Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita, mewaspadai potensi resesi global yang akan berdampak langsung terhadap ekonomi Indonesia.
Utamanya lantaran perlombaan bank sentral dalam menaikan suku bunga acuan untuk meredam inflasi. Kebijakan itu dinilai bakal ikut memperparah kondisi ekonomi global karena memperketat likuiditas.
"Hal tersebut telah kita rasakan dua bulan lalu ketika rupiah nyaris menembus angka Rp 16.000 per dolar AS akibat tekanan capital ouflow," ujar Ronny kepada Liputan6.com, Senin (20/2/2023).
Advertisement
Menurut dia, kenaikan suku bunga acuan khususnya Bank sentral Amerika Serikat atau The Fed otomatis membuat arus modal keluar (capital outflow) bakal semakin deras. Antisipasinya, Bank Indonesia (BI) pun akan ikut dalam gelombang kenaikan suku bunga acuan.
"Jadi risiko utama dari peningkatan suku bunga the Fed adalah capital outflow. Untuk meredamnya, mau tak mau BI juga harus mengerek suku bunga ke level yang cukup tinggi untuk menahannya," terang Ronny.
Selanjutnya, ia meneruskan, Bank Indonesia juga harus menggunakan devisa yang ada untuk membeli aset-aset finansial yang dilepas oleh investor.
"Imbasnya, devisa negara makin menipis. Karena itulah akhirnya pemerintah kekeuh meminta eksportir untuk tidak menahan dollarnya di luar negeri," sebut Ronny.
Risiko lainya dari kenaikan suku bunga BI, dia menambahkan, yakni mengetatnya likuiditas untuk investasi dalam negeri. Alhasil, para pengusaha akan berpikir ulang untuk menambah kredit dalam rangka pembukaan usaha baru atau ekspansi usaha karena bunga kredit tinggi.
"Artinya, pertumbuhan akan ikut tertekan nanti dari sisi investasi, karena suku bunga untuk kredit dinilai terlalu tinggi," kata Ronny.
Gawat! Peluang Resesi Global 2023 di Atas 50 Persen, Ini Tanda dan Faktanya
Dampak resesi global mulai terasa bagi Indonesia. Salah satunya tandanya yaitu kinerja ekspor yang menjadi penyokong ekonomi tahun lalu mulai melemah.
Khawatiran soal dampak resesi global ke Indonesia ini diungkapkan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Investasi, Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Bahkan Bahlil menyebut kinerja ekspor kuartal pertama tahun ini mengalami pelemahan jika dibandingkan dengan kinerja pada kuartal IV tahun 2022.
“Ekspor kita di kuartal I-2023 ini rada-rada, tidak sebaik di kuartal IV-2022. Ini tanda-tanda sudah mulai menurun,” kata dia.
Berikut ulasan terkait resesi global dan fakta-faktanya:
1. Apa itu resesi?
Melansir laman Forbes, pada tahun 1974, ekonom Julius Shiskin mengemukakan beberapa hal yang bisa dasar untuk mendefinisikan resesi. Disebukan bila hal paling populer adalah terjadinya penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut.
Ekonomi yang sehat terjadi bila ada pertumbuhan dari waktu ke waktu, sehingga dua kuartal berturut-turut terjadi kontraksi output ekonomi menunjukkan ada masalah mendasar yang serius, menurut Shiskin. Definisi resesi ini menjadi standar umum selama bertahun-tahun.
Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat penjualan lebih sedikit dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun. Titik di mana ekonomi secara resmi jatuh ke dalam resesi tergantung pada berbagai faktor.
Sementara melansir laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sederhananya resesi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk, yang terlihat dari produk domestik bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Adanya resesi ekonomi akan memberikan sejumlah dampak, seperti:
Perlambatan ekonomi yang membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga pemutusan hubungan kerja (PHK) akan sering terjadi bahkan beberapa perusahaan mungkin menutup dan tidak lagi beroperasi.
Kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi yang aman.
Ekonomi yang semakin sulit berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena akan lebih selektif menggunakan uang dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu.
Advertisement
Penyebab Resesi
Lalu sebenarnya apa penyebab resesi ekonomi? Ternyata ada lebih dari satu penyebab resesi bisa terjadi. Berikut fenomena ini adalah beberapa pendorong utama resesi, melansir laman Forbes:
1. Guncangan ekonomi yang tiba-tiba
Guncangan ekonomi adalah masalah kejutan yang menimbulkan kerugian finansial yang serius. Pada 1970-an, OPEC memotong pasokan minyak ke AS tanpa peringatan, menyebabkan resesi, belum lagi antrean tak berujung di pompa bensin.
Wabah virus corona, yang mematikan ekonomi di seluruh dunia, adalah contoh terbaru dari kejutan ekonomi yang tiba-tiba.
2. Utang yang berlebihan
Ketika individu atau bisnis mengambil terlalu banyak utang, biaya pembayaran utang dapat meningkat ke titik di mana mereka tidak dapat membayar tagihan mereka. Tumbuh default utang dan kebangkrutan kemudian membalikkan perekonomian.
Gelembung perumahan yang menyebabkan Resesi Hebat adalah contoh utama dari utang berlebihan yang menyebabkan resesi.
3. Gelembung aset
Ketika keputusan investasi didorong oleh emosi, hasil ekonomi yang buruk tidak jauh di belakang. Investor bisa menjadi terlalu optimis selama ekonomi kuat.
Mantan Ketua Fed Alan Greenspan dengan terkenal menyebut kecenderungan ini sebagai "kegembiraan irasional," dalam menggambarkan keuntungan besar di pasar saham pada akhir 1990-an.
Kegembiraan yang irasional menggelembungkan pasar saham atau gelembung real estat—dan ketika gelembung itu meletus, penjualan panik dapat menghancurkan pasar, menyebabkan resesi.
4. Inflasi
Inflasi adalah tren kenaikan harga yang stabil dari waktu ke waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya.
Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi menekan aktivitas ekonomi.
Inflasi yang tidak terkendali adalah masalah yang sedang berlangsung di AS pada tahun 1970-an.
5. Deflasi
Saat inflasi yang tidak terkendali dapat menciptakan resesi, deflasi bisa menjadi lebih buruk. Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi, yang selanjutnya menekan harga.
Ketika lingkaran umpan balik deflasi menjadi tidak terkendali, orang dan bisnis menghentikan pengeluaran, yang melemahkan ekonomi.
Bank sentral dan ekonom memiliki sedikit alat untuk memperbaiki masalah mendasar yang menyebabkan deflasi. Perjuangan Jepang dengan deflasi di sebagian besar tahun 1990-an menyebabkan resesi yang parah
6. Perubahan teknologi
Penemuan baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang, tetapi mungkin ada periode penyesuaian jangka pendek terhadap terobosan teknologi.
Pada abad ke-19, ada gelombang perbaikan teknologi yang menghemat tenaga kerja. Revolusi Industri membuat seluruh profesi menjadi usang, memicu resesi dan masa-masa sulit.
Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa AI dan robot dapat menyebabkan resesi dengan menghilangkan seluruh kategori pekerjaan.
Tanda-Tanda
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak resesi global yang sudah mulai terasa bagi Indonesia.
Meskipun ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 berhasil tumbuh 5,31 persen, namun kinerja ekspor yang menjadi penyokong ekonomi tahun lalu mulai melemah.
Bahkan Bahlil menyebut kinerja ekspor kuartal pertama tahun ini mengalami pelemahan jika dibandingkan dengan kinerja pada kuartal IV tahun 2022.
“Ekspor kita di kuartal I-2023 ini rada-rada, tidak sebaik di kuartal IV-2022. Ini tanda-tanda sudah mulai menurun,” ungkap Bahlil dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Investasi.
Selain kinerja ekspor, Bahlil juga mengkhawatirkan terganggunya investasi yang masuk di tahun 2023. Apalagi targetnya naik menjadi Rp1.400 triliun. Masuknya investasi asing ke Indonesia di kuartal perdana ini juga tidak lebih baik dari capaian di kuartal IV-2022.
“Saya baru cek, di kuartal I ini agak tidak sebaik dengan kuartal IV-2022 dan beberapa negara sudah menanyakan investasi di negara kita, dan ini masih butuh pergerakan-pergerakan maintenance yang baik,” ungkapnya.
