Tren Belanja Online Naik, Transaksi Pembayaran Digital Ikut Melesat

Tren belanja daring yang kian meningkat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya kehadiran ragam metode pembayaran digital yang menjadi pilihan pelanggan.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Jan 2023, 20:22 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2023, 20:22 WIB
Ilustrasi belanja online, ecommerce, e-commerce, toko online
Ilustrasi belanja online, ecommerce, e-commerce, toko online. Kredit: athree23 via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Tren belanja online yang kian meningkat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya kehadiran ragam metode pembayaran digital yang menjadi pilihan pelanggan.

Menurut Bank Indonesia (BI), peningkatan transaksi ekonomi dan keuangan digital ditopang oleh naiknya minat dan preferensi masyarakat dalam belanja daring, serta luas dan mudahnya sistem pembayaran digital. Terlihat dari nilai transasi uang elektronik pada November 2022 yang tumbuh 12,84 persen(yoy), serta nilai transaksi digital banking meningkat 13,88 persen (yoy).

Payment gateway PrismaLink turut mencatat sejumlah peningkatan selama tahun 2022. CEO PrismaLink Laksono menyebutkan bahwa terjadi kenaikan jumlah transaksi pembayaran digital melalui PrismaLink. Selain itu, jumlah mitra PrismaLink pun telah bertambah lebih dari 25 persen dari tahun sebelumnya.

“Transaksi kami meningkat sebesar double digit dibandingkan tahun sebelumnya. Semakin banyak mitra yang mempercayakan kelancaran transaksi digitalnya kepada kami. Terlebih dengan tingginya minat dan preferensi masyarakat dalam penggunaan online payment,” ujar Laksono, Selasa (31/1/2023).

Adapun empat metode pembayaran terbanyak digunakan oleh mitra PrismaLink antara lain virtual account, QRIS, bill payment, dan debit instan (Debitin®).

Tak hanya jumlah mitra, pada 2022 PrismaLink juga menghadirkan layanan baru seperti QRIS, pembaharuan dashboard transaksi, pengembangan BI SNAP, layanan disbursement, serta paylater.

“Kami memiliki belasan layanan yang dapat menjadi opsi bagi para mitra. Dan pertumbuhan transaksi salah satu layanan, yaitu Debitin®, meningkat sangat signifikan pada tahun lalu,” lanjut Laksono.

 

 

Pembayaran Online

PrismaLink memfasilitasi pembayaran online bagi pelanggan Blibli dengan fitur Debitin. Kolaborasi ini melibatkan CIMB Niaga, sebagai mitra yang mengintegrasikan OCTO Cash by CIMB Niaga ke dalam Debitin. (Dok CIMB Niaga)
PrismaLink memfasilitasi pembayaran online bagi pelanggan Blibli dengan fitur Debitin. Kolaborasi ini melibatkan CIMB Niaga, sebagai mitra yang mengintegrasikan OCTO Cash by CIMB Niaga ke dalam Debitin. (Dok CIMB Niaga)

Laksono pun menambahkan di tahun ini PrismaLink akan fokus meningkatkan kontribusinya di dunia pembayaran online. Harapannya, PrismaLink dapat membantu mengurangi ketergantungan masyarakat pada uang kartal.

“Kami akan masuk ke segmen pasar yang tepat dan memberikan solusi komprehensi pada segmen tersebut,” jelasnya.

Saat ini PrismaLink telah terhubung dengan 21 mitra perbankan dan lebih dari 1.000 instansi lainnya. Dan PrismaLink akan terus mengembangkan dan melengkapi layanan atau produk yang dimiliki.

“Dengan semakin berkembangnya layanan atau produk, kami pun akan melakukan pengembangan pada proses internal. Dan kami cukup optimis pertumbuhan transaksi digital tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu,” tutup Laksono.

 

21 Juta Konsumen Beralih ke Belanja Online Selama Pandemi Covid-19

Ilustrasi Belanja Online, e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online
Ilustrasi Belanja Online, e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebut selama pandemi Covid-19 transaksi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di market place online mengalami peningkatan sebanyak 26 persen.

Teten menjelaskan sebanyak 3,1 juta transaksi per hari dengan kenaikan 35 persen pengiriman barang dan selama pandemi juga banyak UMKM yang terhubung dengan digitalisasi yang mampu bertahan menahan goncangan gejolak ekonomi yang terjadi.

"Selama pandemi kita sudah tahu UMKM yang sudah terhubung ke platform digital yang paling bisa bertahan bahkan tumbuh. Potensi eko digital terus tumbuah tahun ini nilainya sekitar Rp 632 triliun tapi diprediksi 30 akan terus tumbuh Rp 4,531 triliun. Tentu ini pertumbuhan yang sangat signifikan jadi bisa 8 kali lipat dalam 10 tahun," ujar Teten, Jakarta, Selasa (6/9).

Dia mengungkapkan sebanyak 21 juta konsumen digital baru masuk sejak awal pandemi, yakni bermigrasi dari kebiasaan berbelanja offline menjadi belanja online.

"Sejak awal pandemi ada migrasi konsumen offline ke digital. Ini juga ada kaitannya bukan hanya pandemi. Tetapi juga di online itu banyak kemudahan dan banyak insentif juga," terang Teten.

Tak hanya itu, lanjutnya, 72 persen konsumen yang belanja online bukan hanya dari kota metropolitan saja melainkan konsumen dari luar daerah.

"Artinya ini digitalisasi sudah sampai ke daerah. Nah konsumennya juga menjadi luas tidak hanya Jabodetabek saja," lanjutnya.

Pemanfaatan ekonomi digital menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses bisnis UMKM. Oleh karena itu pemerintah tidak hanya mendorong para UMKM untuk go digital saja, tetapi juga dalam digitalisasi dalam proses bisnis, adaptasi dalam proses transformasi digital ini menjadi kunci bagaimana UMKM memiliki resiliensi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya