Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Australia ke-2 yang digelar di Shoka Hotel, Phnom Penh, Kamboja, Sabtu (12/11/2022). Dalam konferensi ini Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa sebagai mitra wicara pertama yang menjalin Kemitraan Komprehensif Strategis dengan ASEAN, Australia dan ASEAN memiliki peran penting untuk membangun kawasan Indo-Pasifik yang stabil, damai dan sejahtera.
“ASEAN dan Australia juga memiliki kesamaan pandangan mengenai pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional. Saya berharap kiranya Australia juga memiliki kesamaan pandangan dengan ASEAN mengenai pentingnya kerja sama yang inklusif. Inklusivitas sangat penting untuk memperkuat strategic trust,” ujar Joko Widodo dalam keterangan tertulis.
Advertisement
Dalam KTT yang dihadiri oleh para pemimpin ASEAN dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese tersebut, Presiden Joko Widodo mengemukakan tiga hal terkait fokus kerja sama yang dapat diperkokoh antara ASEAN dan Australia. Yang pertama menurut Presiden, ASEAN dan Australia harus terus menjalin kerja sama konkret dalam konteks Indo-Pasifik.
“Saya yakin ASEAN – Australia dapat segera mengambil beberapa pilot projects dari 4 prioritas kerja sama yang tertera dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Dalam kaitan itu sebagai Ketua ASEAN tahun depan, Indonesia harapkan partisipasi Australia dalam Indo-Pacific Infrastructure Forum,” kata Presiden Joko Widodo.
Fokus Lainnya
Fokus kerja sama kedua yakni Australia dapat menjadi jembatan untuk memperkuat komunikasi antara ASEAN dan Pacific Islands Forum (PIF). Untuk itu, Indonesia mengusulkan agar komunikasi antara Sekretariat ASEAN dan PIF bisa mulai terjalin.
“Ketiga, on bilateral note, saya mengajak Australia untuk hadir dan berkontribusi dalam pertemuan Indonesia-Pacific Forum for Development yang utamanya akan memberikan perhatian pada kerja sama ekonomi dan pembangunan di kawasan Pasifik,” ucap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo juga menggarisbawahi pentingnya ASEAN dan Australia yang memiliki tanggung jawab menjadikan kawasan sebagai epicentrum of growth.
Turut hadir mendampingi Presiden Jokowi dalam KTT ke-2 ASEAN – Australia yaitu Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Advertisement
Jokowi Ajak Pemimpin ASEAN Plus Three Bersatu Hadapi Krisis
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengikuti KTT ke-25 ASEAN Plus Three (APT) yang digelar di Hotel Sokha, Phnom Penh Kamboja, Sabtu (12/11/2022). Dia mengajak para pemimpin ASEAN Plus Three bekerja sama untuk menghadapi krisis saat ini.
Adapun KTT APT beranggotakan pemimpin ASEAN. Kemudian ditambah pemimpin Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, dan Republik Korea.
"APT lah yang menyelamatkan kita dari krisis keuangan global 2008. Solidaritas dan kerja sama yang membuat ekonomi kawasan mampu bertahan," kata Jokowi dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Sabtu (12/11/2022).
"Sekarang kita kembali diuji dengan krisis global yang lebih dahsyat. Saya sangat percaya dengan spirit yang sama kita mampu menghadapi krisis saat ini," sambung dia.
Menurut dia, ASEAN Plus Three harus fokus setidaknya terhadap tiga isu. Mulai dari krisis pangan, resesi ekonomi, hingga stabilitas keamanan dan perdamaian kawasan.
"Pertama, krisis pangan harus dihindari, mekanisme ketahanan pangan kawasan harus diperkuat, dan cadangan beras darurat APT harus ditingkatkan," jelas Jokowi.
Mengamankan Rantai Pasok
Dia menilai teknologi produksi beras berkelanjutan mutlak diperlukan dan kapasitas produksi juga harus diintegrasikan dengan sistem logistik anggota APT. Hal ini untuk mengamankan rantai pasok dan stabilkan harga beras.
"Kedua, resesi ekonomi kawasan harus dihindari dan stabilisasi keuangan harus dilakukan. Sinergi berbagai perangkat finansial APT harus dijalankan khususnya Chiang Mai Initiative Multilateralisation," tutur Jokowi.
"Ketika ada ancaman krisis finansial, sinergi ini memungkinkan kita untuk peroleh _early warning_ dan dukungan likuiditas," imbuh dia.
Advertisement