Bahlil menyimpulkan, tahun 2023 menjadi tahun yang sulit selain bertepatan dengan tahun politik. Sebagaimana historisnya, ketika sebuah negara memasuki tahun politik, para investor memilih untuk menahan diri (wait and see) dalam berinvestasi.
“Kita di tahun 2023 menurut saya ini tahun yang tidak main-main,” katanya.
Advertisement
Perusahaan Raksasa Mulai PHK Karyawan
Memasuki awal tahun 2023, kekhawatiran resesi global masih menghantui ekonomi dunia imbas dampak pandemi Covid-19, lonjakan inflasi, dan perang Rusia Ukraina.
Kekhawatiran resesi global pun tampaknya mulai dirasakan oleh berbagai perusahaan perusahaan besar. Mereka mulai bersiasat dengan memangkas ratusan hingga ribuan pekerjanya.
Ini dengan tujuan agar masih bisa beroperasi dan mengecilkan pengeluaran demi beradaptasi dengan ketidakpastian ekonomi. Meski secara pendapatan masih baik dan jumlah pekerja perusahaan yang memang besar.
Berikut adalah perusahaan besar di dunia yang melakukan PHK besar besaran di tengah kekhawatiran resesi global dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber:
1. Google
Pada awal Februari, search Google mengatakan akan melakukan PHK kepada 12.000 pegawainya. Perusahaan ini menjadi raksasa teknologi besar yang melakukan penghematan setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan dan perekrutan yang melimpah.
Chief executive officer atau CEO Google Sundar Pichai mengatakan kepada karyawan pada hari Senin bahwa akan ada PHK sebagai upaya tindakan tegas karena pertumbuhan perusahaan melambat.
Dalam pertemuan internal, Pichai yang merupakan CEO dari induk Google Alphabet Inc. mengatakan bahwa dia telah berkonsultasi dengan pendiri dan dewan perusahaan dalam membuat keputusan pemotongan 6 persen ini. Bloomberg.
"Ini adalah keputusan yang perlu saya buat,” kata Sundar Pichai terkait PHK di Google, dilansir dari Fortune.
2. PayPal
Kemudian ada PayPal yang secara terbuka mengumumkan PHK terhadap sekitar 2.000 karyawan.
Pengumuman mengenai kabar PayPal PHK karyawan itu juga disampaikan oleh Presiden dan CEO PayPal Dan Schulman ke karyawan.
"Sementara kita telah membuat kemajuan substansial dalam menyesuaikan struktur biaya, dan memfokuskan sumber daya kita pada prioritas strategis inti, kita memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," ujarnya, laman resmi PayPal.
Schulman menjelaskan, PayPal harus terus berubah seiring berkembangnya dunia, pelanggan, dan lanskap persaingan. Ia mengatakan, mengatasi perubahan tersebut, mereka membuat keputusan sulit yang akan berdampak pada beberapa pekerja.
3. Zoom
Selanjutnya ada perusahaan penyedia video conference Zoom yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.300 karyawannya tahun ini, yang setara dengan 15 persen dari total tenaga kerja perusahaan.
Dalam sebuah memo kepada karyawan, CEO Zoom Eric Yuan mengindikasikan bahwa perusahaan menambah jumlah karyawan terlalu cepat di tengah pertumbuhan Zoom yang meroket saat pandemi, naik tiga kali lipat dalam dua tahun.
"Kami tidak mengambil waktu sebanyak yang seharusnya untuk menganalisis tim kami secara menyeluruh atau menilai apakah kami tumbuh secara berkelanjutan, menuju prioritas tertinggi," tulis Yuan seperti dikutip dari Engadget.
4. Boeing Kemudian ada perusahaan pembuat pesawat asal Amerika Serikat, Boeing yang berencana memangkas sekitar 2.000 pekerjanya di bagian keuangan dan sumber daya manusia tahun ini.
Melansir BBC, PHK ini terjadi ketika Boeing akan berfokus pada bagian teknik dan manufakturnya.
"Kami telah dan akan terus berkomunikasi secara transparan dengan tim bahwa kami mengharapkan jumlah staf yang lebih rendah dalam beberapa fungsi dukungan perusahaan," kata perusahaan itu kepada BBC.
"Seperti biasa, kami akan mendukung rekan satu tim yang terkena dampak dan memberikan bantuan serta sumber daya untuk mendukung transisi mereka," tambahnya.