Â
Liputan6.com, Jakarta Masyarakat tentu familiar dengan istilah Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Bagaimanapun, jumlah yang mengenal istilah holding BUMN sangat mungkin jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah warga yang akrab dengan kata BUMN itu sendiri.
Saat sedang berproses membentuk holding dan subholding PT PLN (Persero), Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury mengungkapkan bahwa holding dan subholding PT PLN (Persero) dibentuk agar kinerja tiap-tiap bagian dapat terpantau dengan efektif dan efisien. Pembentukan juga dilakukan agar kinerja perusahaan menjadi transparan.
Advertisement
"Sejak memegang jabatan sebagai Menteri BUMN pada akhir 2019, Erick Thohir telah menutup minimal 70 BUMN yang dianggap sudah tidak produktif lagi sehingga membebani keuangan negar," kata Pemerhati BUMN Vicky Suyanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (10/12/2022).
Sebagai pemegang kuasa tertinggi di lingkungan kementerian BUMN, Erick Thohir berinisiatif membuat subholding BUMN yang berisikan pengelompokan BUMN berdasarkan sektor kerjanya. Subholding BUMN ini berdiri sendiri alias tidak saling tergantung walau berada di bawah payung yang sama.
Sejauh ini, Erick telah berhasil membuat lebih dari 10 cluster atau klaster dalam tubuh BUMN yaitu Jasa Pariwisata dan Pendukung; Klaster Telekomunikasi dan Media; Klaster Energi, Minyak dan Gas; Klaster Kesehatan; Klaster Manufaktur; Klaster Pangan dan Pupuk; Klaster Perkebunan dan Kehutanan; Klaster Mineral dan Batubara; Jasa Asuransi dan Dana Pensiun;Jasa Keuangan; Jasa Infrastruktur; dan yang terakhir adalah Jasa Logistik.
Setiap klaster memiliki holding yang mengelola bisnis sejenis dan di bawah holding ada lagi beberapa subholding. Pembentukan holding dan subholding ini membuat performa kerja perusahaan pelat merah menjadi optimum.
Iklim usaha semakin kondusif dan kerja jadi lebih efisien karena pendekatan yang dilakukan bersifat sektoral dan integratif, dan membuat Holding BUMN tersebut menjadi lebih besar dari sisi nilai aset.
Â
Jasa Infrastruktur
Ambillah Jasa Infrastruktur sebagai contoh. Di bawah klaster ini terdapat beberapa holding dengan PT Hutama Karya (Persero) sebagai lead holding.
Adapun anggotanya adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, PT Brantas Abipraya (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan Perum Perumnas. Adapun subholding adalah unit yang lebih kecil dan punya area kerja yang lebih spesifik.
Misalnya, PT Waskita adalah holding dari 4 anak perusahaan atau subholding yaitu Waskita Karya Toll Road, Waskita Karya Realty, Waskita Karya Infrastruktur, Waskita Karya Beton Precast. Jadi, setiap holding memiliki cluster bisnis yang independen sehingga leluasa untuk menciptakan inovasi. Geraknya fleksibel dan skema pendanaan berpotensi untuk dibuat jadi lebih menguntungkan.
Â
Advertisement
Manfaat Holding
Langkah untuk membentuk holding dan subholding yang dilakukan oleh Erick Thohir ini membuat program-program nasional jadi lebih cepat bisa diwujudkan, ekspor impor menjadi lebih menggeliat, sektor mikro dan makro akan mengalami pertumbuhan yang sehat.
"Tentu saja itu semua akan membuat negara yang kita cintai ini menjadi lebih kuat sehingga siap untuk menjadi kompetitor yang layak diperhitungkan dan Indonesia pun kelak menjadi salah satu negara terbaik untuk tujuan berinvestasi," kata dia.
"Oleh karena itu langkah langkah yang telah dilakukan oleh Erick Tohir perlu di apresiasi dan didukung demi kemajuan negara tercinta kita ini," tutup dia.