Punya Lahan Marikultur 12,3 Juta Ha, Indonesia Bisa jadi Raja Rumput Laut Dunia

Rumput Laut Tual dan Maluku Tenggara Diproyeksikan Komoditi Ekspor Unggulan

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Sep 2022, 16:10 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2022, 16:10 WIB
KKP Kejar Target Produksi 18,77 Juta Ton Ikan Budi Daya
Mahasiswa memberi pakan pada ikan bawal bintang yang di budi daya untuk studi kampus di perairan Serang, Banten, Minggu (10/4/2022). di antaranya ikan 8,69 juta ton dan rumput laut 10,08 juta ton serta produksi budidaya ikan hias sebanyak 1,56 miliar ekor.Liputan6.com/Angga Yuniar

Liputan6.com, Jakarta Hasil budidaya rumput laut Tual dan Maluku Tenggara diproyeksikan sebagai komoditas unggulan eskpor. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menilai proyeksi tersebut karena kondisi lingkungan yang baik serta kandungan karagenan yang lebih tinggi.

"Kami beri support penuh untuk daerah-daerah potensial yang mau mengembangkan rumput laut. Seperti di Tual dan Maluku Tenggara, dan daerah potensial lainnya," ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu di Tual, dikutip pada Kamis (15/9).

Tebe memaparkan bahwa Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia di bawah China (FAO 2020) dan memasok bahan baku rumput laut khusus untuk jenis Euchema cottonii. Capaian tersebut berpotensi terus meningkatkan seiring pemanfaatan lahan marikultur.

Dia menyebutkan, Indonesia memiliki luas lahan marikultur 12,3 juta hektar, sementara potensi tersebut baru digarap 102 ribu hektare atau baru 0,8 persen.

"Jika potensi yang ada bisa dimaksimalkan, tidak mustahil Indonesia bisa menjadi raja rumput laut dunia," ungkapnya.

Tebe menambahkan, rumput laut merupakan komoditi yang mudah untuk diaplikasikan, dan cepat dipanen. Selain itu, budidaya rumput laut menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Keunggulan lainnya menurut Tebe adalah praktik budidaya rumput laut ramah lingkungan, emisi rendah karbon, mereduksi polutan dan berpotensi sebagai renewable resources.

"Rumput laut itu unik, dan ini sangat merakyat. Tapi jika dikembangkan maksimal bisa menjadi sumber ekonomi besar,” ujar Tebe.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penyediaan Bibit

FOTO: Potret Pengumpul Rumput Laut yang Masih Bertahan di Nusa Dua Bali
Warga Desa Adat Peminge mengumpulkan lepasan rumput laut di kawasan Pantai Geger Mulya, Nusa Dua, Bali, Selasa (3/5/2022). Dalam sehari, belasan warga mampu mengumpulkan sekitar 5 hingga 20 kg rumput laut basah yang jatuh karena gelombang laut. (merdeka.com/Arie Basuki)

Kementerian Kelautan dan Kebudayaan, ujar Tebe, berkomitmen mengembangkan potensi dari rumput laut. Seperti, penyediaan bibit rumput laut berkualitas hasil teknologi kultur jaringan atau metode reproduksi vegetatif yang mengembangbiakan potongan jaringan pada media hingga membentuk individu baru.

Selain itu, Tebe menyampaikan terobosan yang dilakukan adalah penyediaan sarana prasarana yang digunakan untuk memproduksi bibit rumput laut yang berkualitas. Sehingga, manfaat yang dihasilkan kebun bibit rumput laut yaitu penyediaan bibit rumput laut yang bermutu secara berkelanjutan, peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan produksi rumput laut tercapai.

"Pada akhirnya tujuan kita menjadikan rumput laut sebagai sumber pendapatan dan peningkatan ekonomi masyarakat bisa terwujud," pungkasnya.


Menunggu Rumput Laut Jadi Dewa Penyelamat Ekonomi

Ilustrasi nori, rumput laut, cara, membuat tamago
Ilustrasi nori, rumput laut, cara, membuat tamago. (Photo by dashu83 on Freepik)

Kementrian Kelautan Dan Perikanan  (KKP) Melaui Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Batam mencatat nilai ekspor rumput laut kering Batam ke berbagai negara mencapai Rp 24,58 miliar pada 2021 atau meningkat 500 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 4,09 miliar.

Kepala SKIPM Batam M, Darwin Syah Putra mengatakan  nilai ekspor rumput laut Batam semakin tinggi dikarenakan  bertambahnya permintaan negara tujuan ekspor seiring membaiknya kondisi perekonomian global, meskipun masih dalam situasi pandemi COVID-19.

“Tujuan ekspor rumput laut kering Batam pada 2021, yakni China tercatat 105 kali dengan volume 6.763, 47 Ton senilai Rp 23,95 miliar, Jepang 5 kali dengan volume 95,36 Ton senilai Rp 286,08 juta, Vietnam 2 kali dengan volume 32 Ton senilai Rp 342 juta dan Singapore 1 kali dengan volume 990 Kg senilai Rp 279 juta,” katanya.

Sementara pada 2020, ekspor rumput laut Batam hanya ke tiga negara, yakni China 17 kali pengiriman dengan volume 920,9 ton senilai Rp2,50 miliar, Vietnam 5 kali dengan volume 129 Ton senilai Rp1,28 miliar dan Jepang sebanyak 5 kali dengan volume 100 Ton senilai Rp300 juta.

"Potensi rumput laut Batam sangat besar, mudah-mudahan ekspornya pada tahun ini bisa lebih tinggi lagi dari tahun-tahun sebelumnya," kata Darwin.

Rumput laut eksport ini diambil oleh masyarakat nelayan dengan cara dicabut dari alam seperti jenis Sargassum dan Spinosum, sedangkan untuk jenis Cottoni yang dibudidayakan masih sedikit. Sesungguhnya komposisi Kepulauan Riau yang hampir 97 persen merupakan lautan sangat potensial untuk budidaya rumput laut. 

infografis hari nelayan
Hari Nelayan Nasional
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya