Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mengungkapkan perkiraan terbaru mereka tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2022.
"Kami mengestimasi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal III 2022 mencapai kisaran 5,81 persen yoy, dengan range 5,77 - 5,85 persen," demikian paparan Peneliti Makroekonomi di LPEM, Teuku Riefky dalam konferensi pers Indonesia Economic Outlook 2023, pada Kamis (3/11/2022).
Baca Juga
Beberapa faktor pendukung, adalah low-base effect yang masih cukup dominan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2021, konsumsi domestik yang kuat, dan surplus neraca perdagangan yang menonjol mendongkrak perkiraan pertumbuhan untuk kuartal ketiga 2022.
Advertisement
Teuku Riefky pun menyatakan bahwa LPEM optimis pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mampu mencapai di atas 5 persen.
"Melihat perkembangan terakhir, Indonesia kemungkinan akan mencapai pertumbuhan PDB di atas 5 persen secara keseluruhan kuartal 2022," ungkap Teuku.
LPEM pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun fiskal 2022 mampu mencapai sebesar 5,3 - 5,4 persen yoy.
"Ke depan, kami masih optimistis Indonesia dapat mencapai tingkat pertumbuhan 5 persen pada tahun 2023 di tengah perlambatan global," tambahnya.
Namun, Teuku juga melihat sejumlah tantangan yang akan dihadapi ekonomi Indonesia mengingat situasi di berbagai negara maju yang menghadapi lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga yang agresif.
"Di tahun 2023 memang masih akan ada banyak tantangan, baik untuk perekomonian global dan perekomonian Indonesia. Beberapa tantangannya, adalah harga komoditas yang nampaknya akan relatif ternormalisasi di 2023, dan agresifnya sikap moneter bank sentral di seluruh dunia, serta inflasi yang tampaknya masih akan meningkat hingga akhir 2023," bebernya.
Ancaman Resesi 2023, Wamenkeu: Ekonomi Indonesia Masih Cukup Kuat
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, ancaman resesi semakin berpotensi. Awan gelap ekonomi diperkirakan akan melanda seluruh dunia pada tahun 2023 mendatang. Pasalnya, risiko krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 telah bergeser menjadi gejolak ekonomi global.
Banyak faktor yang memicu awan gelap ekonomi di tahun depan, mulai dari konflik geopolitik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina yang semakin memanas. Konflik tersebut berimbas pada konstelasi ekonomi dunia menjadi volatile.
Selain itu, terjadinya pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga di sejumlah negara yang turut menyebabkan volatilitas pasar keuangan global, capital outflow, pelemahan nilai tukar, hingga lonjakan utang negara.
"Belum lagi ditambah dengan potensi krisis utang global dan potensi terjadinya stagflasi. Pelemahan ekonomi global disertai inflasi tinggi merupakan kombinasi yang sangat berbahaya dan rumit secara kebijakan ekonomi,” jelas Suahasil Nazara saat menjadi keynote speech pada The Indonesia 2023 Summit dengan tema Rebuild The Economy 2023, Kamis (27/10/2022).
Walaupun dengan berbagai tantangan global, perekonomian Indonesia masih dikatakan aman. Hal tersebut disampaikan Suahasil Nazara, Indonesia harus optimis karena data tingkat konsumsi, produksi dan investasi terakhir yang cukup bagus menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih cukup kuat.
Ia pun memaparkan bahwa PMI Manufaktur Indonesia dalam tren naik, sehingga dunia usaha sedang siap-siap untuk memproduksi dan kebutuhan listrik juga bergerak sejak pertengahan tahun lalu. Selain itu, neraca perdagangan surplus 29 bulan berturut-turut ditopang oleh kenaikan harga komoditas.
"Dari konteks tersebut, kita sudah punya dasar. Pelaku usaha harus memanfaatkan momentum perbaikan tersebut tapi harus waspada karena resiko ketidakpastian masih sangat tinggi," katanya.
"The Fed rate masih akan naik dan itu tentu jadi tekanan ke seluruh dunia karena dollar akan naik," tambah Suahasil.
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan memiliki dua kebijakan utama dalam menghadapi gejolak ekonomi global. Pertama berkaitan dengan perdagangan dalam negeri, khususnya dalam rangka stabilisasi harga pangan dan ketersediaan pangan. Kedua terkait dengan digitalisasi ekonomi.
"Di tahun 2021, kita sudah dihadapkan dengan yang namanya super cycle commodity, yang harganya cukup tinggi. Lalu, ditambah impact dari perang Rusia-Ukraina. Sehingga ini memicu inflasi global," jelas Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri.
Ia pun mengungkapkan akan mencermati penuh negara yang akan menjadi tujuan ekspor utama, seperti China dan Uni Eropa.
"Uni Eropa pasar yang memberikan kita peluang, di mana sektor energi dibutuhkan. Karena dampak perang Rusia-Ukraina, harga komoditi energi cenderung mahal, jadi itu peluang buat Indonesia," tutur Muhri.
Selain itu, terkait dengan ekonomi digital, tren semakin meningkat pesat. Kebijakan terkait dengan ekonomi digital, salah satunya e-commerce ke depan pergerakan akan lebih cepat daripada regulator.
"Kami harus menjalankan kebijakan yang tidak menghambat perkembangan ekonomi digital atau tidak menjadi constraint," katanya.
Advertisement
Sri Mulyani: Ekonomi Global Tertekan, Indonesia Pasti Kena Imbas
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengajak masyarakat dan jajarannya untuk terus bersiap, bahwa akan selalu ada tantangan-tantangan baru ke depan dengan tingkat kesulitan yang terus naik.
Sang Bendahara Negara pun bersyukur, ekonomi Indonesia bisa pulih dengan cepat dan kuat pasca pandemi Covid-19. Namun, dirinya enggan larut dalam sukacita berlebih.
"Kita mengawal pemulihan ekonomi, maka tentu kita juga melihat munculnya tantangan-tantangan baru yang selalu tidak lebih mudah. Kita lihat sekarang, dunia geopolitik dan ekonomi global yang mengalami tekanan yang bertubi-tubi, pasti akan memberikan imbas kepada perekonomian Indonesia," kata Sri Mulyani dalam Upacara Peringatan Hari Oeang RI ke-76, Senin (31/10/2022).
Dalam hal ini, Sri Mulyani pun menuntut Kementerian Keuangan selaku lembaga pengelola keuangan negara, untuk terus sigap merespon segala situasi.
"Kebijakan fiskal dan keuangan negara yang adaptif, responsif, fleksibel, namun tetap akuntabel dan transparan, serta dengan tata kelola yang baik, jadi kunci untuk terus menjaga masyarakat Indonesia, perekonomian Indonesia, dan menjaga keuangan negara sendiri," imbuhnya.
Sri Mulyani menyadari, meskipun telah mampu menangani pandemi, tantangan-tantangan baru akan hadir. Sehingga pemerintah dan masyarakat harus sigap menghadapinya.
"Ini juga merupakan tantangan yang bisa mencelakai, atau menurunkan daya pemulihan ekonomi nasional. Oleh karena itu, kita harus tangguh terus mengawal pemulihan," desak dia.
Dia berharap, peringatan Hari Oeang RI ke-77 tidak hanya dijadikan ajang untuk sukacita perayaan. Namun juga titik tekad bagi jajarannya untuk sigap menghadapi tantangan dan tangguh terus mengawal pemulihan ekonomi Indonesia.
"Karena setiap tantangan, apapun bentuknya, dia akan terus merongrong atau terus mencelakai terwujudnya cita-cita kemerdekaan RI," tegas Sri Mulyani.