BRIN Ajak Negara G20 Tangani Krisis Keanekaragaman Hayati

BRIN bersama negara anggota G20 menggelar Research and Innovation Initiative Gathering (RIIG) guna memecahkan masalah hilangnya keanekaragaman hayati.

oleh Tira Santia diperbarui 19 Okt 2022, 13:10 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2022, 13:10 WIB
Renovasi Ruang Kerja Dewan Pengarah BRIN Dibatalkan
Suasana Gedung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta, Selasa (19/7/2022). Rencana renovasi ruang kerja Dewan Pengarah BRIN dibatalkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia lewat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyadari salah satu krisis dan tantangan yang dihadapi di tingkat global saat ini adalah hilangnya keanekaragaman hayati atau biodiversity lost. Untuk mengatasi tantangan tersebut, kolaborasi antara periset di tingkat global sangat diperlukan.

Oleh karena itu, BRIN memanfaatkan momentum Presidensi G20 Indonesia untuk meningkatkan kolaborasi riset dan inovasi antar negara-negara G20.

Kerangka kolaborasi ini disusun oleh BRIN bersama negara anggota G20, melalui pelaksanaan Research and Innovation Initiative Gathering (RIIG) yang dilakukan 3 kali. Sejauh ini sudah dilaksanakan RIIG dua kali, dan RIIG ketiga akan digelar pada 27 Oktober 2022.

Plt. Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Agus Haryono, selaku Chair G20 RIIG, menyampaikan bahwa pada RIIG pertama BRIN membahas tentang topik-topik yang disepakati di negara-negara G20 yaitu memanfaatkan biodiversitas di dunia.

“Tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia secara berkelanjutan. Waktu itu kita membahas pemanfaatannya untuk kesehatan, energi, pangan dan climate change,” kata Agus dalam konferensi pers ‘Digital, Blue and Green Economy’ secara hybrid, Rabu (19/10/2022).

Kemudian di pertemuan kedua, BRIN membahas bagaimana mekanisme kerja sama pemanfaatan Keanekaragaman hayati di dunia terkait dengan pendanaannya, skema penggunaan fasilitas bersama, dan kolaborasi antar negara-negara G20.

“Setelah kita melakukan pertemuan intersesi, kita sudah melakukan 3 interseksi. Intersesi ketiga nanti dilakukan tanggal 27 Oktober untuk membahas ministerial declaration, jadi nanti ada deklarasi tingkat menteri, dan untuk Indonesia diwakili oleh Kepala BRIN untuk mendeklarasikan kolaborasi riset dan inovasi khususnya dalam pemanfaatan biodiversitas dunia,” ujarnya.

 

Indonesia Jadi Hub Kolaborasi Riset dan Inovasi

Renovasi Ruang Kerja Dewan Pengarah BRIN Dibatalkan
Suasana ruang kerja Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berada pada lantai dua Gedung BRIN di Jakarta, Selasa (19/7/2022). Pertimbangan penataan ulang fungsi ruangan di lantai 2 antara lain karena usia beberapa anggota dewan pengarah sudah cukup sepuh, di antaranya Prof Emil Salim dan Prof Bambang Kesowo. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menegaskan, dilakukan pertemuan RIIG tersebut sebagai upaya BRIN untuk menjadikan Indonesia sebagai representasi riset dan inovasi. BRIN ingin menjadikan Indonesia hub kolaborasi riset dan inovasi.

“Kita ingin menjadikan Indonesia hub kolaborasi, tertentu tidak bisa semua bidang, oleh karena itu kita ingin memanfaatkan potensi lokal kita sebagai pusat biodiversitas,” ujarnya.

Kepala BRIN menyebut, masa depan riset dan masa depan teknologi bukan lagi mengacu pada elektronik, dan TIK. Karena itu sudah menjadi pengaturan standar, sebab semua orang yakin masa depan riset dan teknologi terletak di Bioteknologi.

“Kita memanfaatkan berbagai data dan tools untuk bisa mengoptimalkan potensi biodiversitas di negara kita. Itu juga yang kita pakai sebagai bargaining position. Era masa depan itu era bio-bio'an seperti bioteknologi dan seterusnya,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, Indonesia tidak bisa bermodal sumber daya alam saja dalam riset dan inovasi. Melainkan, BRIN perkuat biodiversitas Indonesia dengan infrastruktur yang memadai, sehingga, ketika Indonesia mengajak kolaborasi negara G20, maka posisinya bisa lebih sejajar.

 

BRIN Tawarkan Kebun Raya Jadi Kawasan Ekonomi Baru

BRIN
Ruang kerja Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berada pada lantai dua Gedung BRIN di Jakarta, Selasa (19/7/2022). Rencana renovasi ruang kerja Dewan Pengarah BRIN menuai banyak kritik. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar pertemuan dengan para pengelola Kebun Raya se-Indonesia guna menyeleraskan dan memperkuat pengelolaan kebun raya. BRIN juga telah menginisiasi perubahan Peraturan Presiden pengganti Perpres Nomor 93 Tahun 2011 tentang Kebun Raya.

Nantinya dengan adanya perubahan Perpres ini kebun raya di Indonesia akan berada di bawah pengelolan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA). Namun, perubahan itu tidak akan menggangu Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan hal tersebut dilakukan BRIN untuk mengakomodir kebutuhan terkini serta dinamika yang harus segera diantisipasi dalam pembangunan kebun raya di Indonesia. Sehingga ke depan kebun raya tidak hanya jadi kawasan konservasi tapi juga tempat edukasi.

“Mendorong integrasi kebun raya daerah tidak sekedar menjadi kawasan konservasi ex-situ, tetapi juga pusat edukasi sains serta pembinaan UMKM berbasis teknologi. Kelak ini akan menjadi KST (kawasan sains dan teknologi) di berbagai daerah,” kata Handoko di Gedung BJ Habibie, Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2022).

Adapun konsep edukasi dan wisata berbasis sains dan teknologi yang ditawarkan oleh BRIN dalam jejaring pengelolaan kebun raya daerah ini direncanakan berupa ketersediaan science center dan pembinaan Usaha Mikro Kecil Menengah.

 

Science Center

"Yg kita tawarkan makanya ada science center, diintegrasikan dengan science center, diintegrasikan dengan pembinaan UMKM. Dan bisa jadi pusat ekonomi yang lain begitu ya," jelas Handoko.

Kendati, memang tujuan utama BRIN ialah pada pengelolan konservasi kebun raya daerah. Misalnya pada pemeliharaan tanaman-tanaman endemik di kebun raya tersebut.

"Iya memang tujuan utamanya itu, betul sekali dan itu tujuan utamanya kan konservasi ex-situ. Ya dari tanaman endemik yang ada disitu lah. Cuma untuk memelihara itu perlu dikoordinir," kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya