Liputan6.com, Jakarta Tahun depan, dunia tidak hanya dihadapkan dengan ancaman resesi global. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut ada ancaman krisis pangan di berbagai negara-negara dunia.
Menanggapi itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebut pemerintah telah melakukan intervensi dalam 3 hal. Pertama, memperkuat ketahanan pangan terhadap kenaikan inflasi nasional.
"Kita berusaha untuk mempersiapkan cadangan-cadangan kita," kata Syarul di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (12/10/2022).
Advertisement
Syahrul menjelaskan, tingkat inflasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan. Sehingga langkah utama yang dilakukan menjaga harga-harga pangan agar tidak banyak berkontribusi kepada inflasi.
"Karena kontribusi inflasi pangan sangat besar terhadap inflasi," kata dia.
Kedua, intervensi yang dilakukan pemerintah dengan mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.
Upaya yang dilakukan pun dengan mempersiapkan substitusi bahan pangan yang selama ini impor dengan produk hasil dalam negeri.
"Ketergantungan importasi ini harus ada subtitusinya. Dipersiapkan pangan yang lain, yang kemungkinan bisa dibuat sendiri dalam kebijakan nasional," katanya.
Bahkan, hal ini telah didorong Presiden Joko Widodo. Sehingga tidak boleh ada lagi keterbatasan mendapatkan bahan pangan karena kondisi ketidakpastian global.
"Kita tidak boleh dibatasi hanya karena kondisi-kondisi global yang belum pulih dengan baik atau terjadi diskresi," tuturnya.
Â
Siasat Lain
Ketiga, Syahrul menyebut Indonesia harus membuka kerja sama ekspor baru dengan negara lain. Maksudnya untuk mengatasi ancaman krisis pangan global, Indonesia harus berkontribusi memenuhi kebutuhan pangan global.
Dia mengatakan ancaman krisis pangan sudah menjadi perhatian serius berbagai negara. Sehingga diperlukan langkah konkret untuk melakukan mitigasi sebelum krisis pangan benar-benar terjadi.
"Jadi semua negara merasa ini menjadi sesuatu yang membutuhkan perhatian serius dan salah satu yang menjadi orientasi ke depan adalah hadirnya mitigasi," kata dia.
Selain itu, setiap negara juga harus bisa beradaptasi dengan tantangan baru. Utamanya perubahan iklim yang sangat memberikan dampak pada proses produksi pangan. Tak hanya itu, dampak pandemi dan geopolitik juga telah mendorong hilangnya pupuk dari peredaran.
"Pandmei covid maupun ketegangan-ketegangan geopolitik yang ada berakibat pada pupuk yang hilang dan langka dan sebagainya," kata dia.
Â
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement