Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah pada Rabu pagi di tengah sentimen risk off di pasar.
Kurs rupiah pada Rabu pagi dibuka turun 24 poin atau 0,16 persen ke posisi 15.214 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.190 per dolar AS.
Baca Juga
"Rupiah diperkirakan akan melemah di tengah sentimen risk off pasar, tertekan oleh penguatan dolar AS dan naiknya imbal hasil obligasi AS," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong dikutip dari Antara, Rabu (22/2/2023).
Advertisement
Risk off adalah kondisi di mana investor lebih cenderung untuk menghindari risiko. Sebaliknya risk on adalah kondisi di mana pelaku pasar memilih untuk mengambil risiko. Sebagai dampak risk off, pelaku pasar melepas aset dan mata uang berisiko.
Imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) tenor dua tahun naik ke level 4,681 persen dan tenor 10 tahun meningkat ke posisi 3,939 persen.
Lukman mengatakan investor mengantisipasi sikap hawkish dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed dalam risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau Dewan Rapat Kebijakan Bank Sentral AS malam ini.
Selain itu, serangkaian data ekonomi kuat dari AS telah menaikkan ekspektasi suku bunga The Fed. Pasar sekarang mengantisipasi puncak suku bunga berada di 5,3 persen dan akan bertahan selama 2023.
Data-data kuat akhir ini meliputi antara lain data tenaga kerja Non-Farm Payroll (NFP), data inflasi yang lebih tinggi, dan klaim pengangguran yang lebih rendah.
Pada Selasa (14/2), Pemerintah AS melaporkan bahwa harga konsumen meningkat secara bulanan pada Januari, naik 0,5 persen, sebagian karena biaya sewa dan makanan yang lebih tinggi.
Â
Ekspektasi Ekonom
Kenaikan tersebut sesuai dengan ekspektasi para ekonom dalam jajak pendapat Reuters dan jauh di atas kenaikan 0,1 persen bulan ke bulan pada Desember.
Harga tahun ke tahun naik 6,4 persen, turun dari 6,5 persen pada Desember tetapi di atas ekspektasi ekonom untuk ​​​​​kenaikan 6,2 persen.
Sementara itu, klaim pengangguran awal AS, cara kasar untuk mengukur PHK, turun 1.000 menjadi 194.000 untuk pekan yang berakhir 11 Februari.
Lukman memproyeksikan pergerakan rupiah hari ini berkisar antara 15.150 per dolar AS hingga 15.250 per dolar AS.
Pada Selasa (21/2), kurs rupiah ditutup turun 31 poin atau 0,20 persen ke posisi 15.190 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.159 per dolar AS.
Advertisement
USD Dibikin Terkapar, Kurs Rupiah Menguat 3,89 Persen Awal 2023
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pada awal 2023 nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi, di mana sampai dengan 27 Januari 2023 menguat 3,89 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.
"Dari sisi nilai tukar, rupiah mengalami penguatan yang mendukung stabilitas ekonomi," kata Menkeu dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2023, di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Menurutnya, penguatan kurs Rupiah relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia 3,83 persen ( ytd), Filipina 2,30 persen (ytd), dan India 1,46 persen (ytd).
Penguatan tersebut didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga, imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda.
Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan terkait sisi fiskal, APBN 2022 yang merupakan bagian dari serangkaian kebijakan fiskal di masa pandemi Covid-19 telah bekerja keras untuk melindungi masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan kinerja APBN yang tetap sehat dan berkelanjutan.
Kinerja positif APBN 2022 terefleksi dari realisasi belanja negara yang sebesarRp3.090,75 triliun atau mampu tumbuh 10,92 persen (yoy).
APBNÂ telah bekerja untuk melindungi daya beli masyarakat dan menopang pemulihan ekonomi melalui dukungan subsidi dan kompensasi, penebalan bantuan sosial, dukungan proyek strategis nasional, penurunan stunting dan pengentasan kemiskinan ekstrem, dukungan program JKN, serta layanan publik di daerah.
Ekonomi Pulih
Seiring kuatnya dukungan belanja tersebut, ekonomi dapat pulih dengan cepat dan dunia usaha dapat bangkit lebih kuat, sehingga berdampak positif terhadap pendapatan negara yang mencapai Rp2.626,42 triliun, tumbuh signifikan sebesar 30,58 persen (yoy) dan mencapai 115,90 persen dari target APBN (Perpres No. 98/2022).
Realisasi pendapatan tersebut meliputi realisasi penerimaan perpajakan yang mencapai Rp2.034,54 triliun (114,04 persen dari Perpres No. 98/2022) atau tumbuh sebesar 31,44 persen dari realisasi tahun 2021 dan realisasi PNBP yang mencapai Rp588,34 triliun atau 122,16 persen dari target Perpres No. 98/2022 atau tumbuh sebesar 28,32 persen (yoy).
"Kinerja pendapatan yang optimal tersebut terutama dipengaruhi pemulihan aktivitas ekonomi yang semakin menguat, masih tingginya harga komoditas, serta buah dari reformasi perpajakan," pungkasnya.
Advertisement