Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid, menyampaikan komitmen Rusia untuk ikut berpartisipasi dalam puncak kegiatan B20 Summit Indonesia 2022 di Bali, pada 13-14 November mendatang.
Meskipun sejumlah negara tengah bersitegang dalam konflik geopolitik, Indonesia selaku pemegang Presidensi B20 2022 disebutnya bakal menerima kehadiran dari seluruh pihak tanpa terkecuali. Bahkan, Arsjad pun buka kemungkinan atas kehadiran Ukraina.
Baca Juga
"Rusia Insya Allah hadir, kita kan terbuka. Yang confirm hadir, pasti satu mungkin dari energi, mungkin yang lainnya. Kita mengatakan semua kita welcome, jadi semua akan hadir," ujar Arsjad Rasjid di Menara Kadin, Jakarta, Jumat (4/11/2022).
Advertisement
"Kalau Ukraina hadir, Ukraine pun (silakan) hadir. Makanya kita lihat nanti," imbuhnya.
Senada, Chairman of B20 Indonesia Shinta Kamdani mengutarakan, dirinya telah menerima arahan Pemerintah RI untuk menyambut baik seluruh negara yang ingin ikut serta dalam rangkaian acara B20 2022.
"Memang kita dapat arahan dari pemerintah, ini adalah bisnis. Jadi pelaku usaha dari manapun harus kita hargai," sebutnya.
Pada acara puncak nanti, transformasi energi jadi salah satu isu utama yang bakal dibahas. Tak terkecuali kesepakatan soal harga karbon (carbon pricing), yang masih alot antara Indonesia dan Uni Eropa.
"Yang jelas di dalam pembahasan untuk policy recommendation cukup alot mengenai carbon pricing. Saya tak bisa menyampaikan lebih lanjut, tapi itu ada salah satunya," kata Shinta.
Ekonomi Dunia Melambat, G20 Salahkan Rusia
Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 sepakat untuk bekerja sama untuk memulihkan ekonomi global yang saat ini mengalami perlambatan. Hal tersebut tertuang dalam hasil Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) Keempat diselenggarakan pada 12-13 Oktober 2022.
Dikutip dari hasil G20 Chair’s Summary pada forum Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 disebutkan bahwa perlambatan ekonomi global disebabkan karena kekacauan yang disebabkan Rusia setelah melakukan invasi ke Ukraina pada Februari lalu.
"Banyak anggota mengecam keras perang Rusia melawan Ukraina," tulis laporan tersebut dikutip Senin (1/10).
Dalam draft tersebut sebagian besar negara anggota satu suara mengecam agresi yang dilakukan Rusia di Ukraina. Mereka menyatakan serangan terhadap Ukraina sebagai perang ilegal. Serangan tersebut juga tidak dapat dibenarkan dan telah menjadi sumber kekacauan ekonomi global.
"Perang agresi Rusia yang ilegal, tidak dapat dibenarkan, dan tidak beralasan terhadap Ukraina mengganggu pemulihan ekonomi global," bunyi kesimpulan tersebut.
Dalam forum tersebut, salah satu negara anggota menyatakan, sanksi yang diberikan kepada Rusia sebenarnya tidak menargetkan sektor pangan. Namun di sisi lain ada yang berpandangan sanksi yang diberikan merupakan penyebab utama dampak negatif terhadap perekonomian global.
"Salah satu anggota G20 berpandangan bahwa sanksi merupakan penyebab utama dampak negatif terhadap perekonomian global," tulisnya.
Advertisement
Sanksi Rusia
Sanksi yang diberikan kepada Rusia telah membuat kondisi ekonomi global makin suram selepas pandemi Covid-19 terkendali. Sebagian besar anggota juga sepakat masih ada tekanan pada harga pupuk, pangan, dan energi.
Kondisi ini pun telah memperburuk tekanan inflasi yang ada. Tak hanya itu, hal ini juga berkontribusi pada meningkatnya risiko kerawanan pangan dan energi. Selain itu, para negara G20 memberikan catatan akan pentingnya keberlanjutan pertumbuhan ekonomi global. Khususnya dalam rangka menghadapi berbagai tantangan di masa depan seperti perubahan iklim.
Salah satu negara anggota G20 meminta investasi untuk sumber energi fosil dihentikan. Lalu dalam waktu yang bersamaan kebijakan transisi ke energi bersih dilakukan dengan cara yang seimbang dan adil.
Dalam forum tersebut juga menyepakati tentang perlunya mengatasi kerentanan utang satu negara dalam kondisi ketidakpastian global.