Biodiesel B35 Mulai Disebar Pekan Depan

Sementara sebagai persiapan implementasi B40, pemerintah juga telah melaksanakan uji jalan B40 pada 27 Juli 2022 lalu. Hasil uji itu digunakan sebagai dasar pertimbangan sebelum implementasi B40.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Jan 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2023, 18:00 WIB
Uji Coba Penggunaan Bahan Bakar B30
Sampel biodiesel B0, B20, B30, dan B100 dipamerkan saat uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6/2019). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa bahan bakar campuran biodiesel 35 persen atau B35 mulai dikirim atau disebar pekan depan. Namun biodiesel B35 itu tak langsung digunakan bukan ini tetapi awal bulan depan. 

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan, Indonesia bersiap melaksanakan implementasi bahan bakar B35 pada 1 Februari 2023. 

"Bulan ini kita masih tetap B30. Mulai minggu depan seluruh pengiriman dari biodiesel ini menggunakan spek B35," ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (13/1/2023).

Dadan meminta pengguna biodiesel tidak perlu khawatir dengan peningkatan spesifikasi dari B30 persen ke B35 persen karena Kementerian ESDM memastikan kualitas produksi dan penanganan mulai dari transportasi sampai pencampuran ditangani baik.

"Selama kita menaikkan campuran, selalu diikuti dengan peningkatan spek. Kita tekankan moto biodiesel jangan sampai menjadi pengotor," kata Dadan.

Pemerintah menargetkan penyaluran biodiesel mencapai 13,5 juta kiloliter atau 226 ribu barel per hari untuk implementasi Program B35 pada tahun 2023.

Nilai devisa yang bisa dihemat mencapai sekitar 10,75 miliar dolar AS setara Rp161 triliun, penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,65 juta orang, dan emisi gas rumah kaca sebanyak 34,9 juta ton ekuivalen.

 

Pengujian

Uji Coba Penggunaan Bahan Bakar B30
Sampel biodiesel B0, B20, B30, dan B100 dipamerkan saat uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelum melaksanakan peningkatan persentase pencampuran biodiesel, pemerintah telah melakukan beberapa persiapan teknis untuk memastikan performa penggunaan campuran bahan bakar nabati, di antaranya pengujian pengaruh penggunaan campuran Biodiesel 35 persen terhadap sistem filtrasi mesin diesel dengan hasil tidak terjadi indikasi pemblokiran filter pada pengujian Filter Blocking Tendency (FBT) maupun pengujian Filter Rig Test (FRT).

Rekomendasinya tidak ada pengaruh signifikan atas penggunaan B35, dimana telah dilakukan perbaikan pada spesifikasi biodiesel yang digunakan untuk campuran tersebut.

Sementara sebagai persiapan implementasi B40, pemerintah juga telah melaksanakan uji jalan B40 pada 27 Juli 2022 lalu. Hasil uji itu digunakan sebagai dasar pertimbangan sebelum implementasi B40.

"Dalam sidang kabinet tanggal 6 Desember 2022, diputuskan kita lakukan dengan B35. Meskipun kami sebetulnya menyiapkan untuk B40, kami sudah siap kalau nanti diminta untuk menaikkan menjadi B40," kata Dadan.

"Kita sudah tahu spesifikasi yang mana yang akan dipergunakan, kecuali nanti tambahan-tambahan infrastruktur yang tetap harus kita lakukan," imbuhnya.

Industri Biodiesel Bantu Pengembangan EBT Nasional

Pemerintah Bakal Cabut Izin Usaha Bila Tak Campur 15% BBN
Kementerian ESDM juga akan terus mengawasi proses pencampuran biodiesel sebesar 15 persen.

Sebelumnya, diaanak perusahaan Wilmar menerima Subroto Award dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konsesrvasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM). Keduanya adalah PT Wilmar Nabati Indonesia dan PT Wilmar Bioenergi Indonesia yang meraih penghargaan Piagam Utama.

Tahun ini merupakan kali kedua penghargaan bidang bioenergi digelar. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo di Bogor.

Direktur Project dan Technical Wilmar Erik Tjia menilai, industri biodiesel bukan hanya bisnis tetapi juga dukungan kepada program pemerintah dalam mengembangkan energi baru terbarukan nasional.

Selain lebih ramah lingkungan, produk turunan kelapa sawit ini juga merupakan bentuk kemandirian energi yang dikembangkan oleh putra bangsa.

“Kemandirian dalam sektor energi sangat penting karena dampak positifnya akan bermanfaat bagi bangsa dan negara,” ujar Erik.

Selain itu, pengembangan industri biodiesel juga mendukung program hilirisasi pemerintah guna meningkatkan nilai tambah produk turunan sawit.

Dalam upaya hilirasasi, Wilmar juga telah meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam industri biodiesel. Hal itu juga merupakan bentuk dukungan bagi industri terkait lainnya agar sama-sama berkembang. Unsur TKDN di industri biodiesel Wilmar saat ini telah mencapai lebih dari 90 persen.

 

Majukan Sektor ESDM

Tahun lalu, PT Wilmar Nabati Indonesia menyabet Subroto Award kategori Pengelolaan Produksi dan Penyaluran Bahan bakar Nabati, serta Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan.

Penghargaan tersebut merupakan penghargaan tertinggi sektor energi dan sumber daya mineral, yang diberikan kepada para pemangku kepentingan yang telah melakukan kinerja terbaik dalam memajukan sektor ESDM di Indonesia.  

“Kami sangat bersyukur karena upaya kami mendukung program energi terbarukan mendapat apresiasi dari pemerintah,” kata Direktur Project dan Technical Wilmar Erik Tjia melalui siaran pers. 

infografis journal
infografis 10 Daerah Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Indonesia pada 2021. (Liputan6.com/Tri Yasni).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya