Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menyampaikan, pemerintah terus menjaga ekonomi Indonesia dan tetap waspada dengan kondisi dunia yang terjadi.
"Perekonomian Indonesia kita terus jaga dengan dua cara pandang ke depan, optimis karena pemulihan ekonomi kita terus berlangsung, gerak ekonomi berlangsung, masyarakat yang ingin meningkatkan kesejahteraan," kata Suahasil kepada awak media, Rabu (12/10/2022).
Baca Juga
Namun, pemerintah juga tetap mewaspadai kondisi dunia yang cukup volatile. Hal itu dilakukan untuk meminimalkan dampak tersebut kepada Indonesia.
Advertisement
"Tapi kita waspada kondisi dunia yang sedang terjadi. Kondisi dunia ini cukup volatile dan menciptakan volatilitas yang tinggi yang dampaknya pasti akan masuk ke Indonesia harus kita upayakan seminimal mungkin disrupsi kepada Indonesia," kata dia.
Maka sebab itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) digunakan sebagai shock absorber atas volatilitas tersebut.
"Karena itu, APBN kita adalah anggaran yang kita pakai sebagai shock absorber atas volatilitas tersebut. Selama ini telah gunakan dan akan kita gunakan terus ke depan, kita cari dudukannya supaya di dalam kita mengelola perekonomian Indonesia APBN bisa menciptakan stabilitas Indonesia yang lebih baik, ujar dia.
Wamenkeu menambahkan, pendapatan negara dikonsolidasikan, serta belanja negara dibuat menjadi efisien. Selain itu, pembiayaan dilakukan secara efisien, inovatif dan kreatif.
"Caranya bagaimana? pendapatan negara kita konsolidasikan, belanja negara efisienkan. Kita dorong belanja untuk menodorong produktivitas dan pembiyaan kita lakukan secara efisien, inovatif, dan kreatif," kata dia.
Menko Airlangga Yakin Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,2 Persen
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, optimististis pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan bisa menyentuh angka 5,2 persen hingga akhir 2022 ini.Â
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di atas 5 persen, dan di kuartal III dan kuartal IV Angka 5,2 persen bisa dicapai," ujar Airlangga di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10/2022).
Menurut dia, capaian itu bisa diperoleh karena ditopang oleh berbagai komponen pendukung. Semisal, konsumsi rumah tangga akan tumbuh 5,5 persen YoY, lalu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi naik 3,07 persen.Â
Sedangkan dari komponen pertumbuhan ekonomi lapangan usaha, pertumbuhan sektor transportasi disebutnya akan melonjak 21,27 persen. Di sisi lain, industri pengolahan tetap bakal jadi sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara dari sektor riil, neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan menurutnya masih tumbuh positif, dengan indeks keyakinan konsumen tercatat di atas 100, serta cadangan devisa masih sekitar USD 130 miliar.Â
Â
Advertisement
Nilai Tukar Rupiah
Sebagai contoh, Airlangga membandingkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang meskipun menurun tapi tetap lebih kuat dari mata uang negara lain.Â
"Ini membuktikan tingkat resiliensi Indonesia tinggi. Rupiah terdepresiasi sekitar 6,5 persen, namun banyak negara lebih rendah dari kita. Bahkan Inggris sendiri angkanya terdepresiasi 20 persen. Ini menunjukkan dari segi resiliensi sekali lagi Indonesia relatif kuat," sebutnya.
Dengan capaian tersebut, Airlangga yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2022 akan berada di sekitar 5,2 persen. Pertumbuhan itu pun akan tetap terjaga di 2023 dengan kisaran 4,8-5,3 persen.
"Beberapa lembaga seperti S&P kemudian juga JCI melihat ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah banyak megara ratingnya turun. Ini sekali lagi menunjukkan fundamental ekonomi kuat dan dari keuangan, utang, fiskal dan moneter cukup prudent," pungkas dia.Â
BPS Ingatkan, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Terganggu Lonjakan Inflasi
Angka inflasi Indonesia terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini patut diwaspadai karena berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mencatat, inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen. Sementara inflasi tahun kalender 2022 mencapai 4,84 persen sedangkan inflasi secara tahunan sebesar 5,95 persen.
Angka inflasi ini terus mengalami kenaikan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Jika ini terus berlanjut maka bisa mengganggu target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diketahui, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di di 2022 bisa sentuh 5,2 persen.
"Ada (hambatan target pertumbuhan ekonomi) kalau inflasi terus tinggi," kata Margo di Hotel The Westin, Jakarta Selatan, Senin (10/10/2022).
Dampak dari lonjakan inflasi yang tidak disertai kenaikan pendapatan akan menekan daya beli masyarakat. Sehingga, akan menurunkan tingkat konsumsi terhadap barang maupun jasa yang selama ini menjadi penopang petumbuhan ekonomi nasional.
"Kalau permintaan barang dan jasa berkurang karena harga-harga naik (inflasi), menganggu pertumbuhan ekonomi kita. Jadi, yang dikhawatirkan begitu," tekannya.
Dia mencontohkan, kondisi ini tengah dialami banyak negara di berbagai belahan dunia. Di mana akibat lonjakan inflasi yang tinggi membuat laju perekonomian terseok-seok hingga mencatatkan pertumbuhan negatif.
"Beberapa negara terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi karena inflasi tinggi," ungkapnya.
Meski demikian, Margo menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2022 tahun tetap tumbuh tinggi. Hal ini diakibatkan oleh laju inflasi yang masih digolongkan aman akibat sejumlah bahan pangan mulai mencatatkan penurunan harga.
"Kita lihat dari aktivitas masyarakat bagus, aktivitasnya di bandara bagus. Itu mencerminkan aktivitas perekonomian menggeliat meskipun ada inflasi," imbuhnya mengakhiri.
Â
Â
Advertisement