Outcome Document Sherpa Bakal jadi Legacy bagi Presidensi G20 Indonesia

Outcome Document Sherpa akan menjadi penting karena menjadi preseden bagi Presidensi G20 berikutnya pada tahun depan di India

oleh Tira Santia diperbarui 13 Nov 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2022, 20:00 WIB
pertemuan Sherpa G20 keempat (4th Sherpa Meeting)
Pertemuan Sherpa G20 keempat (4th Sherpa Meeting) (Sumber: ekon.go.id)

 

Liputan6.com, Jakarta Dalam pertemuan Sherpa G20 keempat (4th Sherpa Meeting) yang telah berlangsung sejak 11 November 2022, diskusi secara maraton terus dilakukan oleh seluruh Delegasi Sherpa G20 guna mempersiapkan semua substansi yang akan dimasukan ke dalam Outcome Document yang akan diadopsi dan ditetapkan dalam KTT G20 yang dihadiri oleh Kepala Negara/Pemerintahan negara anggota G20.

Pertemuan yang direncanakan akan selesai menjelang pelaksanaan KTT G20 tersebut, diikuti dengan kehadiran secara fisik oleh seluruh Delegasi Sherpa G20 dengan semangat dan komitmen yang kuat untuk secara bersama-sama menghasilkan Outcome Document KTT G20 tahun 2022.

“Ini melanjutkan tradisi dari semua pertemuan KTT G20 sebelumnya yang selalu menghasilkan Outcome Document, biasanya dalam bentuk Leaders’ Declaration,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso yang juga merupakan Ketua Sekretariat Gabungan Sherpa Track dan Finance Track Presidensi G20 Indonesia di Jimbaran, Bali, Minggu (13/11).

Lebih lanjut, Sesmenko Susiwijono juga menyampaikan bahwa Outcome Document tersebut akan menjadi penting karena menjadi preseden bagi Presidensi G20 berikutnya pada tahun depan di India. Hal ini ditambah dengan kondisi di mana anggota Troika G20 berikutnya, seluruhnya terdiri dari negara berkembang yakni Indonesia, India, dan Brazil.

Sepanjang pembahasan materi dalam Sherpa Meeting keempat ini, baik dalam plenary, bilateral meeting, breakout session, dan sofa talk dilakukan melalui komunikasi yang intensif secara formal maupun informal, untuk menyepakati berbagai isu yang masih memerlukan kesepakatan bersama.

Berbagai upaya tersebut menggambarkan bahwa semua Sherpa G20 mempunyai komitmen yang kuat untuk secara utuh menghasilkan Outcome Document.

“Semua mempunyai komitmen yang kuat agar berhasil mencapai finish line bersama-sama dan menghasilkan kesepakatan dalam Outcome Document,” ujar Sesmenko Susiwijono.

 

 

Presidensi G20 Indonesia

Pertemuan Sherpa G20 keempat (4th Sherpa Meeting) (Sumber: ekon.go.id)
Pertemuan Sherpa G20 keempat (4th Sherpa Meeting) (Sumber: ekon.go.id)

Menyoal manfaat dari penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia, Sesmenko Susiwijono menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo telah menegaskan bahwa Presidensi G20 Indonesia harus mampu memberikan manfaat yang nyata dan konkret baik untuk kepentingan nasional maupun untuk menjadi solusi dari berbagai tantangan global yang ada saat ini.

Presidensi G20 Indonesia juga akan menyertakan concrete deliverables yang menjadi lampiran (Annex) dari Outcome Document yang dihasilkan.

 Concrete deliverables sendiri berupa proyek, program atau inisiatif, terutama dalam bentuk kerja sama multilateral, yang akan mengusung aksi konkret dari prioritas Presidensi G20 Indonesia yakni arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, transisi energi, serta isu mengenai ketahanan pangan. 

Concrete deliverables ini diharapkan akan menjadi solusi bagi berbagai krisis di dunia, baik krisis pangan, energi maupun krisis keuangan.

“Melihat perkembangan pembahasan pada 4th Sherpa Meeting sampai dengan saat ini, kami optimis untuk mengupayakan tercapainya kesepakatan bersama dalam menghasilkan Outcome Document (Leaders’ Declaration), yang akan menjadi legacy bagi Presidensi G20 Indonesia 2022,” pungkas Sesmenko Susiwijono.

