Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI, Misbakhun, memuji kesuksesan konferensi tingkat tinggi atau KTT G20 2022 Bali yang digelar oleh Presidensi Indonesia. Menurutnya, itu jadi yang terbaik dan memberikan standar baru bagi India dan negara lain yang bakal memegang tampuk Presidensi G20.
Misbakhun menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan atau pelayanan terbaik yang belum pernah dilakukan pemimpin negara lain. Dengan demikian, ia meyakini presidensi kali ini akan menjadi standar baru bagi penyelenggaraan G20.
Baca Juga
"Indonesia memberikan standar baru bagaimana memperlakukan para kepala negara beserta delegasinya dengan keramahtamahan Indonesia yang tidak pernah diberikan oleh siapapun yang pernah menjadi tuan rumah G20," ujarnya dalam acara Dialektika Demokrasi DPR, Kamis (17/11/2022).
Advertisement
Menurut dia, keberhasilan rangkaian acara G20 2022 di Indonesia ini tergambar dari terciptanya deklarasi pemimpin, atau Leaders' Declaration di saat situasi dunia tengah memanas akibat konflik geopolitik global.
"Bagaimana situasi yang keras bisa landai, ini melebihi ekspektasi semua. dan saya juga tidak bisa memperkirakan bahwa ternyata semua isu bisa diselesaikan penuh pengertian dan kedamaian, baik itu di pertemuan unilateral dan bilateral," imbuhnya.
Dari sisi penyelenggaraan, Misbakhun pun mengapresiasi kelancaran dan keamanan yang diberikan Indonesia kepada para delegasi dan tamu kehormatan. Ia menekankan, itu jadi aspek penting dalam kesuksesan Presidensi G20.
"Walaupun Rusia tidak mendatangkan kepala negaranya, tapi Rusia bisa menerima leaders declaration yang isinya sangat sejuk, memberikan solusi, dan akan menjadi guideline perjalanan dan arah G20 ke depan," tuturnya.
Dengan terbentuknya Leaders' Declaration, ia pun mengklaim KTT G20 Bali berhasil menunjukan kualitas Indonesia selaku tuan rumah, seraya menyampaikan pesan perdamaian kepada dunia.
"Ini adalah G20 terbaik yang pernah ada," pungkas Misbakhun.
5 Indikator KTT G20 Bali Dinilai Sukses, Salah Satunya Tak Ada Negara yang Kehilangan Muka
KTT G20 telah resmi selesai dan deklarasi dari hasil pertemuan itu juga telah diresmikan. Presiden Jokowi dan Indonesia menuai banyak apresiasi dari para delegasi dan tamu yang hadir bahwa penyelenggaraan KTT G20 sangat memuaskan.
Hal serupa juga diungkapkan Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional UI. Menurutnya, ada beberapa indikator yang membuktikan bahwa KTT G20 benar-benar sukses dilaksanakan.
"Pertama, tentu karena hampir semua kepala negara dan pemerintahan serta pimpinan organisasi internasional hadir," ujarnya ketika dihubungi Liputan6.com, Kamis (17/11/2022).
Indikator kedua, sambung dia, adalah pengamanan ketat G20 yang aman terkendali. Penjagaan dan pengamanan selama terselenggaranya KTT G20 memang sangat ketat. Bahkan pada 15-16 November, hanya kendaraan tertentu dan orang-orang yang memiliki akses khusus yang bisa masuk ke area Nusa Dua.
Ketiga, keberhasilan Indonesia juga terbukti dari kesepakatan yang dihasilkan para pemimpin negara G20. "Berbagai program dari tiga fokus dari tema yang diusung oleh Indonesia selama 1 tahun berhasil diimplementasikan dan disepakati," imbuhnya.
Apresiasi dari dunia terhadap Presiden Jokowi juga merupakan indikator keempat dari keberhasilan KTT G20 Bali.
Advertisement
Tak Ada Negara yang Kehilangan Muka
Di sela-sela KTT G20, Jokowi juga tak ketinggalan melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa negara seperti AS, Jepang, Turki dan lainnya. Namun yang menyorot perhatian dunia adalah pertemuan antara Joe Biden dan Xi Jinping, yang diketahui keduanya berada pada tensi tinggi.
"Banyaknya bilateral meeting yang dilakukan di sela-sela KTT G20 dan yang menjadi bilateral meeting terpenting adalah pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jin Ping yang berkomitmen untuk bersaing tanpa melibatkan penggunaan senjata dan kekerasan," kata Hikmahanto lagi.
Kelima, Hikmahanto mengatakan bahwa tidak ada negara yang kehilangan muka dalam Leaders' Declaration meski Rusia mendapat kecaman dari sebagian anggota G20 yang merujuk pada Resolusi Majelis Umum. Ini mengingat dalam deklarasi disebutkan bahwa Forum G20 bukan tempat pembahasan masalah politik.