Perkuat Pasar Ekspor jadi Senjata Mendag Hadapi Ancaman Resesi 2023

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengaku tak takut menghadapi ancaman resesi 2023 yang diprediksi oleh beberapa pihak.

oleh Tira Santia diperbarui 12 Jan 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2023, 10:00 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan saat berkunjung ke Emtek Group di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (11/1/2023).
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan saat berkunjung ke Emtek Group di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (11/1/2023).Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengaku tak takut menghadapi ancaman resesi 2023 yang diprediksi oleh beberapa pihak.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengaku tak takut menghadapi ancaman resesi 2023 yang diprediksi oleh beberapa pihak.

Sebab, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah mempersiapkan skema baru dalam menghadapi ancaman tersebut, yakni memperkuat pasar ekspor tradisional dan memperluas pasar baru melalui berbagai perjanjian perdagangan internasional.

"Kita mengembangkan potensi pasar non tradisional yang potensinya besar sekali seperti Afrika, dan India, orangnya banyak," kata Mendag saat ditemui di SCTV Tower, Kamis (12/1/2023).

Adapun saat ini Indonesia juga memiliki sejumlah perjanjian perdagangan bilateral dengan negara nontradisional, diantaranya Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), Indonesia-Mozambique Preferential Trade Agreement (PTA), Indonesia-Pakistan PTA.

"Pertama, kita mengembangkan pasar baru Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, Latin Amerika, Eropa Timur. Bagaimana caranya? kita kirim delegasi bisnis dan kita permudah tool way-nya dalam bentuk perjanjian, seperti trade agreement," ujar Mendag.

Dia menjelaskan, dengan upaya perluasan pasar yang lebih aktif dan dalam rangka pemulihan ekonomi pasca pandemi melalui pasar nontradisional, dilakukan dengan mencari dan memanfaatkan peluang di negara-negara nontradisional sebagai alternatif pasar ekspor.

 

Kinerja Perdagangan Indonesia

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih lanjut Mendag melihat, kinerja perdagangan Indonesia terus menuju pada tren yang positif. Hal itu terlihat dari neraca perdagangan pada periode Januari−November 2022 surplus mencapai USD 50,59 miliar.

Surplus neraca perdagangan ini ditopang oleh surplus non migas sebesar USD 73,24 miliar dan defisit migas sebesar USD 22,65 miliar.

"Saya melihat tren kuartal pertama dan kedua respon kita trennya naik, kuartal ketiga memang melambat, tapi kita surplus sampai hari ini USD 50,59 miliar. Ekonomi kita tumbuh 5,72 persen tapi tren itu perlu kita pelajari, kita tahu langkah-langkah apa yang akan diambil," ujarnya.

Apalagi dengan adanya isu resesi, pertumbuhan ekonomi dunia juga diprediksi akan mengalami perlambatan. Tentu hal itu akan berpengaruh terhadap Indonesia, oleh karena itu harus diantisipasi agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terganggu.

"Pertumbuhannya melambat bahkan ada beberapa yang resesi pada 2022 kemarin, Jadi pertumbuhannya turun, perekonomiannya melambat, tentu akan berpengaruh kepada kita, ini harus diantisipasi agar kita tumbuhnya meningkat tidak turun, oleh karena itu kita mengembangkan potensi pasar non tradisional yang potensinya besar sekali," pungkasnya.

 

Mendag Zulkifli Hasan: Harga Cabai di Sejumlah Daerah Mulai Turun

Zulkifli Hasan
Menteri Perdagangan yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan saat wawancara khusus dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (1/10/2022). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Harga beberapa komoditas seperti cabai di awal Januari ini terpantau mahal. Dilansir dari laman Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga cabai rawit merah masih di angka Rp 63.100 per kilogram (kg).

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menjelaskan, sebenarnya harga cabai mulai melandari di awal tahun ini. Saat kunjungannya ke Lampung, harga cabai dibanderol Rp 40.000 per kg, dan bahkan di Jawa Tengah sudah normal di angka Rp 35.000 per kg.

"Saya kemarin ke Lampung Rp 40 ribu per kilo, tapi di Jawa Tengah cabai rawit Rp 35 ribu, saya pergi ke Kendal Rp 35 ribu untuk cabai rawit," kata Mendag Zulkifli Hasan saat ditemui di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (11/1/2023).

Zulkifli Hasan menjelaskan, kenaikan harga kebutuhan pokok memang sudah biasa terjadi jika permintaan meningkat, maka harganya pun dinaikkan oleh penjual. Begitupun sebaliknya, jika permintaan menurun harga juga ikut turun.

"Ayam bertelur hari ini dijualnya besok, kalau permintaan banyak harga naik, permintaan turun langsung turun. Ayam dijual hari ini dijual hari ini kalau pagi harga ayam mahal, dan siang lebih murah. Cabai begitu, kalau panen dijualnya besok maka lusa sudah busuk," ujarnya.

Oleh karena itu, Pemerintah sudah membentuk Badan Pangan Nasional untuk mengatur stok kebutuhan pangan supaya bisa dikendalikan. Namun, untuk saat ini baru mampu memenuhi stok beras, komoditas pangan lainnya belum.

"Yang baru bisa kita stok itu baru beras. Kita sudah gak impor beras 3 tahun, karena harga beras naik maka bulog menghabiskan stoknya dengan harga murah Rp 9000," katanya.

Sebagai informasi, Bulog memang menargetkan impor beras sebanyak 500 ribu ton untuk mengisi Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Dari total tersebut, Bulog telah melakukan impor beras 200.000 ton pada 2022 yang berasal dari Thailand Vietnam, Pakistan, Myanmar.

Beras impor tersebut, nantinya ditujukan untuk operasi pasar agar harga beras stabil di masyarakat. Kemudian sisanya 300 ribu ton rencananya akan dilakukan impor pada akhir Februari, sehingga pada masa panen di dalam negeri, Bulog bisa menyerap beras petani.

"Impor beras sampai Januari, karena Februari- Maret sudah panen," pungkas Mendag.

Cuaca Ekstrem Bikin Petani Cabai Sulit Panen

Pohon cabai rawit petani di Gorontalo terserang hama patek (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Begini Kondisi cabai rawit petani di Gorontalo diserang hama patek (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Cuaca ekstrem yang terjadi belakangan turut berdampak ke banyak sektor, termasuk pertanian. Petani cabai yang terdampak mengaku kesulitan panen karena hujan yang berkepanjangan.

Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia Tunov Mondro Atmojo mengatakan kondisi cuaca saat ini berimbas pada rusaknya tanaman cabai.

"Cuaca ekstrim sangat berpengaruh di tanaman cabai, dampak cuaca ekstrim jelas merusak tanaman cabai yg notabene rentan cuaca dan hama," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (6/1/2023).

Dia menyebut, hujan yang terjadi sepanjang hari juga menghambat petani untuk panen. Dengan begitu, stok cabai menjadi menyusut, yang pada akhirnya mempengaruhi harga jual di tingkat petani dan tingkat hilir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya