Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN menargetkan pertumbuhan kredit di atas 9 persen pada 2023, jika keadaan ekonomi membaik, pandemi COVID-19 tuntas dan inflasi ditekan.
"2023 kalau ekonomi membaik, COVID tuntas, inflasi ditekan, pertumbuhan kredit akan lebih tinggi dari saat ini sekitar 9 persen akhir tahun kalau kondisi lebih baik lagi di atas 9 persen,” kata Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo dalam Paparan Publik Kinerja Keuangan BTN Semester I 2022, Kamis (15/9/2022).
Baca Juga
Selain itu, BTN juga berkomitmen dalam environmental, social, and governance (ESG). Salah satu buktinya, BTN berkomitmen untuk melakukan pembiayaan dukungan kepada industri mobil listrik.
Advertisement
“BTN ini mengarah ke perusahaan ESG ini salah satu tema yang kita kembangkan dan komitmen juga untuk pembiayaan dukungan keuangan kepada industri terkait mobil listrik,” kata dia.
BTN juga mengurangi penggunaan BBM untuk rumah-rumah yang biasanya menggunakan elpiji dan digantikan dengan listrik.
“Kita juga melakukan pengurangan BBM rumah-rumah yang biasanya menggunakan elpiji, kita gunakan dengan listrik dan juga usaha industri listrik,” ujar dia.
Kinerja Semester I 2022
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) berhasil mempertahankan kinerja positif pada semester I 2022. BTN membukukan laba bersih sepanjang semester I 2022 Rp 1,47 triliun.
Perolehan laba bersih itu meningkat 59,87 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 920 miliar. Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo menuturkan, pencapaian kinerja semester I 2022 yang sangat positif ini merupakan buah dari transformasi yang dilaksanakan seluruh jajaran BTN dalam mencapai target bisnis yang telah ditetapkan.
"Laba meningkat 59,87 persen jadi nyaris hampir 60 persen menjadi Rp 1,47 triliun,” kata Haru Koesmahargyo dalam Paparan Publik Kinerja Keuangan BTN Semester I 2022, Kamis (15/9/2022).
Haru mengungkapkan, pihaknya optimis hingga akhir 2022 ini, kinerja BTN akan semakin baik dengan berbagai strategi bisnis yang dijalankan.
Menurutnya, kenaikan laba bersih perseroan, ditopang oleh keberhasilan BTN menjalankan inisiatif strategis pada semester I 2022 antara lain peningkatan penyaluran kredit, biaya dana (cost of fund) yang berhasil ditekan seiring dengan peningkatan penghimpunan dana murah ditambah juga dengan susksesnya Bank BTN melakukan perbaikan rasio kredit bermasalah (non performing loan) yang terus menurun pada semester I 2022.
“Sepanjang periode Januari-Juni 2022, Bank BTN berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp 286,15 triliun meningkat 7,61 persen dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 265,90 triliun. Penyaluran kredit perumahan masih mendominasi total kredit perseroan pada semester I 2022,” ujar dia.
Adapun kredit perumahan yang disalurkan BTN hingga akhir Juni 2022 mencapai Rp 251,91 triliun. Dari jumlah tersebut KPR Subsidi pada semester I 2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp137,25 triliun tumbuh 8,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp126,29 triliun.
Advertisement
BTN Sebut Restrukturisasi Kredit Menurun
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN menyampaikan restrukturisasi kredit perbankan yang terdampak COVID-19 terus menurun.
Direktur Risk Management and Transformation BTN Setiyo Wibowo menturkan, pihaknya secara terus menerus melakukan banyak upaya baik dalam restrukturisasi maupun menyelesaikan restrukturisasi.
"Jadi seiring dengan membaiknya situasi pandemi maupun situasi ekonomi kita sekarang, out flow yang nasabah-nasabah restrukturisasi kita juga terus menurun. Dimana, kalau posisi tertinggi di 2020 jumlah total restrukturisasi COVID kita hampir mencapai Rp 60 triliun atau tepatnya Rp 59 triliun pada kuartal I 2020,” kata Setiyo dalam Paparan Publik Kinerja Keuangan Bank BTN Semester I 2022, Kamis (15/9/2022).
Selain itu, dengan upaya-upaya yang dilakukan BTN, saat ini jumlah restrukturisasi terus menurun. Saat ini, restrukturisasi menurun menjadi Rp 36,1 triliun dan diharapkan jumlah tersebut bisa terus menurun hingga akhir tahun.
"Alhamdulillah dengan upaya-upaya kita, edukasi maupun perbaikan restrukturisasi, saat ini jumlah restrukturisasi terus menurun saat ini menurun menjadi Rp 36,1 triliun dan harapan kita jumlah restruk ini sampai akhir tahun terus menurun. Tentunya dengan situasi pandemi yang semakin terkendali kemudian situasi ekonomi juga sudah semakin baik, walaupun memang di sisi lain adanya ancaman inflasi maupun kenaikan harga BBM,” ujar dia.
Meskipun demikian, BTN juga telah melakukan pencadangan yang cukup terhadap portofolio restrukturisasinya.
"Kita juga sudah mengantisipasi bahwa kenaikan harga inflasi maupun BBM termasuk masa restrukturisasi yang mungkin akan berakhir pada 2023 nanti, kita juga sudah antisipasi dengan melakukan langkah-langkah, antara lain melakukan pencadangan yang cukup terhadap portofolio restrukturisasi kita,” kata dia.
Restrukturisasi
Tak hanya itu, Setiyo juga menjelaskan, restrukturisasi sudah dicadangkan secara cukup untuk mengantisipasi jika POJK tidak memperpanjang.
"Saat ini jumlah restrukturisasi kita sudah dicadangkan secara cukup supaya mengantisipasi apabila nanti POJK restrukturisasi ini tidak diperpanjang, kita sudah mencadangkan secara cukup. Kemungkinan adanya downgrade dari debitur-debitur kita yang termasuk dalam restrukturisasi COVID,” ujar Setiyo.
Sementara itu, BTN juga tengah melakukan komunikasi bersama OJK mengenai usulan perpanjangan restrukturisasi secara selektif.
“Walaupun kita juga selalu berkomunikasi dengan OJK bahwa mungkin akan kita usulkan adanya perpanjangan secara selektif, khususnya untuk debitur-debitur di segmen tertentu atau di daerah tertentu yang masih sangat terdampak karena belum pulihnya sektor industri di segmen-segmen tertentu akibat dari COVID ini,” pungkasnya.
Advertisement