Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembelai melemah dan menembus level psikologis 15.000 per dolar AS pada perdagangan Kamis ini. Pelemahan nilai tukar rupiah ini usai bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menaikkan suku bunga.
Pada Kamis (22/9/2022) pagi, rupiah melemah 19 poin atau 0,13 persen ke posisi 15.016 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.997 per dolar AS.
Baca Juga
"Nilai tukar rupiah bakal mendapatkan tekanan dari dolar AS Hari ini dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed sebesar 75 bps dini hari tadi dan sikap The Fed yang masih akan mempertahankan pengetatan moneter hingga inflasi AS turun signifikan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Advertisement
Dolar AS melonjak ke level tertinggi baru dalam dua dekade pada akhir perdagangan Rabu 21 September 2022, setelah The Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi dan mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar pada pertemuan mendatang.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, mencapai level tertinggi baru 20 tahun di 111,63 setelah kenaikan suku bunga Fed, dan terakhir naik 0,7 persen pada 110,97.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell berjanji bahwa ia dan sesama pembuat kebijakan akan terus berjuang untuk mengalahkan inflasi, ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase untuk ketiga kalinya berturut-turut dan mengisyaratkan bahwa biaya pinjaman akan terus meningkat tahun ini.
Dalam serangkaian proyeksi baru yang serius, The Fed memperkirakan suku bunga kebijakannya naik pada kecepatan yang lebih cepat dan ke tingkat yang lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Target suku bunga kebijakan The Fed sekarang berada di level tertinggi sejak 2008 dan proyeksi baru menunjukkannya naik ke kisaran 4,25-4,50 persen pada akhir tahun ini dan berakhir 2023 di 4,50-4,75 persen.
"Dengan keputusan baru ini pasar akan mereposisi portofolio investasinya untuk sementara waktu dan mungkin menarik diri dari aset berisiko sehingga rupiah bisa ikut melemah," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 14.980 per dolar AS hingga 15.050 per dolar AS.
Rupiah Melemah ke 15.000 per Dolar AS, Berapa Level Ideal?
Nilai tukar rupiah kembali melemah dan tembus level 15.000 per dolar AS Kamis pagi. Pengamat dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita menilai, nilai tukar rupiah berada di bawah level ideal atau seharusnya bisa lebih kuat dari 15.000 per dolar AS. Namun ia mengakui bahwa fluktuasi yang terjadi di rupiah banyak diakibatkan oleh sentimen psikologis.
Menurutnya, angka ideal nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.500-14.750 per dolar AS.
"Soal berapa nilai idealnya, saya kira nilai rupiah yang sesuai dengan fundamental ekonomi nasional dibanding fundamental ekonomi Amerika, terutama perbandingan angka pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan suku bunga Indonesia dibanding dengan pertumbuhan, inflasi, dan suku bunga Amerika, adalah sekitar 14.500 - 14.750 per dolar AS," kata dia menerangkan saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (21/9/2022).
Kendati begitu, dengan kondisi ekonomi global yang serba tidak pasti, ditambah tekanan The Fed, BI perlu melakukan intervensi. Misalnya, menahan nilai tukar di level Rp 14.900-an per dolar AS.
"Hanya saja, dengan kondisi ekonomi global yang tak pasti dan tekanan dari The Fed, jika BI mampu melakukan intervensi untuk mempertahan rupiah di level 14.900an saja udah cukup bagus, selama fluktuasinya tidak terlalu tinggi," ujar dia.
"Karena sebenarnya, yang dibutuhkan oleh dunia usaha adalah kepastian nilai tukar, sehingga mereka bisa melakukan perhitungan usaha dan proyeksi bisnis ke depanya," tambahnya menerangkan.
Ia mengamini kalau fluktuasi mata uang rupiah beberapa waktu belakangan memang kurang menggambarkan fundamental ekonomi nasional. Pergerakannya sejak akhir tahun lalu sangat dipengaruhi oleh psikologi dan sentimen pasar atas kebijakan tapering dan kenaikan suku bunga The Fed.
"Yang berpengaruh langsung pada besaran capital outflow, terutama dari sektor finansial. Sehingga, mau tidak mau, nilai rupiah saat ini akhirnya menjadi undervalued, lebih rendah dari underlyingnya, yakni kinerja ekonomi yang relatif cukup baik," paparnya.
Â
Advertisement
Dampak Positif
Di sisi lain, pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS membawa dampak positif. Misalnya, terhadap kinerja ekspor dan tentunya pendapatan dari kegiatan ekspor.
"Dampak positifnya akan dinikmati oleh eksportir dan pemerintah. Eksportir akan mengantongi kelebihan selisih mata uang dari volume ekspor yang sama, karena saat mereka mengonversi dolar yang mereka terima akan mendapatkan jumlah rupiah yang lebih banyak," tuturnya.
"Begitu pula dengan penerimaan negara dari ekspor, yang tentu juga akan ikut naik, seiring dengan peningkatan penerimaan para eksportir, walaupun volumenya ekspornya tetap sama," tambah Ronny.