Perkuat Perbankan Syariah, UUS Hasil Spin Off Disarankan Merger

Unit Usaha Syariah (USS) hasil spin off disarankan untuk melakukan merger agar terbentuk perbankan syariah yang kuat dari sisi permodalan.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Des 2022, 11:10 WIB
Diterbitkan 07 Des 2022, 11:10 WIB
Ilustrasi bank
Ilustrasi bank (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Unit Usaha Syariah (USS) hasil spin off disarankan untuk melakukan merger agar terbentuk perbankan syariah yang kuat dari sisi permodalan. Selain itu, mergernya UUS hasil spin off secara operasional akan membuat perbankan syariah menjadi lebih efisien dan efektif.

Pengamat Ekonomi Islam Muhammad Nadratuzzaman Hosen mengatakan, untuk memastikan kecukupan modal, beberapa UUS yang melakukan spin off sebaiknya bergabung (merger). Selain kuat dari permodalan, layanan yang diberikan lebih komprehensif dan jangkauan bisnis lebih luas.

"Dengan spin off dan merger, pasarnya akan semakin bagus. Menurut hemat saya, memang bank jangan terlalu banyak. Biar sedikit, tetapi modalnya kuat dan besar. Dari pada banyak-banyak, tetapi modalnya kecil-kecil," jelasnya, di Jakarta, Selasa (6/12).

Dengan demikian, dia menilai, Bank Umum Syariah atau BUS hasil merger USS akan lebih efisien dan efektif dampaknya terhadap market share industri keuangan syariah nasional. Secara ekonomi, menurutnya, akan lebih bagus dan bisa fokus pada pasar-pasar tertentu, sehingga akan lebih efisien di industri.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pangsa pasar perbankan syariah nasional per Agustus 2022 mencapai 7,03 persen.

Dari angka ini, sebanyak 13 Bank Umum Syariah (BUS) menguasai pangsa pasar 66,14 persen, sebanyak 20 Unit Usaha Syariah (UUS) 31,39 persen, dan 166 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah menguasai 2,47 persen pangsa pasar dari total industri perbankan syariah.

Per Agustus 2022, aset perbankan syariah Indonesia tumbuh 17,91 persen yoy ke posisi Rp 744,68 triliun, dana pihak ketiga naik 18,08 persen yoy menjadi Rp 591,97 triliun. Jumlah rekening nasabah telah mencapai 49,12 juta rekening atau bertambah 1,54 juta rekening dari Juli 2022.

 

 

 

Kewajiban Spin Off

Ilustrasi Bank
Ilustrasi Bank

Di sisi lain, Nadratuzzaman Hosen mengatakan, kewajiban spin off UUS diatur dalam Pasal 68 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mengharuskan UUS milik Bank Umum Konvensional (BUK) wajib melakukan pemisahan menjadi Bank Umum Syariah, selambat-lambatnya tahun 2023 atau 15 tahun sejak berlakunya Undang-Undang Perbankan Syariah.

"Spin off UUS sulit dihindari karena sudah diamanatkan di pasal 68 UU Perbankan Syariah dan baik dampaknya bagi perekonomian," jelas Nadratuzzaman Hosen.

Namun, realisasinya masih terkendala kecukupan modal sehingga walaupun syarat spin off terpenuhi, jika tanpa suntikan modal, Bank Umum Syariah (BUS) tidak akan mampu membangun kantor dan infrastruktur lain. Terlebih, lembaga keuangan adalah bisnis padat modal.

"Spin off ini sebenarnya sudah lama diberikan waktu dan disosialisasikan oleh pemerintah agar perusahaan induk memberikan modal cukup, tetapi induknya tidak memberikan modal juga. Jadi, kondisinya tetap UUS terus," lanjut Nadratuzzaman Hosen. 

Bank Syariah Indonesia Targetkan Luncurkan Super App pada 2023

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menjelaskan target di ranah digital pada 2023. Salah satu target BSI pada tahun depan, yakni peluncuran Super APP.

SEVP Digital & Transaction Banking Bank Syariah Indonesia (BSI) Parulian Saragih menuturkan, pihaknya ingin Super App ini segera diluncurkan. Kemudian,Bank Syariah Indonesia juga ada bank as a service.

"Target kita sebetulnya Supper App, kita ingin supper app ini segera di launching. Kemudian kita ada bank as a service, kita ingin kejar,” kata Parulian di sela 4th Indonesia Fintech Summit 2022, Jumat (11/11/2022).

Menurut ia, Super App ini menjadi kegiatan nasabah saat melakukan kontak dengan bank atau biasa disebut touchpoint. 

"Karena, kita melihat bahwa Supper App touchpoint dengan nasabah kita, kita melihat bahwa kita perlu lebih dari satu touchpoint,” kata dia. 

Dia menambahkan, pihaknya ingin menggenjot dari sisi bank as a service. Sehingga,  penawaran produk jasa-jasa dari BSI bisa dilakukan melalui channel yang lain.

"Touchpoint itu tidak perlu punya kita, bisa jadi punya partner-partner kita. Makanya bank as a service nya ingin push. Sehingga, penawaran produk jasa-jasa kita itu bisa lewat channel yang lain juga. Itu dua hal jadi kunci kita,” ujar dia.

Parulian menuturkan, Super App ini sebenarnya bukan tiba-tiba diluncurkan, melainkan ada beberapa tahap dalam peluncurannya. 

“Super App itu cuma hasilnya aja di depan, cara kerja kita yang tadinya waterfall jadi agile. Nanti punya resource sendiri, terus kemudian punya digi lab sendiri, kemudian fitur-fitur kita update 4-6 minggu misalnya,” kata dia. 

Dengan demikian, Parulian mengaku, BSI ingin membuat fitur di dalam Super App ini lebih baik dari yang sekarang.

"Jadi Super App satu, di belakang kerjanya besar, itu bisa diapresiasi ketika sudah launch, UI UX insyaallah lebih baik dari yang sekarang, bank as a service lebih baik dari yang sekarang,” pungkasnya. 

Komitmen Bank Syariah Indonesia Terapkan Pembiayaan ESG

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau disebut BSI (BRIS) berkomitmen dalam penerapan prinsip Environmental (lingkungan), Social (sosial) dan Governance (tata kelola perusahaan) atau ESG.

Penerapan prinsip ESG ini selaras dengan aspek keuangan berkelanjutan (sustainable finance). BSI juga terus menjaga nilai-nilai syariah dengan memberikan pembiayaan yang sehat dan berkelanjutan sehingga tetap menjaga keberlangsungan kehidupan dan lingkungan. 

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengungkapkan pembiayaan terkait ESG BSI terus mengalami peningkatan dan ke depannya akan diakselerasi. 

“Tujuannya agar perseroan mampu menghadirkan value yang lebih baik kepada para stakeholders. Tentunya value tersebut dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup,” ungkap Hery dalam paparan publik, Kamis, 27 Oktober 2022.

Per September 2022, pembiayaan keuangan berkelanjutan BSI mencapai Rp 51,03 triliun atau 25,54 persen dari total pembiayaan yang dicatatkan. Perseroan juga menggencarkan implementasi keuangan berkelanjutan dengan penyaluran dana corporate social responsibility (CSR) yang mengusung konsep 3P (people, planet dan profit).  

Dana CSR yang disalurkan BSI ke berbagai sektor socioeconomic jumlahnya telah mencapai Rp 84,1 miliar. Salah satunya pendampingan dan pengembangan 19 Desa Binaan BSI yang tersebar di Aceh, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Barat dan Makassar. 

Sementara itu dalam bidang spiritual, BSI membangun masjid-masjid di tempat wisata. Terbaru yakni Masjid BSI Pananjakan di kawasan Bromo Jawa Timur. 

Adapun terkait aspek people, BSI memberikan lebih dari 400 program beasiswa. Sedangkan dalam hal Charity dan Environment BSI melakukan gerakan penanaman pohon lebih dari 20.000 bibit di daerah rawan banjir.

“Kami akan terus mendorong pembangunan keuangan berkelanjutan dan mengimplementasikan tanggung jawab sosial dan lingkungan di berbagai daerah, Di antaranya melalui project green campaign dan kepedulian terhadap lingkungan,” pungkas Hery. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya