Liputan6.com, Jakarta - Melonjaknya harga susu, keju dan telur telah mendorong inflasi pangan di Inggris ke level tertinggi dalam 14 tahun.
Dilansir dari BBC, Kamis (15/9/2022) harga pangan di Inggris naik pada laju tercepat sejak tahun 2008 pada Agustus 2022 karena perang Rusia-Ukraina terus mendorong kenaikan harga di supermarket.
Baca Juga
Inflasi Inggris sedikit berkurang karena turunnya harga bensin dan solar, tetapi tetap mendekati level tertinggi dalam 40 tahun, angka resmi menunjukkan.
Advertisement
Kenaikan biaya memakan anggaran, dengan harga naik lebih jauh dari upah.
Inflasi Inggris secara keseluruhan, yang mengukur tingkat kenaikan harga, turun untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun di bulan Agustus 2022, menjadi 9,9 persen dari 10,1 persen di bulan Juli.
Angka itu tidak setinggi yang dikhawatirkan para ekonom, tetapi beberapa telah memperingatkan tingkat inflasi kemungkinan akan terus meningkat, mencatat bahwa biaya makanan, pakaian, dan layanan - yang mencakup hal-hal seperti harga toko dan restoran - semuanya terus meningkat tajam.
Bank of England atau Bank Sentral Inggris sebelumnya sudah memperingatkan inflasi bisa mencapai 13 persen tahun ini, dan diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga untuk mencoba mengendalikannya.
Namun, rencana pemerintah negara itu untuk mencegah kesulitan yang meluas dengan membatasi kenaikan tagihan energi rumah tangga, kemungkinan berarti inflasi sekarang tidak akan naik setinggi yang diperkirakan sebelumnya.
Apa Kata Ekonom ?
"Inflasi tinggi terus mendorong krisis biaya hidup di Inggris, tetapi prospeknya telah cerah selama sepekan terakhir," kata Jack Leslie, ekonom senior di Resolution Foundation.
"Jaminan Harga Energi harus mencegah lonjakan harga musim dingin kedua," ujarnya.
"Namun, inflasi tinggi akan tetap bersama kami untuk beberapa waktu, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang terus terpukul paling keras oleh harga tinggi," tambahnya.
Seperti diketahui, berbagai negara di dunia telah melihat kenaikan harga pangan menyusul perang Rusia-Ukraina, yang telah menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga.
Perang telah mengganggu pasokan dari kedua negara yang merupakan eksportir utama barang-barang seperti minyak bunga matahari, gandum, dan pupuk.
Advertisement
Ratu Elizabeth II Meninggal Dunia, Bank Sentral Inggris Tunda Keputusan Suku Bunga
Bank Sentral Inggris atau Bank of England menunda keputusan penting tentang suku bunga, menyusul kabar duka Ratu Elizabeth II meninggal dunia.
Diketahui bahwa hal ini mengikuti langkah beberapa badan publik di Inggris dalam mengubah rencana mereka selama sepekan mendatang setelah meninggalnya Ratu Elizabeth II.
Dilansir dari BBC, Senin (12/9/2022) dikatakan bahwa "mengingat masa berkabung nasional", keputusan Komite Kebijakan Moneter akan diumumkan pada tengah hari pada 22 September mendatang.
Bank of England sebelumnya diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Kamis (15/9).
Para ekonom telah memperkirakan bahwa Bank of England akan menaikkan suku bunga menjadi 2,25 persen - level tertinggi sejak Desember 2008.
Bulan lalu, Bank of England menaikkan suku bunga dengan margin tertinggi dalam 27 tahun dalam upaya menjaga kenaikan harga terkendali.
Bank sentral Inggris tersebut juga memperkirakan bahwa ekonomi Inggris akan jatuh ke dalam resesi akhir tahun ini.
Di sisi lain, suku bunga yang lebih tinggi dapat mendorong biaya pinjaman menjadi lebih mahal, di mana masyarakat hanya memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan dan harga akan berhenti naik dengan cepat.
Seperti diketahui, biaya energi di sejumlah negara mulai naik tajam ketika lockdown Covid-19 dicabut dan ativitas ekonomi mulai kembali normal.
Ditambah lagi, Rusia telah memotong pasokan gasnya ke Eropa, mendorong kenaikan harga gas di seluruh wilayah tersebut, termasuk di Inggris, yang memiliki dampak besar pada konsumen.Â