jalan Tol Samarinda-Balikpapan.
Baca Juga
Dalam pelaksanaan tahap uji coba MLFF ini, akan terdapat 1 gentry tol di masing-masing ruas. Sehingga masih menyisakan gerbang tol yang bisa menerima transaksi via kartu.
Advertisement
Bila sudah terlaksana, pengguna jalan tol nantinya tidak perlu lagi menyiapkan kartu untuk alat pembayaran. Sebagai gantinya, pengguna tol wajib menggunakan aplikasi Cantas, yang akan diluncurkan Desember 2022.
Sistem MLFF ini dalam penerapannya juga harus didukung oleh lembaga pengelola yang berperan sebagai toll service provider, atau electronic toll collection (ETC).
Lantas, teknologi seperti apa yang akan digunakan dalam sistem pembayaran tol tanpa kartu dan henti ini?
Mengutip informasi dari laman Departemen Perhubungan (Dephub), Kamis (1/9/2022), terdapat beberapa alternatif teknologi yang bisa dipakai sebagai ETC seperti yang sudah digunakan negara-negara lain, antara lain:
- Dedicated Short Range Communication (DSRC); merupakan alat yang menggunakan radio frekuensi 5,8 Ghz, sehingga pengguna perlu membeli On Board Unit (OBU), yang menyimpan data identitas dan informasi lain dengan tingkat keandalan 99,95 persen.
- Radio Frequency Identification (RFID); merupakan alat yang menggunakan radio dengan frekuensi (860–960) Mhz, dan pengguna perlu membeli stiker tag RFID sebagai identitas pengguna, dan memiliki tingkat keandalan sekitar 99,5 persen.
- Automatic Number Plate Recoqnition (ANPR); merupakan alat untuk mendeteksi plat nomor, memerlukan akses database plat nomor, tetapi tidak memerlukan OBU.
- Global Navigation Satelite System (GNSS); merupakan OBU untuk melacak posisi pengguna dan tarif dikenakan berdasarkan lokasi pengguna.
- Short Range Communication based on Calm Active Infrared (ISRC) Merupakan teknologi baru yang mirip dengan RFID. Perbedaannya memiliki infrared aktif pada IVU yang dapat memuat semua informasi.
Kriteria
Untuk pemilihan teknologi yang tepat, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Antarmoda melakukan penelitian dan studi terkait pemilihan teknologi dalam penerapan ETC yang sesuai dengan kriteria dan faktor-faktor yang ada di Indonesia.
Terdapat beberapa kriteria yang sudah ditetapkan, seperti biaya, kendala/keakurasian, dampak lingkungan, fleksibilitas, kecepatan data, penerimaan, pelaksanaan, kesiapan teknologi, kemudahan pengguna, dan kompleksitas system.
Dari beberapa indikator kriteria tersebut, terdapat 3 kriteria prioritas atau yang diutamakan dalam pemilihan teknologi ETC, yakni tingkat penerimaan, keandalan, dan kemudahan penggunaan.
Pada masing-masing teknologi yang ada tentunya memilki kekurangan dan kelebihan yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Balitbanghub, menunjukkan rentang pendek digital berbasis microwave sistem komunikasi (DSRC) lebih disukai dan diyakini menjadi yang berpotensi, karena kesederhanaan operasi, potensi untuk mendukung layanan tambahan untuk pengguna kendaraan dan, yang paling penting, karena mudah bagi pengguna memahaminya.
Advertisement
Sistem Bayar Tol Tanpa Berhenti Bakal Ubah Desain Jalan Tol, Seperti Apa?
Sistem transaksi non-tunai dan nirsentuh atau bayar tol tanpa berhenti lewat skema Multi Lane Free Flow (MLFF) akan mengubah desain konstruksi jalan tol ke depannya.
Pasalnya, fungsi gerbang tol sebagai tempat membayar jasa saat mengenakan jalan bebas hambatan bakal hilang.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit mengatakan, konstruksi jalan tol baru ke depan pastinya akan disesuaikan mengikuti kebijakan anyar transaksi tol tanpa berhenti tersebut.
"(Desain) sudah berubah. Jadi kita kan juga mendapatkan desain baru dari Bina Marga untuk design gate. Sehingga itu yang merupakan simplified design (penyederhanaan desain), sudah kita terapkan," kata Danang di Jakarta, dikutip Rabu (8/6/2022).
"Kalau yang mulai pasca full MLFF tidak ada lagi pakai gerbang-gerbang besar kan," dia menambahkan.
Danang lantas mencontohkan pembangunan Jalan Tol Serpong-Cinere (Seksi 2 Pamulang-Cinere) yang sudah berbeda dengan jalan tol eksisting lainnya.
"Tol Cinere-Serpong, itu sudah simplified design. Hanya rangka baja, kemudian ada kain terpal putihnya. Jadi tidak menggunakan model gedung-gedung yang besar seperti yang kita lihat selama ini," terangnya.
Secara perencanaan, sistem transaksi tanpa sentuh dan setop target bisa diterapkan di seluruh ruas tol Indonesia akhir 2023, atau paling lambat awal 2024.
Namun, tidak serta merta gerbang tol eksisting nantinya bakal dirubuhkan. Danang mengutarakan, fungsi pintu tol bisa saja dipertahankan sebagai welcome gate untuk menunjukan identitas budaya di wilayah tempatnya berada.
"Tergantung fungsinya. Ada beberapa contoh, seperti di Bali, ini kan masih ada permintaan dipertahankan sebagai identity dari daerah tersebut. Apalagi menghadapi G20 justru malah di-upgrade," tuturnya.
"Jadi satu per satu akan kita evaluasi. Tapi prinsipnya secara fungsional gerbang-gerbang tol secara gradual akan dihilangkan," tandas Danang.
6 Ruas Tol Bakal Uji Coba Bayar Tanpa Berhenti Akhir 2022, Mana Saja?
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Danang Parikesit, mengatakan sistem transaksi nirsentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF) bakal mulai dilaksanakan akhir 2022.
Timeline itu masih sesuai jadwal awal, dimana uji coba transaksi non-tunai tanpa berhenti itu bakal dilaksanakan untuk 6 ruas tol di penghujung tahun ini.
"Ada Tol Jagorawi, Tol Dalam Kota, Tol Bali Mandara, totalnya ada enam ruas tol," ujar Danang di Kantor Bina Marga Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Menurut dia, hingga saat ini jadwal uji coba MLFF masih sesuai perjanjian awal, yakni pada Desember 2022. Badan usaha pengelola juga sudah bisa mengklaim biaya jasa kepada para Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
"Itu akan dimulai atau tidak sangat tergantung pada uji coba dan kesiapan mereka. Enam ruas ini akan jadi pertama untuk kita laksanakan secara komersial," terang Danang.
Danang menuturkan, implementasi MLFF bakal dilakukan secara bertahap. Secara kajian ini memang sudah direncanakan sejak 2017, yang awalnya mengubah sistem pembayaran tunai jadi non-tunai (cashless).
"Nanti ke depannya tanpa gerbang, komplikasinya meningkat cukup tinggi. Sehingga kita mau memastikan proses piloting 6 ruas tol pas uji coba bisa kita laksanakan," tuturnya.
Advertisement