Kepala Negara Antre Bertemu Bilateral dengan Jokowi di KTT G20

Health Working Group (HWG) G20
Health Working Group (HWG) G20 Kedua yang digelar di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 6-8 Juni 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Selangkah lagi, Indonesia akan membawa arah baru dalam G20, melalui Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 yang akan dihadiri oleh 17 kepala negara.

Secara total sebanyak 12.750 orang mulai dari delegasi, pebisnis hingga lembaga swadaya masyarat akan menghadiri pertemuan penting ini.

‘’Ada begitu banyak kepala negara yang ingin melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi dan permintaan presiden agar segera mengatur pertemuan-pertemuan bilateral,’’ ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Konferensi Pers Siap Sambut G20 di Media Centre G20 Nusa Dua Bali, Sabtu (12/11).

Indonesia memilki peran strategis dalam percaturan global dan menjadi tempat investasi yang sangat strategis. Sehingga membawa Indonesia menjadi salah satu kekuatan baru ekonomi dunia.

Kegiatan ini akan memberi dampak bukan hanya kepada ekonomi nasional tetapi juga kepada perekonomian provinsi Bali secara khusus.

Kontribusi G20 diperkirakan mencapai USD 533 juta atau sekitar Rp 7,4 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2022. Sebagain besarnya akan berdampak bagi perekonomian Bali.

Konsumsi domestik yang di dorong oleh rangkaian forum G20 diperkirakan naik sampai Rp 1,7 triliun, serta menyerap tenaga kerja hingga 33.000 orang.

Terutama tersebar ke sektor transportasi, akomodasi, usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan MICE atau meeting, incentive conference exhibition.

Sri Mulyani Minta Negara G20 Bersiap Hadapi Pandemi Gelombang Baru

Health Working Group 3 G20
'Side Event Health Working Group 3 - G20,' yang mengangkat tema, Tackling Antimicrobial Resistance: Curing the AMR Pandemic di Hilton Resort, Nusa Dua Bali pada Rabu, 24 Agustus 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Seluruh negara anggota G20 kita tengah fokus terhadap berbagai isu yang beririsan dengan sektor perekonomian, jelang penyelenggaraan konferensi tingkat tinggi atau KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022.

Namun, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tetap meminta seluruh negara tidak melupakan pengalaman yang didapat saat menghadapi wabah pandemi Covid-19.

Hal itu diungkapkannya dalam G20 Special Event, The 2nd Joint Finance and Health Minister Meeting di Bali, Sabtu (12/11/2022).

"Banyak negara telah dengan cepat berpindah ke new normal, dan hidup berdampingan dengan Covid-19. Tapi jutaan kasus baru, bersamaan dengan ribuan yang meninggal, tetap dilaporkan tiap pekannya," ujar Sri Mulyani.

Oleh karenanya, ia mengingatkan semua negara untuk tetap bersiap menghadapi kemungkinan terburuk dari gelombang pandemi berikutnya, yang bisa saja belum berakhir.

"Lebih lanjut, penyebaran cacar monyet telah mengingatkan kita, ini perkara kapan, bukan perkara apabila, kita menghadapi pandemi selanjutnya," tegas Sri Mulyani.

Menurut dia, dalam G20 Special Event kali ini, Sri Mulyani beserta pemimpin dunia lainnya punya kesempatan untuk terus mereformasikan arsitektur kesehatan global, seraya fokus terhadap upaya di masa depan dalam menghadapinya.

"Kami akan mendengarkan update perkembangan terbaru dari Pandemic Fund (the FIF for pandemic prevention, preparedness, and response), sejak pembentukannya pada 8-9 September. Itu jadi batu loncatan signifikan untuk memastikan, dunia sudah jauh lebih siap menghadapi pandemi selanjutnya," tuturnya. 

Infografis KTT G20 Bali Tanpa Putin & Zelensky, Daftar Hadir Pemimpin Negara
Infografis KTT G20 Bali Tanpa Putin & Zelensky, Daftar Hadir Pemimpin Negara (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya